Menyeimbangkan Pembangunan dan Kelestarian Alam

Salam Perspektif Baru,

Saat ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui berbagai kesepakatan mendorong semua negara untuk beralih kepada pembangunan berkelanjutan yang rendah karbon. Kunci utama keberhasilan pembangunan rendah karbon di Indonesia ada di daerah. Saat ini salah satu daerah yang sedang giat melakukan pembangunan berkelanjutan adalah Kabupaten Tapanuli Selatan. Jadi, hari ini kita berbincang-bincang khusus dengan Bupati Tapanuli Selatan yaitu H. Dolly Putra Parlindungan Pasaribu, MM.

Menurut Dolly Pasaribu, saat ini wilayah Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan meliputi kawasan hutan Batang Toru, yang merupakan paru-paru dunia. Jadi para investor yang melakukan investasi pembangunan di Tapanuli Selatan sejak awal kami sudah mintakan dokumen-dokumen terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan kepentingan lingkungan hidup lainnya. Itu merupakan suatu kewajiban bagi mereka yang harus dipenuhi untuk menjaga kelestarian hutan yang ada di Tapanuli Selatan.

Di sisi lain, perusahaan dan semua pihak sangat turut bersama kami Pemerintah Tapanuli Selatan untuk menjaga pelestarian lingkungan. Ada beberapa perusahaan yang memang mengambil bagian untuk berkontribusi, dan sangat berkomitmen dengan pembangunan ataupun kelestarian di lingkungan Tapanuli Selatan. “Jadi, saya boleh dibilang menepis anggapan bahwa kelestarian hutan Batangtoru itu dikhawatirkan,” kata Dolly Pasaribu.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Dolly Putra Parlindungan Pasaribu.

Pembangunan rendah karbon merupakan platform baru terhadap pembangunan yang bertujuan mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan sosial melalui kegiatan pembangunan rendah emisi dan meminimalkan eksploitasi sumber daya alam.

 

Saat ini Tapanuli Selatan yaitu wilayah yang Anda pimpin termasuk yang sedang giat berupaya melakukan pembangunan rendah karbon. Bentuk pembangunan rendah karbon yang sedang diupayakan di Tapanuli Selatan diantaranya melalui pengelolaan gambut yang berkelanjutan dan energi terbarukan.

 

Mengapa Anda memiliki kepedulian terhadap pengelolaan gambut yang berkelanjutan?

Ketika kami memutuskan untuk maju dalam perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada 2020, visi dan misi kami memang memuat salah satunya pembangunan berkelanjutan. Kami berharap melalui kepemimpinan kami, Tapanuli Selatan bisa maju dengan basis sumber daya manusia pembangun yang sehat, cerdas, dan sejahtera, diikuti oleh pemanfaatan sumber daya alam yang produktif dan lestari.

Jadi, kami berkepentingan untuk menjaga sumber daya alam yang ada di Tapanuli Selatan dalam hal ini wilayah gambut tersebut supaya tetap lestari. Tapanuli Selatan perlu kami gambarkan kepada Anda dan teman-teman sekalian bahwa kontur alamnya sangat bervariasi, mulai dari pantai 0 meter di atas permukaan laut sampai 2.200 meter di atas permukaan laut, artinya pantai sampai perbukitan. Di pantai inilah yang menjadi fokus kita untuk pemanfaatan lahan gambut.

Sekitar kurang lebih bulan lalu, kami juga bekerja sama dengan Yayasan Lahan Basah dan Wetlands Nasional. Kami sangat senang mereka hadir bersama kami, sehingga pemanfaatan gambut lebih bisa terkonsentrasi. Itu karena kekuatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan tidak bisa melingkupi semua hal. Tapi dengan adanya partner pemerintah yang fokus di bidang-bidang tertentu tersebut, kami bisa menjalankan apa yang menjadi harapan pemerintah dan masyarakat.

 

Bagaimana sebenarnya kondisi lahan gambut di sana. Apakah baik atau dalam keadaan kurang baik?

Saya kira di sana itu baik karena ketika Yayasan Lahan Basah hadir bersama kami, ada beberapa tanaman yang akan mereka tanam untuk memperkuat lahan gambut yang ada, termasuk bagaimana mengatasi ketika terjadi cuaca ekstrem seperti panas. Ada tanaman khusus yang mereka sudah tanam bertahun-tahun yang lalu sejak sebelum saya, sehingga mereka hanya bersifat memelihara.

Masyarakat juga sangat menerima karena mereka sudah dijelaskan oleh teman-teman dari aktivis di Yayasan Lahan Basah. Selain itu masyarakat juga mendapat manfaat, diantaranya termasuk manfaat ekonomi selain sebagai pertahanan untuk situasi alam yang cukup ekstrim tersebut.

 

Dalam agenda Indonesia menuju pembangunan rendah karbon terdapat lima bidang prioritas, dua diantaranya adalah mengenai pembangunan gambut berkelanjutan dan juga ada pembangunan energi terbarukan. Apa saja potensi energi terbarukan yang ada di Tapanuli Selatan dan apa bentuk proyek energi terbarukan yang sedang dibangun di sana?

