Permaculture Ala Petani Baper Progresif
Salam Perspektif Baru,
Hari ini kita membahas mengenai pertanian terintegrasi atau yang dikenal dengan permaculture. Narasumber kita adalah seorang petani yaitu Wahyu Kurniawan, Ketua Kelompok Tani Baper Progresif di Probolinggo, Jawa Timur.
Menurut Wahyu Kurniawan, pertanian permaculture mereka adalah pertanian yang terpadu dengan peternakan dan perikanan, serta eduwisata. Kita melakukan pertanian yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita, seperti bertani tanpa menggunakan pupuk kimia dan dengan menggunakan alat tradisional seperti cangkul.
Sisa pertanian dijadikan pakan untuk magot (belatung). Dari magot diputar untuk menjadi pakan ayam. Untuk ayam sendiri menghasilkan dua jenis, yaitu telur dan daging. Untuk sapi, kita ada dua jenis yaitu sapi perah dan sapi daging. Kemudian untuk pakan sapi perah, kita menggunakan bahan alami seperti rumput dan untuk tambahan langsung kita berikan biji-bijian.
Mereka juga sudah menyiapkan lahan untuk menjad tempat wisata ke depannya. Salah satu contoh adalah di sana mereka menyiapkan sebidang lahan untuk djadikan tempat outbound. Kemudian untuk selanjutnya ada kolam pancing dan yang paling menarik adalah air terjunnya. Jadi, di sana kita mengembangkan wisata dan bertani.
Untuk air terjun, mereka manfaatkan sebagai mikrohidro yaitu pembangkit listrik tenaga air yang bisa menghasilkan listrik dan mencukupi listrik yang kita butuhkan di lahan kami. Kita dapat bertani di malam hari dengan menggunakan sistem pertanian di malam hari. Selain itu untuk edukasi di lahan, kita dapat memerah kambing dan sapi, juga bisa petik buah dan sayur.
Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Wahyu Kurniawan.
Sektor pertanian penting dalam membangun kemandirian pangan suatu bangsa. Selain itu, pertanian juga telah terbukti menjadi salah satu sektor tangguh pertumbuhan ekonomi suatu negara saat menghadapi tantangan pandemi COVID-19. Hari ini kita membahas mengenai pertanian terintegrasi atau yang dikenal dengan permaculture. Kita membicarakan pertanian terintegrasi dengan Anda yang menjabat Ketua Kelompok Tani Baper Progresif di Probolinggo, Jawa Timur.
Apa itu Kelompok Tani Baper Progresif?
Di sini saya sedikit bercerita tentang sejarah Baper Progresif. Baper adalah kepanjangan dari Bromo Authentic Permaculture karena kita terletak di kawasan wisata Gunung Bromo. Kemudian Progresif merupakan kepanjangannya dari Green Sustainable Integrated Farming. Jadi di sini pertanian kita terintegritas dan terpadu.
Kita mengadopsi pertanian permaculture ini awalnya dari Yayasan IDEP Bali. Kemudian kita padukan dengan Bumi Langit di Yogyakarta yang sudah menerapkan permaculture di Indonesia. Jadi, ada dua pertanian yang menerapkan sistem permaculture, yaitu Yayasan IDEP Bali dan Bumi Langit Yogyakarta.
Kita mengadopsi untuk mengembangkan permaculture di desa Ngepung, Probolinggo, Jawa Timur. Ini karena kita ditunjuk oleh PT Paiton Operation & Maintenance Indonesia (POMI) sebagai binaan program CSR mereka. Ini juga karena desa kita berpotensi selain dengan pertaniannya, juga berpotensi dengan wisatanya.
Desa kami memiliki dua unggulan, yaitu air terjun Watu Lawang dan air terjun Triban. Diantara dua air terjun ini kita manfaatkan sebagai mikrohidro. Kita mengambil energi listrik dari air terjun kemudian kita alirkan di area Baper. Listrik ini kita manfaatkan sebagai alat penerangan di setiap sudut area pertanian kita. Selain kita bertani di siang hari, kita juga memanfaatkan lampu untuk menghiasi tanaman kita di malam hari.
Apa yang dimaksud dengan sistem pertanian permaculture yang diterapkan di desa Anda?
Pertanian permaculture ini adalah pertanian yang terpadu. Kita melakukan pertanian yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita, seperti bertani tanpa menggunakan pupuk kimia dan dengan menggunakan alat tradisional seperti cangkul. Jadi, kita tidak menggunakan bajak dan tidak menggunakan pupuk kimia.
