Sepeda Onthel Perekat NKRI

Salam Perspektif Baru,

Pada Agustus 2022 bangsa Indonesia merayakan hari ulang tahun ke-77 Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam sejarah bangsa Indonesia, salah satu sarana transportasi yang akrab di masyarakat adalah sepeda klasik, atau sepeda tua atau masyarakat lebih banyak menyebutnya sebagai sepeda onthel. Sepeda onthel ini dilaporkan telah mulai masuk ke wilayah Nusantara sejak tahun 1880-an. Hingga kini sepeda onthel masih ada banyak di berbagai daerah di Indonesia. Tentu saja sepeda onthel bisa eksis hingga hari ini salah satunya berkat adanya komunitas yang melestarikannya.

Hari ini saya mewawancarai seorang onthelis (orang yang memiliki hobi sepeda onthel) yaitu Bapak Purnomo SR atau akrab dipanggil dengan nama Lurah Abilowo. Dia juga menjabat sebagai Ketua Umum DPP Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI).

Menurut Purnomo SR, KOSTI adalah wadah dari berbagai komunitas selain sepeda juga, tapi tentunya didasari dengan sepeda. Budaya yang kita lestarikan adalah yang pertama budaya bersepeda tua karena kita tahu pejuang kita dulu selalu memakai seperti itu dan juga nenek moyang kita juga memakai sepeda tua. Kedua, sebagai budaya daerah karena semakin hari semakin ke sini teman-teman kalau bersepeda sering memakai pakaian daerah masing-masing. Jadi, kalau kita ada event itu selalu memakai pakaian dari masing-masing daerah.

Yang paling menarik, kalau di luar yang namanya komunitas sepeda tua itu anggotanya rata-rata usia 50 tahun ke atas. Sedangkan kalau kita dari mulai usia Sekolah Menengah Atas (SMA) ada. Jadi, mereka heran bahwa anggota kita muda-muda. Waktu kita menggelar event di salah satu kota di Jawa Timur, mereka mengatakan bahwa Indonesia adalah komunitas sepeda tua terbesar di dunia secara anggota.

Anggotanya bermacam-macam. Kita katakan Bhinneka Tunggal Ika itu ada di KOSTI. Anggotanya itu mulai dari perempuan dan laki-laki, mulai dari kalangan bawah sampai pejabat, begitu juga dari provinsi ada berbagai macam suku. Itu karena kita menganggapnya sepeda hanya sarana dan silaturahmi yang utama. Kita memang saling bersilaturahmi. Jadi, waktu itu ada yang mengatakan bahwa KOSTI adalah perekat NKRI karena memang kenyataannya seperti itu.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Purnomo SR (Lurah Abilowo).

Saat kita berbicara mengenai sepeda, maka salah satu sepeda yang eksis di setiap zaman adalah sepeda onthel. Sepeda othel ini telah lalu lalang di wilayah Nusantara sejak sebelum zaman kemerdekaan hingga hari ini. Tentu saja Ini berkat adanya komunitas yang menjaga sepeda onthel ini tetap eksis. Mengapa sepeda tua atau sepeda klasik ini disebut sepeda onthel?

Ceritanya sedikit panjang, tapi ini berkaitan dengan sejarah. Jadi, zaman dulu nenek dan kakek kita itu naiknya sepeda onthel yaitu sepeda yang dikayuh. Tapi dalam perkembangannya, yang bertahan dan masih banyak itu di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kalau di Jawa Tengah kita biasa menyebut onthel, itu artinya kayuh atau dikayuh. Jadi, karena lebih memasyarakat, lebih enak didengar di telinga, dan juga untuk membedakan dengan yang lain, maka kita sebut saja sepeda onthel.

 

Apa sensasi yang Anda rasakan ketika menaiki sepeda onthel ini dibandingkan dengan sepeda-sepeda lainnya?

