Saatnya Jaga Kesehatan Jantung
Salam Perspektif Baru,
Hari ini kita membahas mengenai upaya preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan) penyakit jantung. Tentu saja narasumber kita seorang yang kredibel untuk menjelaskannya. Dia adalah dr. Jimmy Agung Pambudi, MARS yang menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJP) Paramarta di Bandung, Jawa Barat.
dr. Jimmy Agung Pambudi mengatakan bahwa dalam penanganan jantung, time is muscle. Jadi, jantung kita itu adalah otot. Semakin kita mengalami kematian jaringan, itu semakin tinggi potensi mengalami kecacatan otot jantung. Pada saat kita nyeri dada khas maupun tidak khas, saran saya adalah cari pertolongan professional, kita cari rumah sakit yang tentu harus ada dokter jantung dengan alat yang baik untuk kita melakukan skrining, apakah benar nyeri dada itu karena serangan jantung atau bukan.
Menurut dr. Jimmy, kalau ita bicara jantung tentu kita bicara faktor risiko. Di Indonesia sekarang sudah memasuki era seperti di Eropa, yaitu obesitas sudah mulai banyak. Itu karena makan sudah terlalu bebas, aktivitas berkurang, dan kita trennya dengan masuknya digitalisasi teknologi banyak pekerjaan yang hanya duduk saja. Bahkan duduk itu sudah menjadi faktor risiko sekarang. Sitting is new smoking. Jadi, kalau kita ini delapan jam kerja dan enam jam duduk, itu sudah termasuk smoking dan harus diwaspadai.
Pemerintah kita sudah mencanangkan bahwa seluruh tenaga kerja itu harus dilakukan skrining setiap tahun atau medical check up. Pentingnya medical check up ini sebenarnya kalau kita bicara secara makro atau gambaran besar adalah justru dengan kita mengeluarkan biaya untuk medical check up itu akan menurunkan pengeluaran kita nanti pada saat perawatan rumah sakit.
Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber dr. Jimmy Agung Pambudi, MARS.
Sekarang kita sudah berada di penghujung 2022. Saatnya kita melihat kembali apa yang harus menjadi perhatian utama kita semua agar kualitas kehidupan kita lebih baik pada tahun depan. Di sektor Kesehatan, pada tahun depan penyakit jantung masih harus menjadi salah satu perhatian utama kita karena hingga akhir tahun ini penyakit jantung masih menjadi berita buruk bagi kita semua.
World Health Organization (WHO) atau badan kesehatan dunia melaporkan bahwa hingga akhir tahun ini penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian untuk penyakit tidak menular di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan untuk di negara kita dilaporkan penyakit jantung banyak diderita oleh orang-orang yang berada di usia produktif atau usia muda.
Ketika kita berbicara mengenai kesehatan jantung, apa jenis gangguan jantung yang harus kita waspadai?
Sebenarnya kalau kita bicara penyakit jantung, itu luas sekali. Barangkali kalau untuk yang awam, yang banyak dikenal adalah jantung koroner. Padahal di luar itu ada banyak sekali kasus-kasus jantung yang berbeda. Hari ini kita bicara yang banyak menyebabkan kematian mendadak yang tidak disangka-sangka, tentunya itu mengarah ke penyakit jantung koroner.
Ini penting untuk kita mengetahui gejalanya. Pertama, kita harus waspada terhadap gejala nyeri dada dan sesak. Dua gejala ini sebenarnya boleh dikatakan hampir semua orang sudah mengetahui.
Jadi, menurut saya, waspadai betul-betul pada kasus-kasus apabila kita beraktivitas mengalami keluhan nyeri dada atau sesak nafas. Itu adalah potensi gejala jantung, walaupun penyakit lain bisa bergejala sama. Karena itu memang kita ke depankan yang kita sebut deteksi dini dan ini kita bicara sebelum kita terkena penyakit.
Sebaiknya kita sudah mengetahui status kesehatan kita, jantung kita itu bagaimana status kesehatannya. Ini perlu sekali untuk kita ketahui bersama.
