Setiap Kita Punya Perspektif Sendiri

Salam Perspektif Baru,

Selama ini program Perspektif Baru biasanya dilakukan wawancara di studio kami, dan kemudian dalam dua tahun terakhir wawancara dilakukan melalui aplikasi Zoom meeting. Pada tahun ini wawancara Perspektif Baru akan juga dilakukan secara offline atau tatap muka yaitu kami datang ke lokasi narasumber. Hari ini narasumber kita adalah orang yang selama ini berada di balik layar program radio Perspektif Baru, yaitu Isnawati Purwaningsih, yang menjabat sebagai koordinator dari program radio Perspektif Baru.

Isnawati mengatakan bahwa bagi dirinya pekerjaan ini sangat asyik dengan tim-tim yang sudah dimiliki oleh YPB. Itu karena suka dengan berita yang kita angkat menjadi edukasi bagi orang yang tidak paham. Misalnya, mengenai Climate Change, cara mendidik anak-anak. Itu semua adalah tema yang bagus untuk diedukasikan ke khalayak umum.

Kita ingin berkembang dan terbang lebih tinggi lagi. Perspektif Baru bisa melebarkan sayapnya ke manapun yang akan kita tuju. Bersama semua tim, kita siap untuk menjadi Perspektif Baru yang baru, new normal, dan terus akan menjadikannya bermanfaat bagi semua pendengar di seluruh Indonesia.

Wawancara Perspektif Baru itu terlahir oleh Wimar dan diinisiasi oleh Wimar yang sangat sudah kita pahami alurnya kemana. Jadi, kita mempunyai perspektif sendiri. Itulah kelebihan kita dibandingkan wawancara di toko sebelah.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Isnawati Purwaningsih.

Selama ini program Perspektif Baru biasanya dilakukan wawancara di studio kami, dan kemudian dalam dua tahun terakhir wawancara dilakukan melalui aplikasi Zoom meeting. Pada tahun ini wawancara Perspektif Baru akan dilakukan juga secara offline atau tatap muka yaitu kami datang ke lokasi narasumber.

Selama ini Anda adalah orang yang selama ini berada di balik layar program radio Perspektif Baru. Akhirnya Anda bersedia muncul di depan layar kamera ini.

Iya, karena keinginan kita bersama. Jadi saya siap untuk muncul.

Berapa lama kira-kira Ipeh sudah bergabung di Perspektif Baru?

Bergabung sekitar tahun 2001, tetapi belum langsung menjadi koordinator program Perspektif Baru. Itu baru akhir-akhir ini saja.

Berarti sudah 22 tahun bergabung. Itu artinya Anda sekarang sudah termasuk kelompok orang yang lolos lima puluh tahun (Lolita).

Saya belum lolos 50 tahun.  

Jadi, usia berapa Anda mulai masuk di Perspektif Baru?

Saat kita lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) waktu itu tahun 2001.

Jadi, Anda bergabung saat masih remaja yaitu masih SMK?

Iya. Jadi saat itu saya bergabung ke Yayasan Perspektif Baru (YPB) dan InterMatrix Communications, perusahaan (Alm) Wimar Witoelar. Di sana saya banyak diajari oleh Widya Tresna Utami.

Bagaimana Anda bisa masuk ke Yayasan Perspektif Baru yang menangani wawancara khusus ini, dan juga bagaimana bisa masuk ke Intermatrix Communications?

Awalnya, saat itu saya pelajar SMK yang diwajibkan untuk Praktik Kerja Lapangan (PKL). Kami ada lima personal yang diterima di InterMatrix oleh (Alm) Wimar Witoelar. Kita mulai bekerja di situ dari pulang sekolah. Saat itu oleh teman-teman dan pegawai yang lain kita diminta untuk membawa baju kerja dari rumah agar tidak terlihat seperti mempekerjakan anak sekolah.

Setelah PKL selesai, kita ditawari untuk kerja di sana dan kita sanggup untuk bekerja setelah pulang sekolah. Di sana kita banyak dibimbing oleh Ibu-ibu dan Bapak-bapak karyawan tentang bagaimana cara bekerja di Intermatrix dan Yayasan Perspektif Baru.

Apa tesnya saat itu?

Waktu itu tidak di test apa-apa.

Seaindainya di tes, apakah mungkin Anda akan lolos?

Saya yakin lolos.

Apakah berarti Anda termasuk anak yang pintar di sekolah?

Iya, kita mempunyai kemampuan. Di SMK kita sudah diajarkan untuk siap PKL. Jadi, kemampuan kita untuk bekerja sudah siap. Dari mulai mengetik, telepon, dan sebagainya.

Apakah mengetiknya dengan 10 jari, 11 jari, atau dua jari?

10 jari karena kita di sekolah jurusan sekretaris. Jadi, sudah biasa mengetik dan bertemu orang pun juga sudah biasa. Dari sekolah itu kita diajarkan teori dan prakteknya kita melakukannya di IMX dan YPB.

Apa tugas-tugas pertama Anda di YPB dan Intermatrix pada saat itu?

