PTM Berjalan Lancar

Salam Perspektif Baru,

Pada awal tahun ajaran 2022/2023, pertemuan tatap muka (PTM) 100% telah mulai berjalan rutin. Sebelumnya, siswa mendapatkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena dalam dua tahun terakhir ini kita dalam masa pandemi COVID-19.  Kita bahas topik PTM 100% ini dengan narasumber Kurniawan, S.T., M.B.A yang menjabat sebagai Analis Kebijakan Ahli Madya Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Kurniawan mengatakan setelah dua tahun lebih pandemi terjadi terdapat potensi yang menimbulkan dampak sosial negatif yang berkepanjangan kalau seandainya pembelajaran itu tidak segera dilaksanakan secara PTM, yaitu salah satunya adalah penurunan capaian pembelajaran.

Sebagai salah satu alternatif atau salah satu solusi dalam menangani learning loss ini, maka diberlakukanlah PTM. Tetapi PTM ini tetap harus memperhatikan protokol kesehatan. Jadi, kita tetap tidak boleh abai terhadap protokol kesehatan. Meskipun sekarang sudah pembelajaran tatap muka, tetapi kuncinya adalah protokol kesehatan itu tetap dilaksanakan karena itulah yang utama. Pendidikan kita itu tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan. 

Alhamdulillah, PTM 100% dari Juli sampai saat ini berjalan lancar dan kami tidak mendapatkan laporan bahwa telah terjadi adanya cluster baru. Ini karena di dalam SKB 4 Menteri sudah disampaikan bahwa ketika ada hal-hal atau kasus baru itu langsung dilokalisir, sehingga ketika ada kasus tertentu atau kasus baru itu tidak segera menyebar. 

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Kurniawan, S.T., M.B.A.

Rutinitas siswa masuk ke sekolah dasar sudah dimulai pada awal tahun ajaran baru 20022/2023. Artinya, praktek Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100% telah berjalan kembali seperti sebelum masa pandemi COVID-19. Namun, masih banyak publik yang mempertanyakan, mengapa pemerintah akhirnya memutuskan membuka praktek PTM 100%, padahal pandemi COVID-19 masih ada dan anak-anak dilaporkan adalah kelompok yang rentan tertular COVID-19?

Sahabat Perspektif Baru, betul apa yang disampaikan tadi bahwa kita sudah dua tahun lebih menghadapi atau mengalami pandemi COVID-19. Memang pendidikan kita waktu itu sebagian besar melaksanakan daring melalui pembelajaran jarak jauh. 

Setelah dilakukan evaluasi ternyata setelah dua tahun lebih pandemi terjadi, terdapat potensi yang menimbulkan dampak sosial negatif yang berkepanjangan kalau seandainya pembelajaran itu tidak segera dilaksanakan secara PTM, yaitu salah satunya adalah penurunan capaian pembelajaran.

Ada beberapa hal yang mungkin bisa menimbulkan penurunan capaian pembelajaran ini, antara lain, adanya kesenjangan capaian belajar yaitu perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh. Ini dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar terutama untuk anak dari sosial ekonomi yang berbeda. 

Kemudian learning loss, ada beberapa hasil studi yang menunjukkan bahwa pembelajaran tatap muka ini lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran jarak jauh. Beberapa hasil ini juga ditunjukkan oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebelum pandemi kemajuan belajar selama satu tahun kelas satu SD adalah sebesar 129 poin untuk literasi, dan 78 poin untuk numerasi. 

Setelah pandemi kemajuan belajar selama kelas satu itu berkurang secara signifikan. Untuk literasi sendiri learning loss-nya menurun atau terjadi learning loss ini setara dengan enam bulan belajar. Untuk numerasi, learning loss-nya adalah setara dengan lima bulan belajar. Jadi, memang terjadi penurunan pembelajaran ketika pembelajaran jarak jauh tersebut.

 

Tadi merupakan hasil evaluasi terhadap PJJ selama dua tahun lebih. Sekarang, bagaimana hasil evaluasi pihak Kemendikbud Ristek, khususnya Direktorat Sekolah Dasar mengenai pelaksanaan PTM 100% yang telah berlangsung dari Juli sampai dengan September?

Sebagai salah satu alternatif atau salah satu solusi dalam menangani learning loss ini, maka diberlakukanlah PTM. Dimana dengan terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri yang menyatakan bahwa ketika sudah level 1, level 2, dan level 3, dengan vaksinasi PTK di atas 80%  boleh melaksanakan PTM 100%. 

