Mudik Aman

Salam Perspektif Baru,

Musim mudik telah tiba, euforia lebaran di kampung halaman bersama orang-orang tersayang tahun ini akhirnya bisa terwujud karena tidak ada lagi pembatasan kendaraan seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam tiga tahun terakhir yang pernah kita alami akibat pandemi COVID-19. Tentunya ini menjadi pekerjaan berat bagi teman-teman kita dari kepolisian, terutama Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Korlantas Polri). Inilah yang akan kita bahas kali ini, yaitu kita akan membahas tentang mudik aman, tanpa kemacetan, dan juga nyaman. Saat ini saya sudah bersama orang yang saat ini paling sibuk, paling tidak dalam waktu dua minggu sekarang hingga dua minggu ke depan, yaitu Kombes. Pol. Eddy Djunaedi, S.I.K., Kepala Bagian Operasional Korlantas Polri.

Eddy Djunaedi mengatakan Kakorlantas, Dirjen Perhubungan Darat, Dirjen Bina Marga sudah menandatangani surat keputusan bersama yang isinya bagaimana mengatur cara bertindak, khususnya yang ada di jalur tol dan non-tol. Bagaimana cara bertindak yang ada di jalur tol, kita sudah atur bagaimana contraflow nya, kapan dilakukan, di wilayah mana, jamnya jam berapa, itu sudah kita atur.

Kita sudah ada layanan informasi dan pengaduan. Untuk call center NTMC Korlantas Polri yaitu ada di 1500 669, SMS center ada di 919, untuk contact center whatsapp ada di nomor 0819 0150 0669. Untuk call center Kementerian Perhubungan ada di 151. Untuk call center Kementerian PUPR itu ada di 158. Bila masyarakat ada yang membutuhkan silakan menghubungi nomor tersebut, nanti kita secepatnya membantu.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Ferdi Setiawan sebagai pewawancara dengan narasumber Kombes. Pol. Eddy Djunaedi, S.I.K.

Saat ini Korps Lalu Lintas (Korlantas) ada hajatan besar lagi, yaitu pengamanan, rekayasa lalu lintas mudik yang kembali marak, dan antusias terhadap apa yang sudah tiga tahun tidak kita alami. Bagaimana kesiapan petugas Korlantas Polri saat ini dalam menghadapi prediksi mudik yang sangat membludak yaitu 123,8 juta orang?

Korlantas beserta stakeholder terkait sudah sejak jauh hari melakukan survei-survei di jalur Pantai Selatan Pulau Jawa, Pantai Utara Pulau Jawa, jalur tol, termasuk yang akan menuju ke wisata yang ada di Bogor, Puncak, termasuk juga jalur yang menuju ke Pelabuhan.

Pada tahun kemarin masih ada sedikit crowded di Pelabuhan Merak. Karena itu kemarin kita survei lagi, dan ternyata ada dua tambahan sekarang ini, yaitu ada di Pelabuhan Ciwandan dan   Bandar Bakau Jaya (BBJ). Mudah-mudahan dengan adanya tambahan dua pelabuhan yang dioperasionalkan bebarengan dengan Pelabuhan Merak, nanti arus yang ke luar maupun yang masuk dari Jawa atau Sumatera akan lebih baik lagi. Itu yang pertama.

Kedua, tentunya seperti yang tadi disampaikan Anda bahwa prediksi pemudik secara nasional nanti akan meningkat sebesar 44,8% atau 123,8 juta yang akan melaksanakan mobilisasi pelaksanaan mudik dan balik.

Pandemi COVID sudah cukup landai, namun demikian kita masih harus hati-hati. Prokes harus kita terapkan juga, termasuk pemerintah sudah memutuskan dan menetapkan bahwa cuti bersama mulai 19 - 25 April 2023. Untuk itu kesiapan Polri, antara lain, anggotanya juga sudah kita tambah. Tahun kemarin 144.000 anggota yang terlibat, sekarang sudah sampai 148.000 yang kita kerahkan.

Yang berikut, termasuk juga diantaranya bagaimana kita akan menggelar sarana dan prasarana yang ada. Kalau hanya anggota saja itu tidak akan berhasil tanpa sarana dan prasarana yang ada. Itu pun juga tidak akan berhasil bila kita bekerja sendirian.

