Peduli Lewat Komunitas
Salam Perspektif Baru,
Momentum mulai berakhirnya pandemi COVID-19 idealnya dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara maksimal, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kondisi perekonomian global yang tetap lesu, bahkan menurun akibat banyak ketidakpastian membuat upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi tidak mudah. Dalam kondisi seperti ini kegiatan berbagi menjadi sangat penting dan perlu ditingkatkan sebagai wujud kepedulian terhadap sesama dan untuk membantu satu sama lain. Hari ini kami akan mewawancarai Fitriana Damayanti, Pendiri Komunitas Lebah.
Fitriana Damayanti mengatakan komunitas Lebah ini dia dirikan bersama tiga orang teman pada 2008. dia berniat membuat komunitas ini karena waktu itu merasa egois sekali sebagai makhluk sosial, karena dia hanya sibuk mengurusi keluarga dan pekerjaan. Ada rasa gelisah di hati kenapa hidup hanya begini-begini saja. Apa manfaat saya untuk banyak orang sebagai makhluk sosial?
Dia selalu meminta kepada anggota komunitas bahwa kita ini memang tidak dibayar, tetapi sebetulnya yang kita dapat dari kegiatan ini lebih dari bayaran uang. Jadi, tetap harus profesional karena kami juga ada timeline, kami juga setiap selesai kegiatan selalu memposting Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ), semua kegiatan, dan keuangan bisa dicek di web kami.
Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Fitriana Damayanti.
Saat ini banyak perusahaan besar yang tidak kuat menghadapi kondisi perekonomian global yang sedang lesu atau menurun. Dalam kondisi seperti ini tentu saja kepedulian sosial sangat penting dan perlu ditingkatkan. Selama ini kami melihat Komunitas Lebah aktif melakukan kepedulian sosial. Apa yang melatarbelakangi Anda dan lembaga yang Anda dirikan ini untuk melakukan kepedulian sosial?
Komunitas Lebah ini saya dirikan bersama tiga orang teman pada 2008. Kalau dari saya pribadi mengapa berniat membuat komunitas ini karena waktu itu saya merasa egois sekali sebagai makhluk sosial, karena saya hanya sibuk mengurusi keluarga dan pekerjaan. Ada rasa gelisah di hati kenapa hidup hanya begini-begini saja. Apa manfaat saya untuk banyak orang sebagai makhluk sosial?
Pada saat itu dengan tiga orang teman mendirikan Komunitas Lebah. Lalu, dua pendiri ada kesibukan masing-masing, dan Alhamdulillah saya dipertemukan dengan Beezers, kami menyebut relawan lebah itu dengan Beezers. Jadi, kami dipersatukan oleh Allah meskipun dengan kondisi apapun kita berusaha untuk tetap bersama untuk berbagi peduli. Itu karena Beezers ini semuanya adalah pekerja, tapi Alhamdulillah saya juga salut kepada anggota saya karena meskipun sibuk kerja, sibuk mengurus keluarga tapi masih meluangkan waktu untuk mengurusi kegiatan-kegiatan.
Apa saja kegiatan kepedulian sosial yang telah dilakukan oleh Komunitas Lebah dari 2008 sampai sekarang?
Kita fokus di kesehatan dan pendidikan. Kalau kesehatan, yang terbaru adalah kami mendirikan fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK) umum dan sarana air bersih di Tenjolaya, Bogor, Jawa Barat. Jadi, ada sekolah Madrasah yang memang masyarakat sekitarnya juga masih belum banyak yang mempunyai kamar mandi di rumah, di sekolah itu juga banyak muridnya, dan kebetulan juga banyak duafanya, sehingga kita buat di sana untuk kesehatan.
Sebetulnya sebelum pandemi kami rutin ada kegiatan yang namanya Sehat Milik Semua (SMS), tapi karena pandemi kita stop kegiatan tersebut. Pada saat itu sisa obat yang ada kami kirim ke Maluku Tengah, kebetulan ada relawan kami waktu itu yang bertugas sebagai dokter di sana.
Lalu untuk pendidikannya, di awal Januari ini kami baru berkegiatan untuk Cerdas Tanpa Batas, yaitu kita men-support rumah baca yang ada di pelosok, yang akses untuk membeli buku juga susah, ke toko bukunya susah, daya belinya juga susah. Kami pikir cerdas itu hak semua orang dan semua warga Indonesia. Jadi, kami membuat nama cerdas tanpa batas.