Alhamdulillah bahwa dengan adanya pelaksanaan PTM, yang tadinya anak-anak selama ini mengikuti belajar secara daring, sekarang bisa mengikuti PTM, anak-anak yang tadinya hanya bertemu melalui online, sekarang bisa lebih semangat lagi ketika berangkat ke sekolah kemudian bertemu dengan teman-temannya. Pembelajaran dari Bapak dan Ibu gurunya pun juga bisa langsung diterima oleh anak didik, sehingga Bapak dan Ibu guru bisa mengetahui bagaimana proses pembelajaran dan anak-anak ini ketika memperhatikan pembelajaran.

Tetapi PTM ini tetap harus memperhatikan protokol kesehatan. Jadi, kita tetap tidak boleh abai terhadap protokol kesehatan. Meskipun sekarang sudah pembelajaran tatap muka, tetapi kuncinya adalah protokol kesehatan itu tetap dilaksanakan karena itulah yang utama. Pendidikan kita itu tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan. 

Jadi, PTM ini dilaksanakan untuk mengatasi atau dalam rangka pemulihan pembelajaran, tetapi protokol kesehatan tetap harus dijaga dan tidak boleh diabaikan karena itulah kunci kita untuk tetap melindungi diri, keluarga, dan juga kelompok kita dari pandemi ini.

 

Apakah banyak anak-anak SD yang terkena COVID-19 atau malah sebaliknya tidak ada yang terkena covid-19?

Alhamdulillah, PTM 100% dari Juli sampai saat ini berjalan lancar dan kami tidak mendapatkan laporan bahwa telah terjadi adanya cluster baru. Ini karena di dalam SKB 4 Menteri sudah disampaikan bahwa ketika ada hal-hal atau kasus baru itu langsung dilokalisir, sehingga ketika ada kasus tertentu atau kasus baru itu tidak segera menyebar. 

Misalnya, ketika terjadi kasus di satu kelas, maka kelas itulah yang di-stop untuk PTM-nya, dan dilanjutkan dengan hibrid atau secara daring. Jadi, Alhamdulillah PTM tetap bisa dijalankan karena pembatasan-pembatasannya itu dilakukan terhadap cluster-cluster yang mungkin terjadi. Juga ketika kasus itu terjadi di sekolah, maka pihak satuan pendidikan itu bisa segera langsung mengambil keputusan untuk menyetop pembelajaran. Secara umum atau secara garis besar  untuk kasus-kasus di sekolah ini relatif kecil.

 

Saya ingin memepertegas saja, apakah ini berarti jika di suatu sekolah ada guru atau siswa yang terkena positif COVID-19 maka praktek PTM 100% hanya ditutup di kelas tersebut dan bukan satu sekolah tersebut yang ditutup PTM-nya?

Ketika kasusnya banyak itu mungkin bisa satu sekolah, tetapi ketika hanya satu, dua orang, atau sampai lima orang di dalam satu kelas maka hanya kelas itu saja.

 

Dalam pelaksanaan PTM 100% ini pelaksanaan protokol kesehatan menjadi sangat penting. Apa standar yang harus diperhatikan suatu sekolah dan juga orang tua murid mengenai pelaksanaan PTM 100% ini, khususnya protokol kesehatan yang harus dipatuhi?

Keberhasilan proses pembelajaran tatap muka ini sangat perlu mendapat dukungan dari para orang tua, sehingga sinergi antara sekolah dengan orang tua itu sangat diperlukan sekali. Dengan adanya pemahaman dan koordinasi yang baik dengan orang tua, maka proses penjagaan diri atau protokol kesehatan ini bisa diimplementasikan dengan baik. 

Ketika orang tua sama-sama sudah memahami terkait protokol kesehatan, maka harapannya bahwa anak-anak yang berangkat ke sekolah pun mereka sudah terbiasa menggunakan masker. Kemudian harapannya bahwa anak-anak tersebut ketika di dalam kelas pun jangan sampai maskernya itu berganti dengan teman.

Salah satu harapannya bahwa orang tua bisa mengingatkan kepada anak-anaknya agar mereka tetap menjaga protokol kesehatan ini, dan anak-anak yang sekolah itu tetap cuci tangan pakai sabun, menjaga jarak selama pembelajaran, itu sangat diharapkan pemahaman-pemahaman hal itu juga sudah saling koordinasi antara orang tua dan sekolah.