“Kita”, ini yang menjadi kata kuncinya, kita ini adalah Polri, stakeholder terkait, baik itu Kementerian Perhubungan, PUPR, BUMN, Kesehatan, BPJT, BUJT, dan sebagainya  melakukan koordinasi, sinergi, dan kolaborasi yang baik, baik pada saat sebelum yaitu kemarin kita melaksanakan survei-survei dan rapat koordinasi, maupun nanti diharapkan kita semakin lebih intens pada saat pelaksanaan di lapangan.

Di samping itu, dengan adanya prediksi puncak mudik yang membludak, kita juga sudah mempersiapkan beberapa pos pengamanan, pos pelayanan, dan pos terpadu yang nanti pastinya akan digelar pada jalur tol, non-tol, maupun jalur alternatif. Hal itu untuk mengantisipasi  masyarakat yang akan melakukan mudik menuju ke tempat tujuan.

Berikutnya, kita juga menentukan cara bertindak, bagaimana personil yang ada, sarana dan prasarana yang ada, kolaborasi, sinergi, dan koordinasi yang baik. Tanpa adanya sistem atau cara bertindak yang kita tentukan, itu tidak kita kelola, itu juga tidak ada artinya.

Kakorlantas, Dirjen Perhubungan Darat, Dirjen Bina Marga sudah menandatangani surat keputusan bersama yang isinya bagaimana mengatur cara bertindak, khususnya yang ada di jalur tol dan non-tol. Bagaimana cara bertindak yang ada di jalur tol, kita sudah atur bagaimana contraflow nya, kapan dilakukan, di wilayah mana, jamnya jam berapa, itu sudah kita atur.

Berikutnya juga yang sangat penting bagaimana kita melakukan sosialisasi kepada media. Karena itu Kakorlantas dan saya sangat berterima kasih karena sudah diundang di sini untuk menyampaikan ini, sehingga masyarakat menjadi lebih tahu bagaimana nanti cara bertindak yang akan dilakukan.

Masyarakat bisa memilih nanti ingin berangkat jam berapa, nanti akan melalui jalur mana, apakah jalur tol, apakah lewat Pantura, apakah lewat selatan. Jadi masyarakat silakan memilih. Juga bagaimana yang membludak ini kita harus bisa mengantisipasi dengan menurunkan tim-tim urai kemacetan, bila nanti terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.

 

Tapi terkadang seperti ini, orang berpikiran sama untuk menentukan mudik awal, mudik pertengahan, atau mudik akhir. Bagaimana mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diperhitungkan seperti misalnya ketika nanti masyarakat mengalami situasi satu tempat, satu tujuan, dan satu waktu yang bersamaan untuk mudik?

Seperti yang saya sampaikan tadi, kita melaksanakan sosialisasi SKB ini sudah berjalan 10 hari. Mudah-mudahan masyarakat “tidak secara bersamaan” apakah harinya, waktunya, apalagi jamnya. Namun demikian untuk antisipasinya kita sudah siapkan seperti penambahan personil, cara bertindak kita, bagaimana nanti kita melakukan bila di tol terjadi kepadatan maka kita lakukan buka tutup tolnya.

Kita melakukan pengalihan arus kalau memang tolnya padat, bagaimana kita melakukan buka tutup yang ada di gerbang. Seandainya gerbangnya sudah padat, kita akan tutup dulu, kita alihkan dulu, dan sebagainya.

 

Mengenai jalur tol layang MBZ, ini menjadi salah satu jalur favorit. Orang akan melintasi jalur itu dan bisa memangkas waktu yang lumayan cukup singkat. Bagaimana mengantisipasi agar tidak terjadi bottle neck di atas dan di bawah karena di situ tidak ada rest area, tidak ada juga tempat untuk berhenti di bahu jalan?

Perlu kami sampaikan bahwa saya mempunyai pengalaman pada tahun MBZ dibuka, yaitu  2020. Kebetulan saat itu saya menjadi Dirlantas Jawa Barat. Memang pertama kali antusias masyarakat sangat kencang sekali melintasi jalur layang tol MBZ itu. Beberapa kejadian ban meletus, terjadi kecelakaan beruntun, ada sekitar 7 - 8 kendaraan yang kehabisan bensin. Itu merupakan problematika yang ada di jalan layang tol MBZ. Namun demikian kita sudah menyiapkan bila terjadi kepadatan.