Di IMX banyak sekali acara karena kita juga menangani event organizer. Kita mengadakan seminar yang di sana banyak tokoh atau pejabat yang diundang. Biasanya saya bertugas untuk terima tamu. Sebelumnya, saya diajarakan cara terima tamu dan pakaiannya seperti apa. Saya belajar banyak di sana, dan pada akhirnya senang karena merasa memang ini dunia saya.

Setelah Anda banyak belajar dan mendapatkan pengalaman kerja, Apakah Anda tidak merasa tertarik untuk pindah ke tempat kerja lain?

Pada saat itu belum tertarik karena belum banyak dapat ilmu di perusahaan (Alm) Wimar. Saat itu juga saya masih praktek dan ilmunya belum terserap banyak karena masih sekolah juga.

Apakah sekarang Anda sudah berkeluarga?

Saya sudah berkeluarga dan punya empat anak perempuan.

Sebagai seorang ibu dengan empat anak perempuan, bagaimana Anda bisa membagi waktu dan membagi tugas antara Anda mengurus rumah tangga dan anak dengan Anda mengurus pekerjaan?

Membagi waktunya itu kalau secara teori sangat mudah karena memang sebagai seorang ibu tugasnya mengurus anak dan keluarga. Sedangkan pekerjaan adalah sebagai kesenangan dan keinginan saya. Jadi, memang dari semuanya itu mudah bagi saya karena saya mengerjakannya dengan senang.

Bagaimana kalau secara prakteknya?

Prakteknya karena tiga anak masih kecil, sehingga yang susah adalah ketika mereka berebut sesuatu. Itu cukup membuat kacau waktu saya.

Apakah suami Anda tidak membantu untuk mengurus itu?

Pada saat pandemi seperti ini karena suami tidak Work from Home (WFH), maka saya semua yang mengerjakannya.

Apakah Anda tidak merasa terbebani dengan multitasking bekerja di dua tempat?

Tidak.

Apa tugas Anda sekarang di Yayasan Perspektif Baru (YPB) untuk mengelola program ini?

Saya bertugas sebagai koordinator pelaksana. Bagi saya itu pekerjaan yang sangat asyik dengan tim-tim yang sudah dimiliki oleh YPB. Sebelum kita melakukan show seperti ini semua ada tahap-tahapnya, mulai dari mencari tamu, mencari topik apa yang akan dibahas, dan sebagainya.

Bagaimana maksudnya dengan mencari tamu?

Mencari narasumber yaitu kita cari dari berbagai media online atau TV atau teman-teman tim memiliki masukkan kira-kira narasumber siapa yang akan diundang, berita apa yang paling hot atau sekarang sedang viral. Itu biasanya kita bahas bersama tim, mana yang lebih dulu untuk kita jadikan tamu di program radio Perspektif Baru.

Apakah Anda ada kesulitan dalam menghubungi narasumber?

Sampai saat ini tidak ada yang susah sebenarnya.

Apakah semua bersedia menjadi narasumber?

Tidak semuanya karena terbentur dengan jadwal mereka. Di dalam undangan tersebut disebutkan bahwa waktu dan tempat itu sesuai dengan narasumber. Kalaupun narasumber bisa menyesuaikan waktu dengan undangan itu maka okay. Yang susahnya adalah ketika ditolak. Tapi kita masih ada lagi narasumber yang sudah disiapkan.

Kita rata-rata harus mempunyai 5 atau 10 tamu yang siap untuk kita undang sebagai alternatif lain kalau salah satu atau beberapa narasumber ada yang menolak undangan kita. Jadi, sampai saat ini karena asyik, enjoy, dan semuanya happy, maka saya tidak ada keberatan dengan pekerjaan saya.

Apa yang membuat Anda happy, asyik, dan enjoy dalam menangani program ini?

Itu karena suka.

Dimana sukanya?

Karena suka dengan berita yang kita angkat menjadi edukasi bagi orang yang tidak paham. Misalnya, mengenai Climate Change, cara mendidik anak-anak. Itu semua adalah tema yang bagus untuk diedukasikan ke khalayak umum.

Selama ini Perspektif Baru identik dengan (Alm) Pak Wimar Witoelar.  Anda juga sudah lama bekerja bersama Wimar di belakang layar. Apa pelajaran yang Anda dapatkan dari Wimar selama bekerja di Intermatrix dan di Yayasan Perspektif Baru?

Yang saya dapat dari Wimar dan teman-teman semua adalah kedisiplinan, kerajinan, kerapihan, jujur, happy, dan sebagainya.

Bagaimana contoh disiplin yang Anda maksud?

Misalnya, kalau kita ada janji dengan (Alm) Wimar untuk makan siang di PIM jam 11.30, maka dia dalam waktu 10 menit atau 20 menit sebelum berangkat sudah standby di mobil. Jadi kita harus tepat waktu, kalau tidak maka akan ditinggal.

Mengapa dulu (Alm) Wimar mau menerima Anda padahal waktu itu Anda masih berstatus sebagai pelajar SMK?