Sensasi dari menaiki sepeda onthel itu adalah pertama kita mengenang sejarah nasional. Kedua adalah untuk dikayuh dan bersepeda di kota-kota. Sepeda onthel ini biasa digunakan di jalan datar. Ada beberapa yang memakai speed tapi rata-rata hanya tiga speed, dan rata-rata sepeda onthel itu sudah tua. Jadi, kalau untuk jalanan yang naik - turun sepertinya tidak memungkinkan.

Namun, karena kita memang hobi dengan sepeda onthel maka bersepeda tetap berkelanjutan. Ternyata kita menemukan nikmat lainnya, yaitu dengan sepeda onthel kita bisa mengekspresikan diri. Kadang-kadang di saat bersepeda onthel, kita juga memakai pakaian daerah atau pakaian pejuang. Itu yang yang membuat kita merasa nikmat sekali dan akhirnya keracunan dengan sepeda onthel ini. Kita mengatakan keracunan karena memang sulit untuk meninggalkan.

 

Sepeda tua atau sepeda onthel ini bisa bertahan karena adanya komunitas. Salah satu komunitas yang saat ini ada adalah Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) yang Anda  pimpin. Apa tujuan dari KOSTI?

Memang kita dulu berangkatnya dari hobi, yaitu hobi dari beberapa komunitas. Akhirnya sampai sekarang berkembang menjadi nasional. Dari sana kemudian kita membentuk KOSTI sebagai wadah. Tujuan yang pertama untuk melestarikan budaya. Seperti kita tahu bahwa nenek moyang kita bersepeda menggunakan sepeda onthel.

Tapi untuk masa kini banyak yang hampir habis karena kalau kita sudah masuk ke besi tua, otomatis sudah dihancurkan untuk didaur ulang. Jadi, beberapa teman melihat ini sebaiknya kita lestarikan daripada kita nanti kehilangan jejak.

Semakin ke sini pengikutnya semakin banyak. Perlu diketahui bahwa anggota KOSTI itu hampir 40.000 di seluruh wilayah Indonesia. 

 

Apakah mereka semua itu mempunyai sepeda onthel?

Iya, rata-rata mereka mempunyai sepeda onthel dan rata-rata lebih dari satu buah sepeda, bahkan ada yang hampir mempunyai 50 buah sepeda. Itu karena selain ingin melestarikan juga sebagai koleksi. Semakin hari harga sepeda semakin tidak karuan.

 

Berapa harga sepeda onthel yang dijual di pasaran? Karena kalau saya ingin ikut tergabung di komunitas tentunya harus mempunya sepeda onthel.

Sebetulnya kalau kita sendiri di komunitas tidak menentukan harus memakai sepeda apa karena kita mempunyai semboyan “Satu Sepeda Sejuta Saudara.” Sepeda adalah sarananya, dan silaturahmi yang kita utamakan. Kalau dari segi harga itu mulai dari Rp 500.000 – Rp 100.000.000

 

Apakah itu hanya ada di kolektor atau memang produksi terbaru?

Untuk sepeda onthel atau sepeda tua memang hanya ada di kolektor. Sebetulnya dulu sebelum ada kolektor, masyarakat banyak yang mempunyai sepeda onthel, hanya saja mereka itu tidak tahu bahwa yang mereka miliki itu adalah merk-merk bagus. Kadang-kadang sepedanya mereka pakai untuk ke sawah, kadang-kadang juga dipakai untuk angkutan-angkutan berat. Itulah yang kita selamatkan, kita beli dari mereka, kita rawat, sebisa mungkin kita kembalikan kondisinya seperti awal. Misalnya, sepeda merk A orisinilnya seperti apa, maka akan kita cari dan itu semua produk lama.

 

Tadi disebutkan bahwa sepeda ini sebagai budaya kita. Sepengetahuan saya sepeda ini merupakan produk luar negeri. Kenapa disebut sebagai budaya kita dan teman-teman melestarikan ini sebagai budaya?

