Pilih Pembinaan daripada Mengkarbit Atlet

Salam Perspektif Baru,

Ada beberapa event kejuaraan internasional untuk kategori junior yang digelar di Indonesia pada tahun ini dan tahun depan. Misalnya, ada kejuaraan sepak bola Asia Tenggara untuk kategori usia 19 dan juga kejuaraan sepak bola Asia Tenggara untuk kategori usia 16 pada Juli tahun ini. Kemudian ada kejuaraan Dunia Wushu untuk kategori junior pada Desember 2022, dan juga ada kejuaraan sepak bola Piala Dunia Usia 20 pada Mei 2023. Penyelenggaraan kejuaraan internasional untuk kategori atlet junior tersebut telah menarik perhatian publik mengenai bagaimana Pembinaan Olahraga Prestasi Berkelanjutan (POPB) di negara kita, terutama untuk mempersiapkan atlet junior meraih prestasi dunia.

Hari ini kami hadirkan narasumber seorang doktor pendidikan olahraga lulusan dari Universitas Negeri Jakarta, yaitu DR. Tomi Ari Sudewo, yang bertugas sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Daerah (Pemda) DKI, Dinas Pemuda dan Olahraga dan juga dosen di Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kusuma Negara.

Tomi Ari Sudewo mengatakan untuk membina olah raga itu membutuhkan fokus, kesabaran, dan jangan cepat puas. Mungkin itu yang tentunya harus kita terapkan. Ketika membina harus menggunakan terminologi long-term athlete development artinya pembinaan yang kita lakukan benar-benar berdasarkan sport sport science. Ketika pembinaan sudah berdasarkan sport science, maka tryout-nya pun harus seperti itu. Ketika tryout-nya harus seperti itu, kompetisinya pun harus seperti itu. Jadi, semua nyambung dari mulai pembinaan, tryout-nya, dan kompetisinya.

Kita tidak ingin mengkarbit supaya anak ini cepat menjadi atlet internasional. Itulah yang kita lakukan saat ini di DKI Jakarta, bagaimana kita membinanya betul-betul kita bina, kita arahkan, kita sesuaikan dengan sport science yang ada, begitu juga tryout-nya kita sesuaikan, juga dengan kompetisinya.

Terkait program-program naturalisasi yang terjadi saat ini, itu langkah-langkah stimulan atau langkah-langkah terobosan yang dilakukan. Mudah-mudahan itu nanti bagi yang naturalisasi bisa memberikan ilmu kepada rekan-rekan dalam tim tersebut. Jadi, yang terpenting adalah bagaimana kita mulai dari saat ini fokus untuk memikirkan tentang pembinaan atlet usia dini.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber DR. Tomi Ari Sudewo.

Salam olah raga. Bagaimana perspektif Anda mengenai pembinaan olah raga di Indonesia untuk atlet kategori usia junior?

Terkait tentang Pembinaan Olahraga Prestasi Berkelanjutan (POPB), Provinsi DKI Jakarta sudah memulai program ini sejak 2019 sampai sekarang. POPB ini memang sebuah terobosan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dalam hal ini Dinas Pemuda dan Olah raga Provinsi DKI Jakarta.

Sebelumnya dan mungkin di banyak daerah sudah ada pembinaan olah raga prestasi pelajar, pembinaan olahraga mahasiswa, berikutnya Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) lapis satu, lapis dua, dan lapis tiga. Namun, Provinsi DKI Jakarta tentunya membuat sebuah langkah-langkah terobosan supaya tidak terputus pola pembinaan. Karena itu dilakukanlah pola pembinaan dari usia di bawah 15 tahun, maka lahirlah yang namanya Pembinaan Olahraga Prestasi Berkelanjutan (POPB).

Program POPB ini merupakan program yang awalnya adalah 1.000 atlet dari 36 cabang olah raga. Berikutnya, ini juga didukung oleh para tenaga ahli, para dokter, pelatih, dan mereka yang ahli di bidang IT. Memang kita ini menerapkan sport science yang artinya bahwa pemerintah Provinsi DKI Jakarta memandang penting pembinaan olah raga dari usia dini.

Harapannya, ketika kita mempunyai stok yang banyak atlet-atlet di usia muda, maka ini akan berkontribusi kepada prestasi atlet pada tahapan-tahapan selanjutnya. Jadi, dengan adanya pola POPB usia dini ini, maka harapannya Provinsi DKI Jakarta maupun Indonesia kelak tidak kekurangan stok atlet. Ini karena atlet terus dibina dari bawah yaitu dari usia di bawah 15 tahun, kemudian beranjak ke pelajar, mahasiswa, Pelatda lapis satu, dua, dan tiga.