Mengapa difokuskan kepada dua bidang itu? Mengapa tidak juga ke pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil atau UMKM dan sebagainya?
Saya juga melihat kemampuan yang kami punya untuk mengelola. Artinya, kita ini memang tidak punya kemampuan dan tidak punya cukup waktu kalau harus me-maintain kegiatan secara terus-menerus, seperti pemberdayaan. Jadi, kami pikir daripada tidak melakukan apapun sama sekali, lebih baik hanya dua sektor itu, yang kami rasa mampu, kami juga sanggup dari segi waktu dan semuanya untuk melakukan, maka kita hanya memilih dua itu dan supaya lebih fokus saja sebetulnya.
Darimana dananya karena semua kegiatan pasti memerlukan dana, dan ini adalah lembaga nirlaba?
Kami ada donatur, yang kami sebut dengan Sahabat Lebah. Alhamdulilah, kami sudah mempunyai Sahabat Lebah setia yang saya percaya dengan kekuatan silaturahmi dan kekuatan jempol, mainkan medsos untuk hal yang baik, mengajak orang untuk berbuat kebaikan. Jadi, selama ini Alhamdulillah Allah cukupkan semuanya.
Apa program unggulan selain MCK umum dan apa manfaat yang diraih oleh masyarakat?
Kalau untuk kesehatan kami sebetulnya hanya ada Sehat Milik Semua, MCK, dan instalasi sumber air bersih. Tadi di awal saya sudah sempat katakan karena pandemi maka kami memutuskan untuk menghentikan program Sehat Milik Semua karena berbagai kendala. Lalu, obat-obat juga sudah kami kirimkan ke tempat yang lebih membutuhkan, sehingga untuk sementara itu benar-benar stop.
Apakah Sehat Milik Semua itu pembagian obat atau pengobatan gratis?
Pengobatan gratis tepatnya. Jadi, kami membawa tim dokter ke tempat yang sesuai dengan kriteria yang bisa kita jadikan kegiatan SMS, yaitu tempat yang jauh dari Puskesmas. Kalaupun ada Puskesmas pembantu (Pustu), justru itu tidak buka setiap hari. Artinya, mungkin berbeda di setiap wilayah. Yang sudah pernah kami lakukan adalah Pustunya tidak buka setiap hari, dan atau jauh dari Pustu. Artinya, akses untuk berobat masyarakat itu sulit.
Jadi, kami membawa tim dokter, lalu kami juga membawa obat-obatan dengan tentunya ada relawan apoteker, kemudian di situ kami memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan kesehatan, haknya untuk sehat, dan obat secara gratis, benar-benar gratis, kami tidak memungut biaya apapun.
Dari mana Anda tahu bahwa lokasi itu atau masyarakat di situ membutuhkan layanan rumah sakit atau layanan kesehatan?
Jadi, di setiap kegiatan kami tentunya ada survei. Bisa juga dengan dua cara selain survei, misalnya kita ada teman yang tinggal di sana atau saudara, kemudian memberikan informasi bahwa tempat itu membutuhkan layanan.
Lalu, kita akan survei dan cek Puskemasnya berapa jauh jaraknya, bagaimana kondisi masyarakatnya, atau kadang-kadang kita langsung saja. Jadi, kita sudah mempunyai peta pada tahun lalu SMS dilakukan di daerah mana, kemudian kita coba di daerah yang lawan arah, kita searching dulu wilayah itu bagaimana statusnya. Kita harus tetap survei di setiap kegiatan.
Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat di sana, dan bagaimana tingkat kesehatan di sana?
Manfaat yang didapat oleh masyarakat adalah mereka tentunya berterima kasih karena bisa langsung bertemu dengan dokter, langsung mendapatkan obat gratis dan tidak jauh perginya. Itu karena kadang-kadang obatnya gratis, tapi biaya atau ongkos dari rumahnya ke Puskemas itu jauh. Kalau bagi kami manfaatnya tentu banyak sekali karena dengan melihat mereka senyum membawa pulang obat, itu sudah membuat kami happy.
Apakah setiap kegiatan di suatu daerah itu hanya sekali saja atau rutin di setiap tiga bulan sekali datang atau enam bulan sekali?