Kalau tidak menggunakan pupuk kimia, bagaimana dengan hasil dari pertaniannya?
Untuk pertanian kita sekarang tidak mengejar produksi, tapi kita mengejar kualitas dari segi kesehatan. Kita juga membuat benih yang benar-benar murni tanpa pupuk kimia.
Dari mana Anda mendapatkan pupuk organik atau non kimia tersebut?
Kita menggunakan pupuk kandang dan kita membuat bahan-bahan alami seperti sampah organik, kemudian sisa dari limbah dapur kita manfaatkan juga sebagai pupuk kompos dan pupuk cair.
Apa saja jenis pertanian yang dikembangkan di sana?
Pertanian yang kita kembangkan di sana sekarang adalah berupa empon-empon, buah-buahan, dan bumbu dapur. Untuk selanjutnya kita ingin mengembangkan jenis tanaman sayuran, tetapi kita terkendala dengan hama. Jadi, kita mengembangkan tanaman yang tidak disukai hama seperti jahe, cabai, dan buah-buahan yang jangka panjang.
Apa hama yang mengancam pertanian di sana?
Hama yang ada disana sekarang ada dua jenis, yaitu monyet dan landak. Mereka menyerang ketika kita tidak ada di kebun. Jadi, setiap hari kita harus jaga. Tanaman cabai dan jahe kebetulan tidak disukai oleh mereka, jadi kita bisa sambal jalan.
Apakah hama monyet dan landak ini banyak, dan mengapa di wilayah tersebut sampai ada monyet dan landak?
Ini adalah akibat dari penebangan pohon yang berbuah di hutan, sehingga mereka tidak dapat pakan di hutan dan menyerang kebun kita. Untuk antisipasi dari hama-hama tersebut, kita menggunakan pengendalian hama tapi tidak dengan berburu.
Kita memiliki program penghijauan hutan dengan tanaman pakan yang sesuai dengan hutan tersebut. Jadi, kita menebar biji-bijian di hutan untuk menumbuhkan calon pohon regenarasi. Kebetulan hutan kami adalah hutan lindung, tetapi pakan untuk hama tersebut sudah tidak ada, sehingga mereka menyerang ke kebun kami.
Untuk menghindari serangan hama berupa monyet dan landak, petani di sana menanam cabai dan jahe bukan sayur-sayuran. Apakah dari sisi nilai ekonomi, tanaman tersebut tetap menguntungkan bagi petani di sana?
Untuk hasil produksi kami sementara ini kita jual berupa olahan. Jika kita menjual hasil tani tersebut dengan cara mentah, kita kurang memiliki nilai jualnya karena yang mematok harga bukan kami tapi pengepul. Akhirnya kita mempunyai inisiatif untuk mengolah hasil pertanian kita menjadi olahan dalam kemasan.
Apa itu bentuknya?
Seperti jahe, kita olah sebagai permen jahe dan minuman poka instan. Sedangkan untuk cabai kita olah menjadi tepung atau bubuk cabai. Itu pun kita menggunakan pengering bantuan karena di tempat kita curah hujannya lebih tinggi. Jadi, untuk pengeringan kurang maksimal.
Dari mana Anda dan rekan-rekan petani di sana memiliki kemampuan atau keterampilan untuk mengolah jahe, cabai dan sebagainya?
Untuk pengolahan hasil tani ini kita dibimbing oleh Dinas UMKM. Kita dibina melalui pelatihan-pelatihan seperti pengolahan hasil ternak, hasil pertanian, dan kerajinan. Jadi, kita mengembangkan olahan jahe ini sebagai andalan di Baper.
Apa jenis peternakan yang dikembangkan di sana?
Jenis peternakan yang kita kembangkan di sana ada unggas dan ruminansia (hewan pemamah biak). Untuk unggas kita ternak burung puyuh dan ayam. Kebetulan untuk burung puyuh petelur kita mendapat support berupa hibah dari dinas peternakan. Kemudian teman-teman ada yang berinisiatif untuk memelihara ayam. Untuk ternak ruminansia berupa sapi dan kambing untuk persiapan hewan kurban.