Jadi, kenapa kita jadikan istilah melestarikan budaya karena kita tahu sendiri bahwa nenek moyang kita dulu selalu naik sepeda terutama dari para ningrat. Waktu itu sepeda onthel sudah menjadi barang mahal. Yang lebih menarik adalah para pejuang kita juga memakai sepeda onthel. Jadi, sepeda onthel itu identik dengan pakaian pejuang. 

 

Mengenai pakaian atau kostum ini, setiap Sabtu atau Minggu pagi saya sering melihat teman-teman yang naik sepeda onthel ini memakai kostum atau pakaian pejuang. Mengapa harus memakai pakaian itu? Apakah tidak panas atau gerah saat menggunakan pakaian itu untuk bersepeda?

Tergantung, kalau kita naiknya cepat maka otomatis gerah dan banyak keringat keluar. Kalau kita bersepedanya santai. Bagi teman-teman onthelis dan onthelista itu mereka lebih bangga dan lebih puas kalau memakai pakaian pejuang, yaitu pakaian Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang biasanya dipakai. Kalau dibilang gerah memang gerah, tapi teman-teman tidak selalu memikirkan itu.

 

Tadi dikatakan bahwa Anda dan teman-teman bersepeda onthel ini juga melestarikan budaya. Apa nilai-nilai budaya yang Anda dan teman-teman lestarikan? 

Memang kita awalnya berhobi untuk melestarikan budaya. Ternyata semakin ke sini semakin banyak penggemar dan juga berbagai komunitas masuk. KOSTI adalah wadah dari berbagai komunitas selain sepeda juga, tapi tentunya didasari dengan sepeda. 

Budaya yang kita lestarikan adalah yang pertama budaya bersepeda tua karena kita tahu pejuang kita dulu selalu memakai seperti itu dan juga nenek moyang kita juga memakai sepeda tua. Kedua, sebagai budaya daerah karena semakin hari semakin ke sini teman-teman kalau bersepeda sering memakai pakaian daerah masing-masing. Jadi, kalau kita ada event itu selalu memakai pakaian dari masing-masing daerah.

Mungkin yang uniknya itu ada di sini. Uniknya di onthel itu kita bisa menemui sosial budaya, olah raga, silaturahmi, dan ekonomi pun juga masuk. Itu karena setiap kita ada event itu kita selalu menggerakkan ekonomi daerah sekitar yang kita pakai untuk event. Seperti diketahui juga bahwa sparepart kita di toko tidak ada sehingga ada teman-teman yang saya sebut klitikan itu menjual sparepart sepeda tua. Jadi, banyak yang kita tampung di situ dan juga banyak yang bisa kita kerjakan di onthel khususnya di KOSTI.

 

Apa saja kegiatan Anda dan teman-teman di KOSTI selain bersepeda bersama?

Mungkin perlu saya jelaskan dulu dari awal. KOSTI berdiri pada 2008 di Bogor, waktu itu pada kongres pertama dan kemarin sudah kongres ke lima di Sidoarjo. Perlu diketahui bahwa di KOSTI itu anggotanya adalah terdiri dari organisasi yang ada di pusat sampai daerah. Untuk provinsi sekarang sudah ada 20 provinsi dan untuk Kota/Kabupaten ada 120. 

Di KOSTI ini tidak hanya menjadi komunitas nasional atau Nusantara, kita juga bergabung dengan komunitas internasional yang namanya International Veteran Cycle Association (IVCA). Kita sudah resmi menjadi anggota dan pada 2018 kemarin kongresnya di Bali, dan di hadiri kurang lebih 50 negara. Itu sedikit yang bisa saja jelaskan mengenai KOSTI. 

 

Apa yang membedakan antara komunitas sepeda tua di Indonesia dengan di negara-negara lain?