Jalan tol layang MBZ itu kalau kita arus mudik arah ke Timur, maka kuncinya ada di KM 10 pada saat naiknya yang dari bawah  dari arah Jakarta dan turunnya di KM 48 tol Japek yang ada di Karawang. Bila terjadi sesuatu yang ada di tengah-tengah antara KM 10 dan KM 48, kemarin kita sudah sepakat bahwa akan ada dua sampai dengan tiga titik yang nanti akan ada mobil operasional di atas.

Kita persiapkan juga dereknya, tim urainya, dan tim bila terjadi kontinjensi yang mungkin sifatnya memang urgent dan fatalitasnya mungkin cukup tinggi. Kita sudah siapkan tim itu, dan bagaimana tim itu nanti akan bergerak secepatnya menuju ke TKP, sehingga TKP itu bisa terbuka dan lalu lintasnya bisa lancar. Kita nanti menempatkan anggota yang ada di KM 10 terlebih dahulu.

Bila arus dari arah Jakarta yang melewati tol layang MBZ padat dan turunnya yang ada di KM 48 itu terjadi bottle neck karena dari MBZ itu ada dua lajur, di bawah itu ada tiga lajur, sedangkan tol Japek itu sekarang ada empat lajur, sehingga masih ada kekurangan satu lajur. Pengalaman saya selama dua tahun menjadi Dirlantas Jawa Barat, jalan tol layang MBZ kalau sudah dua lajur, orang pasti akan menggunakan bahu jalan.

Jadi, di jalur tol layang MBZ  pasti akan menggunakan tiga lajur, ini yang sebenarnya berbahaya. Itu karena bahu jalan sebenarnya hanya dipergunakan oleh petugas dan hanya dipergunakan oleh mobil-mobil yang sifatnya emergency, seperti mobil ambulans dan mobil petugas yang sifatnya emergency. Saya menghimbau pada masyarakat jangan menggunakan lajur bahu jalan, khususnya yang ada di MBZ karena itu dipergunakan pada saat emergency.

Bila terjadi kepadatan di KM 48, kita akan melakukan buka tutup di KM 10. Nanti akan ada petugas di sana dan kita juga akan memasang rambu-rambu dan Variable Message Sign (VMS) bahwa jalur tol layang ditutup karena terjadi kepadatan atau terjadi kecelakaan, dan sebagainya, sehingga akan dialihkan lewat bawah.

Bila bawah juga mengalami kepadatan, maka dua titik sebelum itu akan diperintahkan oleh  Kakorlantas agar dikeluarkan melalui arteri. Jadi, dua titik sebelum di KM itu kita sudah ada pengeluaran.

 

Tampaknya memang Korlantas Polri sudah siap sekali untuk menghadapi mudik yang menjadi tradisi yang sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia.

Mudah-mudahan begitu. Jadi, nanti kita sistemnya buka tutup yang ada di situ yaitu di tol layang.

 

Yang menjadi masalah sekarang dan susah diatur adalah “pemudik dengan kendaraan bermotor.” Bagaimana dengan jalur-jalur arteri, jalur-jalur Pantura, dan mungkin nanti ada pasar tumpah di daerah Cirebon. Apakah sudah diantisipasi?

Kita sudah diperintahkan oleh pimpinan tertinggi yaitu Kapolri, dan presiden juga sudah menyampaikan bahwa pelayanan Ditlantas harus bisa sama-sama. Bagaimana kita melayani tol dengan baik, bagaimana kita juga bisa mengelola arteri dengan baik, kita juga bisa mengelola nanti jalur alternatif dengan baik. Untuk yang roda dua, sudah pasti tidak boleh melewati tol, pasti dia akan melewati non-tol, dalam hal ini adalah arteri.

Kemarin kita sudah tactical floor game, bagaimana nanti masing-masing Polda, masing-masing Polres menyiapkan rest area. Kemudian bagaimana nanti kalau pun ada yang perlu kita kawal untuk roda dua, maka kita akan kawal. Bagaimana kita menyiapkan kanalisasi. Jadi, misalnya ada pasar tumpah atau ada kegiatan masyarakat yang sekiranya nanti memakai bahu jalan atau badan jalan, maka kita akan melakukan kanalisasi yang ada di arteri.