Tidak, kami memang hanya satu kali karena kami tidak mempunyai kemampuan untuk me-maintain bolak-balik ke sana karena sudah ada program tahunan. Jadi, kami memang hanya berkegiatan satu kali, tidak ada untuk selanjutnya. Kalaupun misalnya orang ini perlu, kita hanya jelaskan bahwa mereka masih perlu dan silakan ke Puskesmas.
Darimana biaya untuk program pengobatan gratis karena kalau dokter mungkin ada yang bersedia free, tapi kalau obat itu kemungkinan besar tidak ada yang free.
Alhamdulillah, itu kekuatan dari Sahabat Lebah semua untuk beli obat, untuk dana. Jadi, caranya adalah setelah survei kami membuat proposal, lalu kami akan posting di media sosial kami. Alamdulillah, langsung berdatangan rezekinya untuk kegiatan yang akan kita lakukan. Jadi, di belakang kami tidak ada perusahaan besar yang selalu kasih dana CSR nya, belum ada yang tetap.
Berapa jumlah Komunitas Lebah ini?
Anggotanya kurang lebih 30 orang karena seleksi alam, ada yang baru melahirkan, ada yang sibuk. Jadi, sekarang yang aktif kira-kira 30 orang.
Apakah ini berarti semua dana kegiatan dari mereka bertiga puluh itu?
Bukan. Sahabat Lebah adalah donatur lebah yang di luar kami, di luar Beezers. Jadi, semua Beezers ini mempunyai pertemanan, saya minta di setiap kegiatan itu tidak hanya di posting di media sosial komunitas lebah saja, tapi di media sosial masing-masing Beezers juga. Jadi makin banyak yang baca, makin banyak yang tergerak hatinya, dan makin banyak yang membantu dan terbantu.
Apakah kegiatan kesehatan ini sudah menjangkau di beberapa titik, beberapa pulau, atau hanya di Pulau Jawa saja?
Kalau untuk Sehat Milik Semua memang hanya di Pulau Jawa saja karena kita membawa dokter dan juga tenaga medis. Kami belum sanggup kalau untuk ke luar Pulau Jawa.
Apakah ini artinya di Pulau Jawa pun masyarakatnya untuk terhubung atau mengakses layanan itu masih banyak yang sulit?
Iya, contohnya tetangga kita di Bogor. Kedengarannya Bogor itu dekat, tapi kenyataannya memang kalau kita lebih masuk lagi itu sangat luas dan masih banyak yang pedalaman. Sebetulnya kita banyak yang tidak tahu saja karena orang berpikir Bogor itu sudah bagus. Memang kalau kotanya bagus, tapi Kabupaten Bogor luas.
Bidang fokus lainnya kegiatan komunitas lebah adalah di sektor pendidikan, salah satu program andalannya adalah Cerdas Tanpa Batas. Ini sangat menarik karena pemerintah juga sudah mempunyai program pendidikan yaitu Wajib Belajar 9 tahun atau 12 tahun di beberapa daerah. Apa yang membedakan program ini dengan program pemerintah?
Kalau program pemerintah adalah pendidikan wajib, sedangkan kalau kami itu memberikan buku-buku ke rumah baca di pelosok yang memang butuh bantuan, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Jadi, jenis bukunya juga bermacam-macam yaitu ada agama, keterampilan, hobi, dan sebagainya.
Kami sebenarnya menyasar pada selain generasi mudanya agar mari mulai baca. Apalagi sekarang pemerintah juga sedang menggalakkan literasi. Kami ingin lebih banyak anak yang gemar membaca supaya lebih maju. Artinya, generasi akan lebih cerdas. Kami juga berharap orang tuannya mendampingi. Kami menyediakan bukunya, tapi terkadang ada anak yang belum bisa pergi sendiri, sehingga peran orang tua dibutuhkan juga di sini. Mungkin nanti di sana orang tuanya bisa baca buku untuk orang tua, dan anak bisa baca bukunya anak.
Kalau untuk pendidikan sebetulnya kami ada dua yang kami utamakan. Selain Cerdas Tanpa Batas, ada juga edufasting yaitu edukasi pada bulan Ramadhan. Kami juga mengadakan seperti kelas motivasi untuk anak-anak jalanan atau panti, tapi ini sedikit berubah bentuknya pada masa pandemi.
