Rumah Pejuang Kanker

Salam Perspektif Baru,

Penyakit kanker membutuhkan pengobatan jangka panjang, ini karena dalam mengobati kanker dibutuhkan tindakan dan perawatan medis yang berulang kali agar penderita kanker mendapatkan hasil yang maksimal dalam kesembuhannya. Namun, tidak semua penderita kanker berdomisili di sekitar rumah sakit rujukan. Jadi, satu solusi yang diupayakan adalah menghadirkan Rumah Singgah bagi penderita kanker. Hal ini untuk mendekatkan penderita kanker dengan rumah sakit rujukan. Hari ini kita wawancara khusus dengan Dewi Nurjanah, pendiri dan pengelola Rumah Pejuang Kanker Ambu.

Dewi Nurjanah mengatakan  Rumah Pejuang Kanker Ambu memberikan layanan tempat tinggal, makan, obat-obatan, dan pendampingan ke rumah sakit. Bahkan untuk makan itu tidak dibatasi, ada untuk pasien dan juga pendampingnya. Semua tidak dibatasi seperti peralatan mencuci, peralatan mandi, susu, pampers, antigen, PCR, vaksin, dan yang ingin pulang ke provinsi atau ke daerah masing-masing diberikan ongkos. Kami memberikan itu semuanya 100% gratis.

Menurut Dewi Nurjanah, kalau untuk pendanaan sampai detik ini kami tidak ada bantuan dari pemerintah. Selama 10 tahun saya membuka Rumah Pejuang Kanker Ambu itu tidak ada bantuan dari pemerintah sedikit pun. Yang datang ke Rumah Pejuang Kanker Ambu itu adalah perpanjangan tangan dari Allah SWT. Mereka datang ke Rumah Pejuang Kanker Ambu, dan mereka share ke teman-temannya. Itulah kuasa Allah SWT, sehingga sampai detik ini kami bisa memberikan fasilitas yang semuanya itu gratis sesuai kebutuhan masing-masing.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancaradengan narasumber Dewi Nurjanah.

Saat kita berbicara mengenai penderita kanker, kita melihat bahwa keterbatasan fasilitas rumah sakit dan juga kendala biaya seringkali membuat para pasien kanker tidak bisa terlalu lama melakukan rawat inap di rumah sakit, sehingga pada akhirnya harus melakukan rawat jalan. Padahal tidak semua pasien kanker itu berdomisili di sekitar atau dekat rumah sakit rujukan. Karena itu kehadiran Rumah Singgah Kanker sangat penting untuk mendekatkan pasien dengan rumah sakit, dan juga untuk keberlangsungan pengobatan pasien kanker.

Jika ada pasien kanker ataupun keluarganya yang membutuhkan layanan rumah singgah ini, apa yang pertama kali harus mereka lakukan?

Pasien-pasien yang datang ke Rumah Pejuang Kanker Ambu itu semuanya dari seluruh Jawa Barat, bahkan juga dari seluruh provinsi di Indonesia yang dirujuk ke Kota Bandung. Ada lima rumah sakit (RS) yang menjadi rujukan penangangan kanker di Bandung, utamanya adalah RS Hasan Sadikin Bandung, RS Al-Islam, RS Cicendo (ini untuk mata), RS Hermina, dan RS Santosa.

Mereka semuanya yang datang itu berasal dari luar kota, termasuk dari seluruh Jawa Barat. Mereka yang tinggal di Rumah Pejuang Kanker Ambu itu semuanya referensi dari mulai satpam, dokter, perawat, bahkan dari daerah-daerah. Mereka yang pernah tinggal di Rumah Pejuang Kanker Ambu itu mereferensikan lagi, sehingga saat ini ada juga yang dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Lampung, dan Batam.

Jika mereka harus menggunakan layanan rumah singgah seperti Rumah Pejuang Kanker Ambu, apa yang harus mereka lakukan? Apakah mereka bisa langsung datang ke Rumah Pejuang Kanker Ambu, atau harus reservasi dulu, atau ada hal-hal lain yang harus dilakukan?