Itu akan kita kanalisasi, kita tempatkan petugas yang ada di situ, termasuk juga kemarin kita sudah melakukan penutupan-penutupan pada u-turn di arteri dari Jawa Barat sampai Jawa Tengah, itu banyak sekali. Itu yang menjadi problematika tersendiri. Jadi, kalau sedikit-sedikit orang itu putar balik, itu pasti akan menghambat. Misalnya, satu motor atau mobil putar balik itu memerlukan satu menit saja, maka itu akan menumpuk ke belakang.

Kemarin kita menyampaikan kepada Polda dan Polres, serta sudah dilakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat dan dengan Dinas Perhubungan setempat untuk kita melakukan penutupan di beberapa titik. Tidak semuanya karena u-turn itu juga ada manfaatnya. Bila terjadi sesuatu yang sifatnya kontinjensi, maka kita harus bisa menerobos melalui u-turn itu.

Jadi ada beberapa saja yang kita tutup, tetapi ada beberapa juga yang kita buka. Bila kita pergunakan, maka masyarakat juga bisa mempergunakan untuk putar balik dan sebagainya. Kita juga mengarapkan masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan petugas dan pengemudi yang lain.

Saya yakin masyarakat Indonesia kesadarannya sudah cukup bagus sekali. Semakin tahun sudah semakin bagus. Kemarin kita sudah mendapatkan apresiasi. Itu bukan hanya dari petugas saja, tetapi keberhasilan tahun kemarin itu antara keberhasilan petugas dan keberhasilan masyarakat selaku pemudik.

 

Jalur alternatif, jalur tol, dan tol layang MBZ sudah dibahas tuntas. Yang belum kita bahas adalah rest area. Rest area ini kadang menjadi sebuah masalah yang klasik karena orang berburu untuk beristirahat bahkan memburu bensin dan sebagainya, dimana mereka sering terlalu berlebihan waktunya. Bagaimana pengaturannya di sepanjang jalur Cipali sampai Kalikangkung, dan sampai ke Trans Jawa? Bagaimana mengantisipasi agar tidak menumpuk dan tidak terjadi bottle neck di rest area?

Memang pada tahun kemarin evaluasinya adalah rest area ini menjadi problematika tersendiri, terutama kemarin yang ada di tol Japek maupun tol Cipali, termasuk juga Pejagan sampai dengan Kalikangkung. Kemarin memang ada kepadatan sehingga sedikit ada hambatan atau sumbatan. Meskipun ban berjalan, tetapi masyarakat tetap terhambat. Kita sudah melakukan maping apa penyebab kemarin itu.

Jadi, yang pertama dan masyarakat juga perlu ketahui adalah untuk masyarakat yang akan masuk ke rest area tidak boleh langsung berhenti ke tenant yang ada di dekat pintu masuk. Itu salah satu faktor penyebab terjadi kepadatan.

Jadi kita melakukan manajemen rekayasa lalu lintas yang ada di dalam rest area. Nanti kita tutup di situ, kemudian kita putarkan ke dalam terlebih dahulu, masyarakat pemudik kita putarkan masuk terlebih dahulu, setelah itu baru kita pecah masyarakat, mereka ingin ke mana, itu yang pertama.

Kedua, kita menghimbau kepada masyarakat pemudik untuk mengusahakan hanya 30 menit saja di dalam rest area. Mari sama-sama kita empati dengan masyarakat lain yang ada di belakang kita yang akan mempergunakan rest area juga, yang mungkin ingin makan, shalat, ke kamar mandi atau toilet, dan sebagainya. Sudah 30 menit istirahat, sudah cukup, silakan lanjut jalan.

Ketiga, bila rest area penuh maka masyarakat jangan berhenti di bahu jalan pintu masuk rest area, nanti ada petugas di situ. Bila sudah penuh, maka kita lakukan buka tutup. Jadi, kita tutup terlebih dahulu, kemudian nanti kita akan berikan rambu bahwa rest area penuh, silakan melanjutkan ke rest area berikutnya. Kalau di rest area berikutnya juga sudah penuh, silakan ke luar tol terlebih dahulu dan masuk ke jalur arteri atau non arteri. Setelah itu silakan masuk kembali kalau memang ingin melewati jalan tol.