Apa spesifik nyeri dada dan sesak nafas pada jantung karena bisa saja itu gejala penyakit lain?
Ini memang kita perlu pendalaman lebih lanjut, tetapi secara sederhana memang ada dua kasus yang mirip-mirip yaitu antara pencernaan dan jantung. Memang di sini kita banyak miss-nya karena sesak nyeri dadanya itu mirip-mirip dengan nyeri ulu hati, mirip-mirip dengan kembung pada saat kita ada gangguan gastritis atau sakit maag.
Sebenarnya yang khas dari jantung koroner adalah nyeri dada atau sesaknya itu timbul pada saat kita beraktivitas, dan biasanya kita tidak bisa menentukan dimana itu titiknya. Contohnya, ketika ada seseorang mengeluh nyeri di dada dan menunjukkan titiknya dimana, begitu saya pencet itu tambah nyeri, itu adalah yang tidak khas.
Justru yang khas itu nyeri dada yang tidak bisa dijelaskan lokasinya, kemudian ada tambahan kemungkinan penjalaran sampai ke punggung yaitu punggung pegal. Bahkan yang spesifik dan khas yaitu ada penjalaran sampai ke rahang. Timbul saat aktivitas, nyeri dada menjalar ke punggung sampai ke rahang. Itu kita sebutnya angina. Itu adalah nyeri dada yang disebabkan oleh gangguan koroner atau penyempitan pembuluh darah koroner.
Apa yang harus kita lakukan ketika kita atau orang terdekat kita mengalami ciri-ciri khas seperti itu? Apakah kita langsung ke rumah sakit atau bisa dengan pertolongan pertama?
Ini penting sekali, mungkin juga karena edukasi kita kurang. Jadi, kita lebih banyak bermain di kuratif, dalam arti, apa yang kita lakukan bila sudah terkena penyakit. Padahal kita harus dua langkah ke depan lagi yaitu promotif dan preventif.
Saya akan informasikan case di kuratifnya. Bila kita sendiri atau keluarga kita mengalami hal-hal tersebut, memang yang utama adalah kita harus segera mencari pertolongan profesional atau pertolongan medis. Kemana? Tentunya kita harus ke rumah sakit.
Itu karena banyak kasus-kasus nyeri dada sampai keringat dingin menjalar ke punggung dan ke rahang, justru mereka tunggu dulu karena mengira ini mungkin masuk angin. Ada yang memakai minyak gosok dulu, ada yang dipijit dulu. Padahal satu hal yang perlu kita ketahui bersama, kalau serangan jantung itu kita berlomba-lomba dengan waktu.
Kalau diibaratkan orang bisnis adalah time is money, waktu sangat berharga untuk mencari uang. Sedangkan kalau dalam penanganan jantung adalah time is muscle. Jadi, jantung kita itu adalah otot. Semakin kita mengalami kematian jaringan, itu semakin tinggi potensi mengalami kecacatan otot jantung.
Pada saat kita nyeri dada khas maupun tidak khas, saran saya adalah cari pertolongan profesional, kita cari rumah sakit yang tentu harus ada dokter jantung dengan alat yang baik untuk kita melakukan skrining, apakah benar nyeri dada itu karena serangan jantung atau bukan.
Misalnya, bukan. Tentunya akan dicari kenapa, dan dibuktikan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut. Jadi kita yakin ini nyerinya dari jantung atau bukan. Saran saya jangan diabaikan dan jangan menunggu.
Tadi dikatakan bahwa salah satu upaya yang terpenting adalah upaya promotif dan preventif untuk mencegah penyakit jantung. Apa saja langkah-langkah preventif yang dapat kita lakukan supaya jantung kita tetap sehat?
Sebenarnya penting sekali untuk kita mengetahui status kesehatan kita, dan mengetahui penyakit yang mengancam. Memang sekarang program yang utama kita adalah promosi kesehatan atau promotif. Yang kedua adalah preventif.