Kalau tidak salah, pada 2017 dalam rangka kita berencana menggelar kongres di Bali itu ada pimpinan IVCA yang datang ke kita, dan mereka ternyata sangat heran dengan komunitas sepeda tua di Indonesia. Yang paling menarik, kalau di luar yang namanya komunitas sepeda tua itu anggotanya rata-rata usia 50 tahun ke atas. Sedangkan kalau di kita itu dari mulai usia Sekolah Menengah Atas (SMA) ada. Jadi, mereka heran bahwa anggota kita muda-muda. Waktu kita menggelar event di salah satu kota di Jawa Timur, mereka mengatakan bahwa Indonesia adalah komunitas sepeda tua terbesar di dunia secara anggota. Itu yang mereka sampaikan ke kita.

 

Apakah banyak juga anggota komunitas sepeda tua ini yang dari kalangan perempuan?

Di KOSTI ini kita bisa mengatakan bahwa anggotanya bermacam-macam. Kita katakan Bhinneka Tunggal Ika itu ada di KOSTI. Anggotanya itu mulai dari perempuan dan laki-laki, mulai dari kalangan bawah sampai pejabat, begitu juga dari provinsi ada berbagai macam suku. Itu karena kita menganggapnya sepeda hanya sarana dan silaturahmi yang utama. Kita memang saling bersilaturahmi. Jadi, waktu itu ada yang mengatakan bahwa KOSTI adalah perekat NKRI karena memang kenyataannya seperti itu.

 

Mengapa Anda menyukai sepeda onthel? Bagaimana awal mulanya?

Ini juga ada hubungannya dengan sejarah waktu kecil. Jadi, pada 1970-an kalau ke sekolah itu saya memakai sepeda onthel sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Itu karena saya berasal dari daerah, dari kota kecil di Jawa Timur. Setelah saya kuliah dan kerja akhirnya itu saya tinggalkan. Begitu pada 2006 ada komunitas, saya teringat masa kecil saya, dan akhirnya saya beli lagi sepeda dan itu sampai sekarang.

 

Berapa sepeda yang Anda miliki sampai sekarang?

Kurang lebih ada 20 sepeda.

 

Dari tahun berapa sampai tahun berapa sepeda yang Anda miliki?

Paling tua adalah tahun 1913 dan paling muda tahun 1964.

 

Buatan mana sepeda tahun 1913?

Buatan Inggris merek Fongers.

 

Apakah ada nilai sejarahnya, misalnya, siapa yang pernah  menaiki sepeda itu?

Tidak ada, ini saya temukan dari petani di daerah Gresik. Waktu dia ke sawah sepedanya itu disandarkan ke pohon, kemudian saya lewat dan tertarik. Saya lihat serinya dan saya googling ternyata keluaran tahun 1913 akhirnya saya beli.

 

Berapa kisaran harga untuk koleksi sepeda yang Anda miliki?

Kalau sepeda milik saya itu paling mahal sekitar Rp 50 juta dan paling murah sekitar 10 juta.

 

Ketika kita berbicara sepeda tua atau barang tua tentu onderdilnya sudah tidak diproduksi lagi. Bagaimana kalau misalnya ada kerusakan atau suatu kendala pada sepedanya?

Seperti yang saya sampaikan di awal tadi bahwa di KOSTI itu ada berbagai macam anggota termasuk teman-teman klitikan yaitu istilah di Jawa Tengah yang artinya penjual barang-barang tua. Mereka yang menyediakan, tidak tahu mereka itu dapatnya dari mana. Setiap kita ada event itu klitikan sudah pasti selalu ada.

 

Dari semua sepeda onthel atau sepeda tua atau sepeda klasik yang ada di Indonesia, berapa usia paling tertua sepeda yang ada di Indonesia yang dikoleksi oleh orang Indonesia, jika dibandingkan dengan komunitas sepeda tua di internasional? 

Berita yang saya dapat dari teman-teman, ada yang mempunyai sepeda tahun 1890, ada di Yogyakarta dan Sidoarjo. Itu sepeda yang roda depannya besar dan roda yang belakang kecil, yang kita namai Penny Farthing.

Previous
Previous

Next
Next