Mungkin karena (Alm) Wimar tertarik dengan pelajar yang memang sudah diwajibkan untuk PKL. Pada waktu itu belum ada anak sekolah yang PKL di perusahaan. Di zaman itu yang wimar tahu adalah yang PKL itu sudah jenjang kuliah Universitas. Karena itu dia tertarik mendidik saya dan teman-teman menjadi seperti ini.

Apakah pada saat itu bawahan (Alm) Wimar juga menerima Anda?

Kita tidak tahu waktu itu bagaimana dapur mereka, yang saya tahu adalah saya diterima untuk PKL di sana.

Apakah waktu itu Anda langsung dididik oleh Wimar atau ada supervisor yang menangani Anda sebagai siswa magang?

Tidak langsung karena saat itu Wimar sedang sibuk mengurus istrinya yang sedang sakit dirawat di Singapura. Jadi, ada supervisor yang membimbing saya yaitu Kustini dan Widya. Saat itu kita sangat takut sama mereka.

Apakah kedua orang ini galak?

Julit, tapi mereka mendidik kita untuk bisa. Bukan yang julit kemudian membuat kita bodoh.

Bagaimana mereka mendidik Anda sebagai siswa sehingga menjadi bisa?

Kita diajari cara mendata orang. Pada saat itu kartu nama sangat berharga, saat acara-acara seminar selalau dikumpulkan dan dapat banyak, bahkan bisa ratusan. Kita diminta untuk mengetik satu-satu nama perusahannya, nama direkturnya, alamatnya, semua harus di excel dan harus bisa. Itu dipantau oleh Widya. Kita semua bisa mengerjakan karena hanya mengetik saja dan itu mudah.

Apakah pada saat itu Anda tidak terpikirkan untuk mengajukan lamaran kerja di tempat orang-orang yang kartu namanya Anda data tersebut?

Tidak karena pada saat itu kita masih sekolah, jadi belum terpikirkan sampai sana.

Selain tugas yang tadi, apakah ada tugas lain selama 22 tahun hingga sekarang ini yang Anda kerjakan di program Perspektif Baru?

Ada yaitu transkrip. Jadi di setiap wawancara ada audio yang harus kita transkrip. Ada tiga segmen dan kita dibagi-bagi beberapa orang untuk transkrip. Misalnya, pada segmen satu saya, segmen dua dan tiga ada teman saya. Dulu saya bersama lima orang yang magang di InterMatrix yaitu saya, Sukiman, Rani, Ari, dan Desy. Jadi, semua kebagian pekerjaan masing-masing. Selain transkrip ada juga telepon konfirmasi. Setiap ada acara, kita mendapat tugas untuk telepon konfirmasi kehadiran bagi tamu undangan. Pada saat itu sangat banyak acara, jadi kita sangat terbantu dan juga sangat banyak dapat ilmu.

Apa ilmu yang Anda dapat dari (Alm) Pak Wimar saat beliau mewawancarai narasumber?

Cara terima tamu itu harus dengan sopan, sebelum kita mewawancari tamu kita harus tahu latar belakang tamu, kita harus tahu mau ke arah mana wawancara ini. Jadi, banyak sekali ilmu yang kita bisa resap dari seorang Wimar karena dia seorang tokoh, dan pernah juga menjadi juru bicara Presiden, pasti luar biasa ilmu yang dia miliki.

Apakah Anda juga diajarkan oleh Wimar cara menjawab pertanyaan dan cara menghadapi wawancara?

Diajarkan, kita harus percaya diri saat diwawancara. Kita harus tahu mengenai ilmu dalam wawancara karena kita juga sering melihat cara Wimar berbicara dengan narasumber. Yang menjadikan kita seperti ini adalah berkat Tuhan dan juga melalui Wimar. Jadi saya sangat mensyukuri bisa jadi seperti ini.

Apa yang Anda harapkan lagi selama ada di Perspektif Baru?

Kita ingin berkembang dan terbang lebih tinggi lagi. Perspektif Baru bisa melebarkan sayapnya ke manapun yang akan kita tuju. Bersama semua tim, kita siap untuk menjadi Perspektif Baru yang baru, new normal, dan terus akan menjadikannya bermanfaat bagi semua pendengar di seluruh Indonesia.

Apa yang membedakan wawancara Perspektif Baru dengan wawancara yang lainnya?

Wawancara Perspektif Baru itu terlahir oleh Wimar dan diinisiasi oleh Wimar yang sangat sudah kita pahami alurnya kemana. Jadi, kita mempunyai perspektif sendiri. Itulah kelebihan kita dibandingkan wawancara di toko sebelah.

Oke, terima kasih. Sebagai penutup saya mengingatkan bahwa setiap orang mempunyai perspektif dan setiap orang perspektifnya menarik untuk kita ketahui. Bagi Anda yang ingin berbagi perspektif dengan kami, silakan menghubungi Ipeh dan kita akan menggali perspektif Anda. Sampai jumpa di wawancara perspektif baru berikutnya.

Previous
Previous

Next
Next