Promosi kesehatan itu edukasi-edukasi di masyarakat tentang bagaimana pola hidup sehat, bagaimana kita mengatur makanan, bagaimana kita mengatur aktivitas, dimana hal-hal ini bisa memberikan edukasi agar kita memasuki usia produktif, yaitu usia 20, usia 30, sampai 40 bisa hidup dengan sehat. Tentu kita arahnya adalah tidak terkena penyakit jantung.
Berikutnya yang bisa kita lakukan adalah preventif. Ini kita bisa melakukan dengan skrining. Pemerintah kita sudah mencanangkan bahwa seluruh tenaga kerja itu harus dilakukan skrining setiap tahun atau medical check up. Pentingnya medical check up ini sebenarnya kalau kita bicara secara makro atau gambaran besar adalah justru dengan kita mengeluarkan biaya untuk medical check up itu akan menurunkan pengeluaran kita nanti pada saat perawatan rumah sakit.
Kita bicara jantung tentu kita bicara faktor risiko. Kalau kita melihat data dari WHO memang risiko-risiko jantung ini menempati posisi tertinggi statistik seperti kasus-kasus hipertensi, itu salah satu faktor risiko. Kedua adalah obesitas. Di negara maju itu dulu mungkin 10-15 tahun lalu di Eropa dan Amerika.
Di Indonesia sekarang sudah memasuki era seperti di Eropa, yaitu obesitas sudah mulai banyak. Itu karena makan sudah terlalu bebas, aktivitas berkurang, dan kita trennya dengan masuknya digitalisasi teknologi banyak pekerjaan yang hanya duduk saja. Bahkan duduk itu sudah menjadi faktor risiko sekarang. Sitting is new smoking. Jadi, kalau kita ini delapan jam kerja dan enam jam duduk, itu sudah termasuk smoking dan harus diwaspadai.
Berikutnya adalah diabetes yang itu juga penyakit tertinggi. Kurang aktivitas, kebiasaan kurang bergerak. Dari hal-hal itu tentu kita bisa fokus untuk preventif jantung yaitu kita kendalikan faktor risikonya. Mungkin di waktu kita sekolah, promosi kesehatan mungkin tidak banyak, tapi sekarang sebelum kita sakit, kita bisa preventif.
Contohnya, saat ini kita punya kebiasaan apa yang mengancam faktor risiko ini? Pertama, hipertensi. Makanan kita atur, kita stop merokok, hindari rokok. Berikutnya obesitas, atur makanan berlemak, cek secara rutin kolesterol kita. Berikutnya juga diabetes, kurangi karbohidrat dan gula.
Hal-hal itu memang tidak kita sadari, di sinilah perlunya preventif, kita edukasi ulang, kita kenali tubuh kita. Preventif itu kita mencegah bagaimana agar penyakit jantung yang mengancam kita tidak mengenai kita di umur 40 atau 50. Jadi, kita fokus di situ dulu.
Kuncinya adalah pola hidup sehat.
Betul, pola hidup atau lifestyle.
Di masyarakat saat ini sedang berkembang teknologi yang katanya bisa untuk menjaga kesehatan jantung, yaitu smartwatch atau jam pintar yang bisa mendeteksi detak jantung kita normal atau tidak. Apakah peralatan seperti itu memang berfungsi untuk menjaga kesehatan jantung kita?
Tentu dengan teknologi yang semakin maju kita akan bijak kalau kita bisa memanfaatkan teknologi tersebut. Kalau kita bicara detektor denyut jantung, kita bicara detektor elektrokardiografi, kita bisa melihat irama jantungnya, bisa mendeteksi denyut. Itu bisa dikatakan bermanfaat atau tidak kalau kita bisa menggunakannya dengan bijak. Smartwatch bisa menentukan denyut jantung kita, bisa menentukan irama jantung. Kapan itu kita pakai? Tentunya kalau itu untuk menjaga kesehatan, dan tentunya yang menjaga kesehatan kembali kepada pola hidup sehat dulu.