Di sini pertanian kita adalah pertanian terpadu. Jadi, sisa pertanian kita jadikan pakan untuk magot (belatung). Dari magot kita putar untuk menjadi pakan ayam. Untuk ayam sendiri menghasilkan dua jenis, yaitu telur dan daging. Untuk sapi, kita ada dua jenis yaitu sapi perah dan sapi daging. Pakan untuk sapi daging menggunakan pakan fermentasi yang kita olah sendiri. Kemudian untuk pakan sapi perah, kita menggunakan bahan alami seperti rumput dan untuk tambahan langsung kita berikan biji-bijian.
Bagaimana hasil dari peternakan saat ini? Berapa telur burung puyuh yang dihasilkan atau telur ayam yang dihasilkan?
Awalnya hasil telur puyuh kita hampir mendekati 100%, tapi karena terjadi gangguan cuaca maka produksi telur kita menurun. Kemudian harga pakan pun tetap melambung tinggi. Jadi, bisa dikatakan kita masih belum dapat keuntungan dari puyuh tersebut. Kemudian untuk telur ayam, Alhamdulillah kita sudah dua kali panen dengan menggunakan sistem pakan organik berupa magot dan sisa limbah dapur.
Permaculture atau pertanian terpadu ini tidak hanya bermanfaat untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan, tetapi ini juga bermanfaat untuk menjadi wisata alternatif. Bagaimana permaculture disana dihubungkan dengan ekowisata atau wisata yang lestari?
Mengenai eduwisata, kita sudah menyiapkan lahan untuk kita jadikan tempat wisata ke depannya. Salah satu contoh adalah di sana kita menyiapkan sebidang lahan untuk djadikan tempat outbound. Kemudian untuk selanjutnya ada kolam pancing dan yang paling menarik adalah air terjunnya. Jadi, di sana kita mengembangkan wisata dan bertani.
Untuk air terjun, kita manfaatkan sebagai mikrohidro yaitu pembangkit listrik tenaga air yang bisa menghasilkan listrik dan mencukupi listrik yang kita butuhkan di lahan kami. Kita dapat bertani di malam hari dengan menggunakan sistem pertanian di malam hari. Selain itu untuk edukasi di lahan, kita dapat memerah kambing dan sapi, juga bisa petik buah dan sayur.
Untuk wisata edukasi ini, jam berapa pengunjung mulai bisa datang ke sana dan sampai jam berapa?
Kita buka dari jam 07.00 sampai 16.00, kemudian kita break sebentar untuk istirahat. Setelah itu kita buka lagi jam 18.30 sampai jam 21.00.
Berapa harga tiket untuk setiap orang yang datang berkunjung untuk menikmati wisata edukasi ini?
Untuk tiket kita tidak menentukan atau tidak mematok harga. Jadi, di sana hanya kita siapkan lahan penitipan kendaraan.
Apakah ini berarti gratis?
Untuk sementara masih gratis. Ke depannya, kalau sudah ada beberapa wahana mungkin bisa kita patok harga tiket.
Tadi Anda menyebutkan salah satu wahana di sana adalah mikrohidro atau energi terbarukan. Siapa yang menggagas mikrohidro tersebut?
Mikrohidro ini dibangun oleh PT. POMI dan PT Paiton Energy. Di sana kita bukan hanya menikmati hasil listriknya, tapi kita bisa belajar juga bagaimana merawat alam sekitarnya sehingga air tetap terjaga dan listrik tetap hidup.
Permaculture yang terintegrasi dengan wisata edukasi ini tentu saja akan memerlukan dana dan kemampuan SDM. Siapa yang mendukung Baper Progresif ini untuk mengembangkan hal itu semua?
Di sini kita dibina oleh CSR PT. POMI. Kita dibina melalui CSR selama lima tahun. Untuk pendanaan, kita mendapatkan dana penuh dari CSR PT. POMI. Kemudian setelah launching kemarin kita juga mendapat dukungan dari beberapa dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan, juga Dinas Kominfo dan Pariwisata. Jadi, kita didukung penuh oleh PT. POMI untuk pendanaan dan untuk SDM kita masih dalam proses pembelajaran.
Apa manfaat yang paling dirasakan saat ini oleh Anda dan rekan-rekan petani di sana dengan adanya permaculture yang didukung oleh perusahaan melalui program CSR?
Manfaat yang kita dapatkan sangat banyak. Pertama, kita mendapatkan peluang kerja. Kemudian teman-teman juga mendapat ilmu dan penghasilan tambahan berupa penjualan hasil pertanian. Selain itu, untuk warga sekitar juga mendapatkan hasil dari teman-teman berupa tamu karena yang ingin sekedar menginap sementara, maka kita inapkan di rumah warga.