Bagaimana sejauh ini prestasi yang telah dihasilkan dari program ini? Apakah atlet-etlet junior ini sudah bisa berprestasi di tingkat internasional?

Sebenarnya, yang menarik adalah menuju Olimpiade 2032. Apakah selanjutnya ada prestasi? Alhamdulillah, ternyata ini adalah buah dari pola pembinaan yang kita lakukan. Jadi, kita terus berlatih dan bonusnya adalah prestasi atlet. Yang menarik, ada beberapa prestasi kita yang sudah masuk ke tingkat internasional yaitu mulai dari loncat indah, taekwondo, atletik, tenis meja, renang, semuanya lengkap. Dari 36 cabang olahraga yang kita bina semuanya menghasilkan prestasi.

Perlu saya ceritakan sedikit, ketika ada kejuaraan Judo atas nama Barata, atlet kita, tampil luar biasa sampai dipuji oleh media Korea karena atlet kita tampil seperti halnya latihan. Mereka sudah berlatih di sini sedemikian rupa, dilatih oleh para pelatih yang professional, dan ketika bertanding maka itu seperti sebagai ajang latihan saja karena mereka sudah terbiasa.

Jadi, kompetisi yang mereka lakukan itu adalah sebuah latihan yang biasa mereka lakukan. Yang pada akhirnya atlet ini atas nama Barata menjadi juara. Kita mempunyai videonya dan ketika nanti bisa dilihat videonya itu luar biasa. Anak-anak kami di DKI Jakarta dibina oleh para pelatih-pelatih profesional mampu bersaing di tingkat Internasional.

Tadi Anda mengatakan menuju Olimpiade 2032, dan saya baca di media massa bahwa Indonesia sangat berminat sekali untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Bagaimana grand design dari pembinaan olah raga untuk membangun prestasi berkelanjutan kita agar bisa berprestasi dunia pada Olimpiade 2032?

Terkait dengan pembinaan olah raga prestasi berkelanjutan ini, kita sudah mulai sejak 2019. Berikutnya ada pola-pola pembinaan yang dilakukan oleh para coach yang profesional di bidangnya. Para atlet POPB ini tentunya hasil dari seleksi yang dilakukan oleh para tenaga ahli di Fakultas Ilmu Olah raga Universitas Negeri Jakarta.

Jadi, proses seleksi kita dibantu oleh para ahli tersebut. Setelah itu dihasilkanlah atlet POPB yang kemudian dilakukan pembinaan melalui pelatihan. Pelatihannya tadi selain dilengkapi oleh para pelatih yang handal dan mumpuni di bidangnya, kita juga dilengkapi oleh para dokter sehingga gizinya pun diperhatikan. Kemudian secara psikologi juga diperhatikan, dan treatment ketika mereka latihan maupun sesudah latihan kita ada measure yang menjaga bagaimana kebugaran maupun kelenturan atlet ini dapat terus terjaga.

Dari proses latihan itu nanti kita akan mengikutsertakan mereka pada kompetisi. Kompetisi yang akan kita pilih tentunya kompetensi yang memang sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah dijalaninya. Tentunya apa yang kita lakukan di POPB ini dijalankan menggunakan terminologi long-term athlete development artinya semuanya serba berkesinambungan, terukur, terarah dan terencana. Sudah dilatihnya secara terarah dan terencana, kemudian juga diikutkan dalam program kompetisi yang terarah, terencana, dan berkualitas menuju ke Olimpiade 2032.

Selain diikutsertakan di kompetisi, mereka tentunya juga mengadakan berbagai macam tryout di dalam dan luar negeri. Kenapa kita harus melakukan itu semua? Karena kita ingin atlet kita dari mulai usia dini sudah diperkenalkan pada suasana-suasana pertandingan supaya ketika mereka melakukan pertandingan sama halnya seperti mereka melaksanakan latihan karena Mereka sudah terbiasa. Tidak ada lagi rasa canggung, rasa takut, dan yang ada hanya menampilkan performa terbaik dari latihan yang sudah mereka lakukan.