Kedua, adalah skrining. Kita skrining dulu khusus untuk jantung koroner ini ada beberapa pemeriksaan misalnya elektrokardiogram (EKG), treadmill kita periksa, dasarnya juga ada USG jantung, MSCT, Coronary CT. Jadi, pembuluh darah koroner kita bisa di-scan, bisa kelihatan ada penyempitan atau tidak. Apabila itu semuanya sudah baik, tentu jam itu bisa bermanfaat.
Jadi, kita membatasi saat olahraga. Ketika denyut jantungnya sudah mendekati maksimal, maka kita kurangi. Kemudian ketika kita berolahraga denyutnya tentu cepat, kita lihat irama jantungnya, ternyata masih normal. Itu hanya sebagai data informasi saja. Tetap kita harus skrining dulu, kita pastikan jantung kita sehat terlebih dahulu.
Salah satu upaya untuk kita mencegah angka kesakitan dan juga mengobati adalah tindakan kuratif dalam arti pengobatan. Ketika sudah terjadi serangan jantung tentu pengobatan adalah yang paling utama. Saya pernah membaca ketika peringatan Hari Jantung Internasional pada 29 September, bahwa kita mengalami kekurangan tenaga ahli jantung, dan juga masih sedikit rumah sakit jantung yang bisa melakukan tindakan untuk pengobatan jantung. Apakah tindakan skrining jantung ini ada di semua fasilitas rumah sakit yang ada di Indonesia?
Kita sudah bicara promotif dan preventif, tentu sekarang kita bicara kuratif apabila sudah terjadi serangan. Indonesia ini unik, negara kepulauan, kita mempunyai 34 provinsi dan penyebaran fasilitas kesehatan juga barangkali belum sempurna, bukannya buruk tapi belum sempurna. Pemerintah dan kita juga saling bahu-membahu untuk melengkapi sarana.
Kalau kita bicara serangan jantung, ini kita fokus ke serangan jantung yang artinya kita bicara khusus jantung koroner, walaupun ada beberapa kasus yang lain. Jadi, memang tidak semua rumah sakit itu sayangnya bisa menangani jantung dengan paripurna. Apa yang kita maksud bisa menangani dengan paripurna? Tentunya rumah sakit dengan fasilitas yang bisa melakukan terapi, melakukan pengobatan, melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah serangan jantung ini, awamnya seperti itu.
Kita bicara serangan jantung ini problemnya apa? Mungkin untuk yang masih awan, serangan jantung itu terjadi blok total pada salah satu pembuluh darah koroner. Jadi, pembuluh darah koroner kita itu, awamnya ada satu bagian yang mengalami penyumbatan total mendadak. Sebenarnya sudah ada penyumbatan dulu mungkin 60% - 70%, namun suatu keadaan tertentu membuat penyumbatan yang 60% - 70% itu mendadak mengalami blok total. Kemudian langsung nyeri dada, keringat dingin, sesak nafas.
Pertanyaannya kemana kita harus pergi? Ke rumah sakit. Kemudian rumah sakit yang seperti apa? Yang pasti ada SDM jantungnya, ada dokter ahli jantung yang intervensi. Ada rumah sakit yang ada ahli jantung intervensi, ada rumah sakit yang ahli jantung non-intervensi. Jadi, diagnostik.
Kedua, adalah infrastruktur dan fasilitas. Tentu Rumah Sakit Jantung dengan SDM ahli jantung intervensi ditambah dengan fasilitas Cathlab. Kalau kita dengar pasang ring, pasang cincin itu salah satu tindakan yang harus ada Cathlab di rumah sakit tersebut.
Kalau tidak ada Cathlab, barangkali kita ke emergency terdekat, masuk emergency, dilakukan pemeriksaan EKG 5-10 menit, tegak diagnostik ini serangan jantung dan harus dipasang ring. Itu mungkin akan membuang waktu satu sampai dua jam lagi untuk rujuk ke rumah sakit lain. Itu yang akan meningkatkan risiko kematian dan kecacatan jantung. Jadi, perlu diingat cari rumah sakit dengan fasilitas Cathlab, dengan dokter intervensi, sehingga bisa menangani serangan jantung.