Biasanya kami mendatangkan anak-anak dari beberapa panti ke suatu tempat penginapan, lalu kami menginap bersama dengan pembicara atau narasumber yang kami undang. Tetapi karena pandemi tidak memungkinkan hal itu, jadi sejak tahun lalu kami mengubah konsep menjadi kami yang mendatangi panti atau madrasah yang memang sesuai kriteria, yaitu sasarannya adalah duafa. Kemudian kami mendatangi mereka.
Apakah fokus pemberian buku ini untuk TK, SD, SMP, atau SMA?
Semuanya, dari TK, SD, SMP, SMA, sampai orang tua atau dewasa.
Apakah bentuknya ini pemberian buku saja? Mengapa tidak mengembangkan dalam bentuk buku digital yang bisa diakses oleh semua orang dimana saja?
Itu karena terkadang kalau di desa itu wifi-nya tidak bagus, tidak semua wilayah bagus untuk sarana wifi. Kalau misalnya handphone, belum tentu semua mempunyai handphone. Kalaupun misalnya mempunyai handphone, nanti bagaimana digital kuotanya.
Saya pikir untuk saat ini semuanya sudah oke, lebih memudahkan semua orang, dan kebetulan biasanya tempat yang kami support itu menjadi rumah baca dan rumah belajar bersama. Sebetulnya itu juga untuk memancing anak datang ke sana, sehingga tidak hanya bermain gadget, tapi datang ke tempat itu untuk membaca dan belajar bersama.
Apakah setelah didirikan rumah baca tersebut diserahkan ke sekolahan atau desa?
Tidak, jadi ini lebih seperti perpustakaan desa. Rumah baca ini biasanya didirikan oleh relawan lokal yang ada, itu kenapa kita selalu survei lebih dulu. Misalnya, Cerdas Tanpa Batas yang terakhir kemarin ada juga yang mengajukan dari sekolah. Kami pikir kalau sekolah itu ada dana dari Kemendikbud, sehingga kami tidak pilih itu. Kami pilih yang memang kelihatannya memang pengurusnya juga serius untuk mencerdaskan warga setempat.
Kalau untuk edukasi motivasi, apa motivasi yang diberikan?
Untuk yang edufasting, target kita adalah remaja. Kita ingin menanamkan kepada anak-anak, remaja ini supaya apapun kondisinya kita harus tetap bersyukur, berjuang, dan berani bermimpi besar. Benang merahnya itu sebetulnya kalau di kegiatan Ramadhan, lebih menanamkan kepercayaan diri, dan semua orang pasti bisa asalkan berusaha pasti bisa maju. Kami menanamkan itu sebetulnya. Jadi, jangan sampai minder.
Kegiatannya fokus kepada pembelian buku dan pendirian rumah baca atau rumah belajar. Di satu sisi juga banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena kendala biaya. Mohon maaf, walaupun kita menyediakan buku, tapi dia tidak bisa melanjutkan sekolah akhirnya program itu bisa terhenti untuk mencerdaskan tanpa batas ini. Apakah ada program juga untuk beasiswa?
Dulu sudah pernah, tapi kita tidak lanjut. Waktu itu pernah sekali kami adakan. Kalau menurut saya, misalnya anak ini putus sekolah, putus sekolah berarti anak ini sudah bisa baca. Jadi, dengan adanya rumah baca, anak ini sebetulnya bisa tetap belajar di rumah baca ini. Sebenarnya kalau ada keinginan atau orang tuanya mendukung, dia akan tetap bisa mendapatkan ilmu meskipun tidak pergi ke sekolah.
Kegiatan ini sangat baik dan sangat menarik sekali dan perlu dukungan publik. Jika ada yang ingin menjadi anggota dan ingin berdonasi, kemana bisa menghubungi?
Silakan pantau medsos kami yaitu Instagramnya @komunitaslebah, kemudian Facebook kami juga ada yaitu Komunitas Lebah. Kita biasanya aktif di situ, sehingga bisa direct message di sana. Sebetulnya kami terbuka untuk siapapun kalau ingin bergabung. Syaratnya adalah siap capek, siap menyumbangkan pikiran dan tetap profesional.
Saya minta ke anggota saya bahwa kita ini memang tidak dibayar, tetapi sebetulnya yang kita dapat dari kegiatan ini lebih dari bayaran uang. Jadi, tetap harus profesional karena kami juga ada timeline, kami juga setiap selesai kegiatan selalu memposting Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ), semua kegiatan, dan keuangan bisa dicek di web kami.