Apakah grand design ini berlaku secara nasional? Artinya daerah-daerah lain juga menerapkan grand design pembinaan ini atau hanya di wilayah DKI Jakarta saja?

Kementerian Pemuda dan Olah raga sudah mencanangkan juga Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang dilakukan pada 2022 ini. Jadi, kami berpikir ide kami atau terobosan kami ini disambut baik dengan adanya DBON pada tingkat Kementerian atau pada tingkat nasional.

Bagaimana dengan kesiapan prasarana dan sarana untuk menunjang atlet-atlet junior ini berprestasi maksimal pada Olimpiade 2032?

Untuk venue-venue yang ada di provinsi DKI Jakarta, Alhamdulillah fasilitas venue-nya sudah mulai berbenah, dan sampai dengan saat ini hampir seluruh venue di Provinsi DKI Jakarta sudah bertaraf internasional. Ada beberapa yang mungkin masih terus dilengkapi, tapi secara keseluruhan venue-venue di DKI Jakarta sudah menuju ke taraf internasional.

Apakah ketersediaan peralatan olahraga untuk menunjang prestasi atlet junior ini sudah lengkap semua?

Sudah, tapi tentunya akan terus kita upgrade karena sarana dan prasarana ini juga seiring dengan perkembangan zaman, seiring dengan kemajuan teknologi ini terus berubah. Artinya, yang kurang mengikuti perkembangan zaman terkait sarana dan prasarana akan terus kita upgrade setiap tahunnya supaya atlet-atlet kita dapat menggunakan fasilitas yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan kompetisi yang berlangsung pada saat ini.

Apakah tenaga ahli yang membina atlet-atlet junior kita ada yang berasal dari luar negeri?

Kalau untuk pelatihnya kita masih menggunakan pelatih-pelatih dalam negeri untuk POPB ini.

Bagaimana upaya peningkatan prestasi dari atlet-atlet junior ini? Memang beberapa ada yang sudah berprestasi, tapi secara umum kalau kita lihat di olimpiade hanya beberapa cabang olahraga seperti bulutangkis yang bisa berprestasi meraih medali di ajang internasional tersebut. Apakah prestasi-prestasi tersebut menunjukkan bahwa pembinaan atlet junior kita sebelum ini kurang sukses?

Mungkin kalimat yang lebih tepat adalah memang pembinaan olah raga prestasi berkelanjutan di usia dibawah 15 tahun ini perlu perhatian dan fokus khusus. Jadi, bagaimana kita memberi perhatian lebih khusus lagi, lebih fokus lagi, dan lebih terarah lagi supaya atlet-atlet kita yang di usia dini ini benar-benar kita persiapkan dengan sebaik-baiknya, dengan menggunakan sport science yang kelak ini menjadi cikal bakal menuju atlet tingkat nasional, tingkat internasional dan nantinya ke tingkat dunia dan olimpiade.

Sekarang kalau kita lihat prestasi atlet-atlet kita di tingkat internasional itu masih kurang memuaskan untuk banyak cabang olahraga. Kalau cabang bulu tangkis sangat memuaskan, kita berhasil meraih medali-medali emas.

Apa kendala dari pembinaan atlet dari junior sampai senior supaya bisa terus meraih prestasi bahkan meraih mendali emas di olimpiade?

Sama-sama kita sepakat bahwa bulu tangkis sudah menerapkan pola pembinaan yang sudah terbukti dan teruji, yang pada akhirnya menghasilkan medali di olimpiade, dan itu patut kita apresiasi. Saya berpikir di POPB di Provinsi DKI Jakarta tentunya kita mencontoh dari yang sudah berhasil, dalam hal ini bulu tangkis.

Bagaimana mereka dapat berhasil? Yaitu dengan pola pembinaan yang bagus, tryout yang mereka lakukan bagus, kompetisi-kompetisi yang diikutinya juga berjenjang dan berkelanjutan, serta sesuai dengan sport science. Bagaimana terhadap cabang olahraga lain yang tentunya kita memang berharap seperti bulu tangkis? Olah raga adalah kegiatan praktek, kita langsung saja mencontoh ke bulu tangkis. Jadi, ketika ada cabang olah raga yang memang ingin berprestasi, kita contoh saja bulutangkis.

Terkait tentang kenapa cabang olah raga yang lain belum menunjukkan hasil, tentunya memang untuk membina itu membutuhkan fokus, kesabaran, dan jangan cepat puas. Mungkin itu yang tentunya harus kita terapkan. Ketika membina harus menggunakan terminologi long-term athlete development artinya pembinaan yang kita lakukan benar-benar berdasarkan sport sport science.