Kemudian juga pihak sekolah tentunya, meskipun sekarang PTM sudah dilangsungkan dan sudah memasuki bulan Oktober, tetap kami sangat berharap bahwa ada fasilitas, sarana prasarana, cuci tangan pakai sabun. Kemudian mengingatkan anak-anak didik untuk selalu memakai masker dan menjaga jarak. Sekolah harus tetap menyampaikan hal itu dan menerapkan aturan-aturan tersebut di sekolah.

 

Bagaimana hasil pengawasan dari Kemendikbud Ristek ini terhadap sekolah-sekolah, khusunya sekolah dasar dalam pelaksanaan protokol kesehatan dan juga penyediaan fasilitas kesehatan untuk mendukung PTM 100% ini? Apakah semuanya mematuhi atau masih ada yang tidak aware?

Kami dari Kemendikbud berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan. Dinas Pendidikan itu sebagai penanggung jawab dari sekolah tersebut, yang memiliki kewenangan langsung pada sekolah, menyatakan bahwa memang untuk saat ini sekolah-sekolah Alhamdulillah masih patuh untuk menerapkan protokol kesehatan. 

Kita juga memberikan kewenangan kepada dinas untuk selalu mengingatkan kepada sekolah-sekolah tersebut agar mereka tetap menerapkan protokol kesehatan. Tapi secara garis besar atau secara umum, saat ini sekolah - sekolah karena mungkin ini adalah new era atau kebiasaan baru, protokol kesehatan ini Alhamdulillah sudah menjadi sesuatu hal yang sangat atau sudah terbiasa dilakukan oleh para siswa.

 

Jika orang tua murid tetap menginginkan anaknya hanya mengikuti PJJ dan tidak mau PTM karena menilai masih berisiko untuk anaknya karena mungkin anaknya mempunyai komorbid dan sebagainya, apakah masih diperbolehkan?

Sebenarnya memang pembelajaran tatap muka ini yang diutamakan adalah keselamatan dan kesehatan. Orang tua ini memiliki kewenangan, tetapi diharapkan tetap dapat mengikuti pembelajaran secara tatap muka. Kemudian apabila anak itu tidak bisa hadir ke sekolah, mungkin harus ada surat keterangan dari dokter, sebaiknya seperti itu. 

Harapan kita kepada para orang tua adalah ketika sekolah situasinya dinyatakan clear, kemudian juga lingkungannya atau fasilitasnya yang sudah memenuhi sarana, protokol kesehatan sudah dipatuhi, aturan-aturannya sudah diterapkan, orang tua dapat mengizinkan si anak tersebut untuk mengikuti PTM.

 

Mengenai vaksinasi untuk anak, saya pribadi tidak mendengar lagi pemberitaan-pemberitaan bahwa diadakan vaksinasi masal untuk anak-anak sekolah dasar. Apakah memang ini tidak menjadi prioritas lagi bagi Kemendikbud Ristek dan juga bagi pemerintah RI?

Jadi, memang diharapkan anak-anak ini bisa mendapatkan vaksin dengan dosis lengkap. Tetapi itu tidak menjadi syarat wajib untuk proses PTM ini.

 

Apakah ini berarti dalam pelaksanaan PTM yang telah berjalan dari Juli sampai dengan awal Oktober ini berjalan normal dan tidak ada kendala. Artinya, aman dan terjaga kasus COVID-nya. Bagaimana dengan langkah kedepannya? Apakah tetap akan berlaku seperti sekarang atau ada pengetatan atau pengenduran dari protokol kesehatan?

Jadi, harapan kami memang COVID-19 ini tidak terjadi peningkatan lagi dan kami sangat berharap bahwa pandemi ini segera berakhir. Harapannya bahwa PTM ini juga bisa normal kembali seperti dahulu dilaksanakan dengan tatap muka, kemudian proses pembelajaran juga full, harapan kami seperti itu. 

Tetapi kalau memang ada kasus-kasus, di sekolah-sekolah atau daerah-daerah ada yang mengalami, ada kembali kejadian-kejadian luar biasa, sesuai dengan SKB 4 Menteri bahwa Dinas Pendidikan ataupun Satuan Pendidikan memiliki kewenangan untuk memutuskan kebijakan untuk sekolah tersebut apakah akan dikembalikan ke daring secara full ataupun hibrid. Itu diserahkan ke Satuan Pendidikan dan Dinas Pendidikan masing-masing, Tetapi harapan kami memang ke depannya pandemi ini segera berakhir.

Previous
Previous

Next
Next