Kalau mereka referensi dari dokter dan pasiennya, berarti mereka sudah di rumah sakit. Pada saat mereka akan pulang, maka kami menjemputnya di rumah sakit. Kalau dari daerah, mereka bisa langsung kirim biodata, kemudian dari Rumah Pejuang Kanker Ambu melakukan penjemputan ke daerah tersebut, ini khusus untuk daerah di Jawa Barat. Tapi untuk yang lain provinsi, kami akan menjemputnya di Bandara.

Apakah ini berarti harus berdasarkan hasil rujukan dari rumah sakit?

Iya, betul.

 

Ada berapa Rumah Pejuang Kanker Ambu di wilayah Jawa Barat?

Di Sukajadi, dekat RS Hasan Sadikin ada empat rumah. Kemudian di Garut ada satu rumah. Kenapa buka di Garut? Itu karena pelosok-pelosok Garut seperti Santolo, Pameungpeuk, Cikelet semuanya berobat ke RSUD dr. Slamet yang ada di Garut. Tetapi dari situ mereka membutuhkan pengobatan yang sangat panjang, dan akhirnya dirujuklah ke Bandung.

Nanti kami lakukan penjemputan ke Bandung setelah ada rujukan. Setelah di Bandung, kami dampingi ke rumah sakit untuk kami edukasi atau arahkan, dari mulai mengambil antrian, pendaftaran, mulai konsul ke dokter, sampai nanti ada hasil-hasil, dan ada tindakan pertama.

 

Apa saja fasilitas yang ada di Rumah Pejuang Kanker Ambu ini?

Ambu akan menjelaskan semua fasilitas yang Ambu berikan. Dari awal pertama pasien datang, Ambu berikan motivasi, edukasi, dan arahan. Yang Ambu berikan itu layaknya sebagai seorang ibu, bapak, kakek, atau saudara. Jadi, anggap ini sebagai rumah sendiri.

Semua fasilitas yang Ambu berikan itu dijelaskan semuanya, dari mulai tempat tinggal, makan, obat-obatan, dan pendampingan ke rumah sakit. Bahkan untuk makan itu tidak dibatasi, ada untuk pasien dan juga pendampingnya. Semua tidak dibatasi seperti peralatan mencuci, peralatan mandi, susu, pampers, antigen, PCR, vaksin, dan yang ingin pulang ke provinsi atau ke daerah masing-masing itu kami berikan ongkos. Kami memberikan itu semuanya 100% gratis.

 

Berapa kapasitas dari masing-masing Rumah Pejuang Kanker Ambu ini?

Untuk satu rumah bisa 20 orang, bisa 15 orang, dan itu tidak menentu. Pasien itu datang karena sesuai dengan regimen protocol, mereka datang sudah ada jadwalnya. Satu lagi, kami memberikan pelayanan yaitu antar jemput ke setiap rumah sakit.

Apakah ini juga gratis?

Iya, kami mengantarkan pasien itu ke beberapa rumah sakit mulai pikul 05.30 sampai pukul 21.00. Kalau tengah malam ada yang drop atau meninggal, maka langsung kita bawa ke UGD. Jadi, Ambu siaga 24 jam untuk ke rumah sakit.

 

Tadi dikatakan bahwa semua fasilitas layanan di Rumah Pejuang Kanker Ambu ini gratis. Dari mana sebenarnya sumber pendanaan kegiatan ini?

 

Mungkin ada satu lagi yang saya jelaskan yaitu selain menjemput pasien, kami juga mengantarkan lagi pasien ke rumahnya. Jadi, kami memberikan pelayanan baik sehat, atau bagaimanapun kondisinya, kami antar sampai rumah.

Kalau untuk pendanaan sampai detik ini kami tidak ada bantuan dari pemerintah. Selama 10 tahun saya membuka Rumah Pejuang Kanker Ambu itu tidak ada bantuan dari pemerintah sedikit pun. Yang datang ke Rumah Pejuang Kanker Ambu itu adalah perpanjangan tangan dari Allah SWT. Mereka datang ke Rumah Pejuang Kanker Ambu, dan mereka share ke teman-temannya. Itulah kuasa Allah SWT, sehingga sampai detik ini kami bisa memberikan fasilitas yang semuanya itu gratis sesuai kebutuhan masing-masing.