Ketika pembinaan sudah berdasarkan sport science, maka tryout-nya pun harus seperti itu. Ketika tryout-nya harus seperti itu, kompetisinya pun harus seperti itu. Jadi, semua nyambung dari mulai pembinaan, tryout-nya, dan kompetisinya.

Kalau itu semuanya sudah kita lakukan dengan terarah, teratur, benar, dan fokus, serta tidak cepat puas. Kita tidak ingin mengkarbit supaya anak ini cepat menjadi atlet internasional. Itulah yang kita lakukan saat ini di DKI Jakarta, bagaimana kita membinanya betul-betul kita bina, kita arahkan, kita sesuaikan dengan sport science yang ada, begitu juga tryout-nya kita sesuaikan, juga dengan kompetisinya.

Insya Allah, kalau ini semua sudah kita lakukan tahap-tahapnnya, didukung oleh tenaga profesional di bidangnya, saya yakin kelak tahun 2032 bukan hanya bulutangkis yang akan berjaya, tapi cabang olahraga yang lain juga akan berjaya.

Bagaimana perspektif Bapak mengenai cabang-cabang olahraga lain yang berusaha mengkarbit untuk meraih prestasi dengan cara menaturalisasi atlet-atlet muda?

Sebagai contoh, cabang olah raga sepak bola menaturalisasi beberapa atlet muda untuk bisa membela Indonesia di kejuaraan Piala Dunia Usia 20 pada tahun depan. Juga ada cabang olah raga basket, untuk meraih prestasi di Sea Games dan kejuaraan basket dunia, menaturalisasi tiga atlet Amerika Serikat tapi sukses meraih medali Sea Games untuk pertama kalinya di cabang basket. Bagaimana dengan program naturalisasi ini?

Saya sampaikan terlebih dahulu bahwa apapun dan bagaimanapun kita harus konsentrasi dan fokus pada pembinaan atlet-atlet di usia dini. Ketika kita fokus pada pembinaan atlet-atlet di usia dini, maka stok atlet kita akan berlimpah dan kita tidak akan kekurangan atlet.

Terkait program-program naturalisasi yang terjadi saat ini, saya berpikir itu langkah-langkah stimulan atau langkah-langkah terobosan yang dilakukan. Mudah-mudahan itu nanti bagi yang naturalisasi bisa memberikan ilmu kepada rekan-rekan dalam tim tersebut. Jadi, saya berpikir yang terpenting adalah bagaimana kita mulai dari saat ini fokus untuk memikirkan tentang pembinaan atlet usia dini.

Apakah program naturalisasi ini mengganggu program-program pembinaan atlet usia junior kita?

Kalau saya berpikir tidak menggagu. Jadi, program-program naturalisasi itu sebagai sebuah stimulus saja, sebagai langkah terobosan bagaimana agar dalam waktu yang relatif singkat dapat meraih prestasi.

Harapannya nanti atlet-atlet yang naturalisasi itu bisa memberikan ilmunya kepada rekan-rekan satu timnya. Baiknya adalah selain program naturalisasi itu kita mulai dari saat ini dan seterusnya fokus kepada pembinaan olahraga prestasi di bawah usia 15 tahun supaya stok atlet kita nanti banyak dan melimpah. Kalau sudah seperti itu saya berpikir ketika diadakan seleksi, kita sudah banyak stok atletnya.

Apakah saat ini stok atlet kita semakin sedikit, mengingat bidang-bidang lainnya seperti di bidang seni budaya, lomba menyanyi juga begitu banyak memikat perhatian generasi muda kita?

Kalau untuk di DKI Jakarta sejak 2019 sampai 2022 jumlah atlet yang kita bina sudah mencapai 1.500 orang. Jadi, di DKI Jakarta tidak akan kekurangan atlet karena kita sudah mulai memperhatikan dan mulai concern penuh terhadap pembinaan usia di bawah 15 tahun. Demikian juga di tingkat nasional, sudah ada Desain Besar Olahraga Nasional.

Pada 2022 ini sudah mulai diadakan pembinaan atlet di bawah usia 15 tahun. Jadi, saya berpikir Indonesia akan cerah untuk olah raga dan kedepan yakin pada 2032 kita akan lebih berjaya.

Previous
Previous

Next
Next