Berikutnya, nanti ada anggota kita secara simpatik dan humanis beserta pengelola rest area akan melihat, melakukan patroli di dalam rest area, apakah parkirnya sudah benar dan sebagainya. Jadi, kita harus sama-sama sepakat antara hak dan kewajiban, kita menghimbau dan sangat memohon mudah-mudahan untuk kelancaran kita bersama. Ini mudik nasional dan kita menjadi sorotan nasional, kita menjadi sorotan dunia, yang tahun kemarin kita sudah bagus, mari sama-sama di tahun ini kita lebih baik lagi.

 

Apakah polisi menyiapkan sebuah koordinir khusus yang bisa ditelepon setiap saat ketika terjadi kemacetan, dan bagaimana nanti petugas menuju ke tempat itu?

Kita sudah ada layanan informasi dan pengaduan. Untuk call center NTMC Korlantas Polri yaitu ada di 1500 669, SMS center ada di 919, untuk contact center whatsapp ada di nomor 0819 0150 0669. Untuk call center Kementerian Perhubungan ada di 151. Untuk call center Kementerian PUPR itu ada di 158.

Bila masyarakat ada yang membutuhkan silakan menghubungi nomor tersebut, nanti kita secepatnya membantu. Anggota sudah dibekali alat perhubungan atau alat komunikasi berupa HT yang nanti bisa dipancarkan dari pusat komando operasi kita. Nanti anggota bisa segera ke TKP pada saat masyarakat membutuhkan.

 

Apa tips dan trik yang perlu diberikan kepada para pemudik untuk memilih waktu yang tepat, jalur yang tepat, dan bisa selamat sampai tujuan?

Kepada masyarakat pemudik yang nanti akan melakukan mudik dan balik, kami mengimbau agar masyarakat lebih awal menyiapkan diri. Pertama, masyarakat harus menyiapkan diri dan kendaraan sendiri. Kendaraannya disiapkan apakah sudah layak jalan atau belum. Kalau memang belum, silakan diservis terlebih dahulu sehingga nanti pada saat perjalanan bannya tidak pecah, asnya juga tidak patah, semua radiatornya juga tidak panas, dan sebagainya.

Berikutnya, masyarakat juga harus mentaati aturan lalu lintas yang ada. Dalam arti, masyarakat tidak boleh berhenti sembarangan, tidak boleh zigzag. Itu karena nanti kita akan melakukan cara bertindak one-way, itu berarti semua jalur yang ada ke Timur nanti baik yang exit maupun yang balik kita akan pergunakan sama, yang ke arah Timur semuanya.

Jadi, tahun kemarin ada kejadian yang mudah-mudahan tidak akan terjadi lagi pada tahun ini dan ini sangat membahayakan masyarakat, yaitu zigzag atau menerobos atau masyarakat berpindah lajurnya, berpindah jalurnya, ini yang sangat berbahaya. Nanti pada saat one-way itu kecepatannya cukup tinggi, sehingga akan berbahaya bagi yang melakukan zigzag.

Berikutnya adalah harus berhati-hati bila masyarakat mengantuk. Itu karena paling besar berdasarkan evaluasi kami, terjadinya kecelakaan karena masyarakat mengantuk, disamping kecepatan yang tinggi juga karena masyarakat mengantuk. Itu sudah pasti fatalitas, korban meninggal dunianya pasti tinggi. Kami sangat tidak merekomendasikan itu.

Kalau mengantuk segeralah mencari tempat istirahat, tetapi ingat kalau di tol jangan berhenti di bahu jalan karena ini sangat berbahaya bagi masyarakat yang berhenti di situ. Gunakanlah rest area terdekat. Kalau rest area penuh, maka silakan ke luar tol terlebih dahulu dan masuk ke arteri, istirahat sebentar. Kemudian kalau ingin masuk tol lagi silakan. Yang terpenting adalah ikuti saja sosialisasi kita, imbauan-imbauan kita, masyarakat bisa mengikuti melalui media-media yang ada.

Previous
Previous

Next
Next