 

Apakah semua pendanaan itu berarti dari para donatur dan bukan dari pemerintah?

Iya, tidak ada bantuan dari pemerintah, dan Alhamdulillah kami ada donatur tetap dari Jakarta.

 

Menarik juga, hingga kini Bu Dewi Nurjanah sudah mengelola sedikitnya lima Rumah Pejuang Kanker Ambu. Untuk kelima rumah ini tentu saja kalau membeli harus ada biayanya. Apakah ini milik pribadi, kontrak, atau bagiamana statusnya?

Dari 2012 sampai detik ini kami statusnya masih kontrak atau sewa. Per satu rumah itu ada yang Rp 50 juta, Rp 45 juta, dan yang di Garut itu Rp 20 juta.

 

Apakah itu memakai dana pribadi Bu Dewi atau sudah ada donator yang membayarkan?

Ada donatur yang membayarkannya, kami hanya menjalankan amanah saja. Alhamdulillah, amanah ini Ambu emban sampai hampir 11 tahun. Insya Allah, sampai kepada orang-orang yang membutuhkannya.

 

Apakah di Rumah Pejuang Kanker Ambu ini ada pengurusnya seperti untuk kebersihan dan sebagainya? Apakah mereka juga mendapatkan gaji untuk tugas mereka atau mereka hanya sukarela untuk membersihkan dan merawat Rumah Pejuang Kanker Ambu ini?

Kalau untuk merawat rumah, dari awal mereka datang, Ambu sudah menyampaikan kepada keluarga pasien untuk menganggap ini sebagai rumah sendiri. Menganggap di sini adalah keluarga sendiri, saudara sendiri, atau jika mau makan, mandi, beres-beres rumah, anggaplah di rumah sendiri.

Jadi, mereka mempunyai inisiatif masing-masing untuk membersihkan rumah. Pagi-pagi ada yang memasak bebarengan, ada yang menyapu, ada yang mengepel. Setelah beres, mereka sarapan, mereka bungkus nasi untuk ke rumah sakit juga, dan mereka ada yang berangkat ke rumah sakit.

Itu karena tidak semuanya ke rumah sakit, ada yang menunggu jadwal atau menunggu kemo satu minggu atau tiga hari. Jadi, mereka tinggal di rumah Ambu selama dalam pengobatan. Ada yang induksi atau ada yang sudah maintenance atau ada yang sudah lima minggu sekali. Jadi, untuk pengobatan kemoterapi itu bertahap sesuai regimen protocol.

 

Mengenai pengobatan tadi, Anda menyinggung bahwa mereka juga bisa mendapatkan obat-obatan gratis dari Rumah Pejuang Kanker Ambu. Dari mana sumber obat-obatan itu?

Alhamdulillah, obat-obatannya pun dari para donatur sesuai dengan resep dan dikonsumsi continue. Jadi rumah Ambu ini, di ruangan kantor itu penuh dengan obat-obatan seperti Apotek. Selain untuk pasien, juga ada obat-obatan untuk keluarga pasien seperti ibunya atau bapaknya, suami atau isterinya yang mendampingi. Itu karena bisa saja suatu saat yang mendampingi itu mengalami sakit pinggang, sakit lambung, atau demam, itu kami sediakan obat-obatannya.

Jadi, obat-obatan itu bukan hanya untuk pasiennya, tapi juga untuk pendampingnya. Itu karena saat mendampingi pasien itu pasti ada lelah, capek, pusing, dan sebagainya. Jadi, kami sediakan obat-obatan itu.

 

Bagi penderita kanker, bukan hanya dukungan materiil yang dibutuhkan tapi juga mereka membutuhkan dukungan moril. Apa bentuk dukungan moril yang didapat para penderita kanker yang manfaatkan fasilitas layanan rumah singgah ini?