Apakah rumah sakit yang Anda tangani sekarang ini memiliki semua fasilitas tersebut karena informasi yang saya baca di media massa, banyak penderita jantung di Indonesia melakukan tindakan jantung di rumah sakit luar negeri dengan fasilitas yang lebih lengkap?
Ini memang menjadi perhatian kita semua. Kebetulan Menteri Kesehatan kita juga concern di bidang ini kenapa devisa kita yang ke luar dari bidang kesehatan banyak sekali. Dari Sumatera, Kalimantan itu banyak yang ke Malaysia, Singapura. Kebetulan dari situlah, di Bandung ini, di rumah sakit yang saya pimpin, yaitu Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Paramarta berusaha memberikan solusi bagi masyarakat Bandung, Jawa Barat.
Kita juga berusaha menjadi yang terdepan di bidang pelayanan jantung. Jadi untuk di Bandung, Rumah Sakit kita adalah rumah sakit khusus jantung sehingga memang melayani jantung, intervensi non bedah maupun bedah, dan untuk fasilitas tentunya sudah kita siapkan. Untuk kasus-kasus non-bedah kita siapkan Cathlab, kita ada dua Cathlab dan juga ada ahli intervensi. Kita ada intervensi, elektrofisiologi, dan juga bedah jantung.
Harapannya, dengan adanya kekhususan ini bisa membantu. Jadi, jika kita sudah yakin dalam hati ada nyeri dada, ada sesak atau serangan jantung, tentu kalau kita bawa ke rumah sakit khusus jantung sudah tidak bertanya-tanya lagi apakah nanti dirujuk lagi atau tidak, dan itu bisa memotong waktu yang sangat berharga, kalau menurut saya.
Apakah pasien penyakit jantung dari wilayah lain bisa berobat di tempat Anda, dan apakah ada kekhususan-kekhususan yang bisa diperoleh oleh pasien di luar Jawa Barat?
Bisa sekali. Menariknya adalah kita siapkan untuk kuratifnya, namun demikian Rumah Sakit kami mengutamakan preventif. Kita ada program medical check up khusus jantung, itu khusus dari luar daerah Bandung, kita siapkan paket-paketnya. Itu namanya paket liburan ke Bandung.
Seperti yang kita tahu saat weekend di Bandung, kita melihat plat mobilnya adalah B semua. Saya siapkan paket liburan. Jadi, tidak perlu booking hotel karena kita siapkan hotelnya, tidak perlu membayar, tapi ada paket medical check up yang kita ikuti.
Konsepnya adalah kalau di Jakarta, atau di kota-kota bisnis lainnya mungkin saat ingin medical check up malas karena harus cuti dahulu, harus ini – itu, dan segala macam. Ini kita siapkan liburan ke Bandung. Agendanya adalah masuk hotel pagi, kita lakukan medical check up, selesai medical check up itu langsung ke hotel, dan jalan-jalan di Bandung, bisa belanja-belanja, kemudian besoknya sebelum check-out itu hasilnya sudah kita siapkan.
Menarik sekali upaya preventif yang disediakan oleh Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Paramarta Bandung ini.
Ada satu lagi yang menarik, kita ada namanya program deteksi 10 tahun ke depan. Kita sebutnya program ICVD aterosklerosis kardiovaskular. Ini murah sekali. Pasien datang ke rumah sakit melakukan pemeriksaan kesehatan, kita lakukan pemeriksaan laboratorium dan hasil-hasilnya semua itu, hasil wawancara kita masukkan ke aplikasi ICVD ini dan setelah dimasukkan dalam aplikasi akan keluar kesimpulan.
Seperti apa kesimpulannya? Yaitu 10 tahun ke depan kita memiliki risiko untuk terkena penyakit jantung sekian persen, atau 10 tahun ke depan jantung kita baik. Ini saya katakan penting karena dengan adanya data ini kita bisa melakukan intervensi. Apa intervensinya? Kita harus kurangi kolesterol, kita ubah hidup kita, pola makan kita. Tren ini harus kita masyarakatkan agar bisa mengurangi kasus-kasus penyakit jantung di 10 tahun mendatang.