Karena saya merasakan sendiri, anak saya dulu kanker bertahun-tahun, berjuang, dan akhirnya Allah memberikan yang terbaik yaitu meninggal. Allah ambil satu anak saya, tetapi Allah memberikan beratus-ratus anak untuk saya urus, dan Alhamdulillah hidup saya bahagia dengan semua penyintas kanker.

Dukungan Ambu selain memberikan motivasi kepada pasien, juga memberikan dukungan moril dengan Ambu memberikan hati Ambu 100% untuk mendedikasikan diri Ambu bersama semua pasien dan menikmati hidup, keluh, kesah, kesakitan hidup. Kemudian Ambu juga selalu memberikan arahan agar mereka pikirannya tetap berjuang dan selalu berpikir yang positif.

 

Apakah ada penyintas lain yang mendukung kegiatan Bu Dewi di Rumah Pejuang Kanker Ambu ini?

Semuanya, kanker itu bermacam-macam, ada leukimia, ada seperti tumor yang tumbuh di seluruh urat besar seperti di kaki, leher, kepala, hati, ginjal. Itu semuanya penyintas leukimia dan tumor. Jadi, berbagai macam penyakit bukan hanya penyintas kanker saja, tetapi kanker itu berbagai macam.

 

Dalam menjalankan Rumah Pejuang Kanker Ambu ini, apakah Ibu dibantu staf-staf lainnya?

Alhamdulilah, kami ada sopir ambulans. Kami ada Ambulans tiga maka sopir ada tiga juga, dan ada admin dua, berikut saya sendiri turun tangan langsung untuk kesehari-hariannya memantau pasien itu 24 jam.

 

Apakah ada dokter atau suster juga yang ikut membantu memantau Rumah Pejuang Kanker Ambu ini?

Alhamdulillah, kami berhubungan baik sekali dengan beberapa rumah sakit dan beberapa dokter. Jadi, keluhan-keluhan pasien itu Ambu konsultasikan ke dokter dan akhirnya dokter memberikan obat untuk solusi-solusi sebelum dibawa ke UGD.

Kemudian untuk jadwal-jadwal kemo terapi dari dokter itu disampaikan ke Ambu, kemudian dari Ambu ke grup. Jadi, mereka yang di seluruh Jawa Barat yang jadwalnya sesuai akan datang karena sudah Ambu infokan di grup. Ini Ambu lakukan untuk memudahkan pasien agar mereka tahu kapan jadwal mereka kemo.

 

Tadi sempat disinggung bahwa Anda kehilangan putra akibat kanker mata. Apakah itu yang memotivasi Anda untuk mendirikan rumah singgah bagi penderita kanker ini atau ada motivasi lainnya?

Betul sekali, saya termotivasi dengan perjuangan diri saya, dimana saya dulu harus kontrak, tidak ada obat untuk antibiotik. Pada waktu itu dokter akan melakukan tindakan, tapi saya tidak ada uang karena harganya sangat mahal dan saya pun untuk makan tidak ada uang. Itu karena kemoterapi satu minggu sekali, belum lagi untuk foto copy. Itu saya merasakan pahit dan pedihnya saya berjuang untuk memperjuangkan anak saya, itu sangat pedih dan sakit sekali. Akhirnya inilah cita-cita saya, bisa melanjutkan perjuangan anak saya yang telah tiada.

 

Bu Dewi, jika ada masyarakat yang ingin membantu perjuangan Anda di Rumah Pejuang Kanker Ambu ini, kemana donasi yang bisa disalurkan?

Kami ada rekening Bank Mandiri yaitu Yayasan Rumah Pejuang Kanker Ambu di nomor 1320022836705.

 

Itu atas nama siapa nomor rekeningnya?

Atas nama Yayasaan Rumah Pejuang Kanker Ambu.

 

Apa kira-kira yang membedakan Rumah Pejuang Kanker Ambu ini dengan rumah-rumah singgah lainnya yang ada di Indonesia?

Saya tidak bisa bicara apa-apa, mungkin hanya pelayanan saja yang bisa kami berikan,dan itu 100% gratis, tidak dipungut biaya, dan semua kebutuhan kami berikan sesuai kebutuhan masing-masing.

Previous
Previous

Next
Next