Saat ini wilayah Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan meliputi kawasan hutan Batang Toru, yang merupakan paru-paru dunia. Jadi para investor yang melakukan investasi pembangunan di Tapanuli Selatan sejak awal kami sudah mintakan dokumen-dokumen terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan kepentingan lingkungan hidup lainnya. Itu merupakan suatu kewajiban bagi mereka yang harus dipenuhi untuk menjaga kelestarian hutan yang ada di Tapanuli Selatan.

Saat ini kami bekerjasama dengan salah satu perusahaan dalam melakukan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 510 MW, dan ada juga rencana dengan kapasitas 114 MW. Kita ketahui bersama PLTA adalah bersumber dari air, dan air sumbernya adalah hutan. Jadi betul-betul pembangunan yang kita galakan untuk menjaga kelestarian hutan yang ada di Tapanuli Selatan.

Itulah salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan ikut menjaga kelestarian alam. Tidak mungkin sebuah perusahaan yang melakukan pembangunan dengan bahan bakunya adalah air melakukan pembabatan hutan. Padahal, dia satu sisi memang sangat membutuhkan kelestarian hutan yang memberikan sumber daya air tersebut.

 

Apakah proyek pembangunan PLTA di sana sudah selesai atau masih dalam proses pembangunan?

Kalau dari rencana awalnya diharapkan pada 2023 selesai, tapi akibat pandemi COVID-19  banyak sekali terkendala, dan belum juga dilanjutkan. Saat ini pembangunan tersebut masih dalm upaya merekrut kembali para pekerja yang sudah sempat dirumahkan. Dan tentu belum sepenuhnya berjalan dengan baik.

 

Apakah masyarakat di sana merasa diuntungkan dengan adanya pembangunan energi terbarukan berupa PLTA tersebut?

Saya kira sangat diuntungkan, dalam arti, masyarakat secara umum bisa bekerja di sana karena memang bagian dari kerja sama kami agar warga lokal diprioritaskan, yaitu 70% menggunakan sumber daya manusia lokal. Itu satu hal dari sisi ekonomi dan sosial masyarakat diuntungkan. Kemudian PLTA ini juga menjaga kelestarian alam, di satu sisi juga itu diuntungkan dalam arti masyarakat pun tidak terdampak kalau seandainya pembangunan itu dilakukan secara serabutan.

 

Apa saja sih nama PLTA yang ada di sana?

PLTA Sipirok, Marancar, Batang Toru (SIMARBORU), dan satu lagi yang masih dalam rencana tapi kita belum tahu bagaimana tindak lanjut dari investornya yaitu SIBORPA. Jadi, kita ada dua proyek strategis.

 

Apakah pembangunan pembangkit energi terbarukan di sana yang berupa PLTA itu ikut juga membantu pemeliharaan lingkungan? Apa bentuknya?

Sangat membantu dalam arti memang mau tidak mau untuk membangun ke sana ada lahan yang harus dibuka, tapi menurut kesepakatan mereka berjanji untuk menutup kembali lahan tersebut. Itu adalah sebuah keniscayaan ketika kita melakukan investasi menuju ke sana ada lahan-lahan yang terbuka, tapi dalam perjanjian mereka juga akan tanami kembali lahan-lahan yang sudah mereka buka dan mereka pun juga menjaga daerah tangkapan air.

 

Selain energi terbarukan berupa air, di sana juga kami ketahui ada potensi panas bumi. Bagaimana bentuk pembangunan untuk panas bumi ini?

Untuk panas bumi memang baru dalam tahap pengeboran, masih eksplorasi dan belum ada eksploitasi di sana.

 

Dengan adanya proyek-proyek energi terbarukan, apa sebenarnya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan?

Mungkin kita sedikit mundur berkaitan dengan ini, bagaimana masyarakat Tapanuli Selatan menyambut baik pembangunan yang ada di Tapanuli Selatan. Saya sampaikan bahwa di Tapanuli Selatan pada 2020 ada sebuah kelompok masyarakat yang mendapatkan Kalpataru yang diberikan oleh Kementerian Kehutanan dalam hal kategori penyelamatan lingkungan. Sejak kurang lebih 120 tahun lalu, masyarakat ini ada di empat desa bersepakat untuk menjaga hutan dalam arti siapa antara anggota masyarakat tersebut yang menebang hutan, maka akan mendapatkan sanksi adat berupa dikeluarkan dari desa tersebut.

Ada seseorang yang mereka gaji, namanya Mantari Bondar atau penjaga kawasan air. Setiap orang yang menikmati air tersebut akan membayar Mantari Bondar berupa satu kaleng atau dua kaleng padi. Ini merupakan cara bagaimana masyarakat Tapanuli Selatan menyambut baik pembangunan. Ini sudah berlangsung 120 tahun dan masih terjaga. Itulah yang kita sampaikan kepada Kementerian sehingga kita mendapatkan Kalpataru pada 2020.

Berkaitan itu, kita juga berupaya untuk menjaga kelestarian alam Tapanuli Selatan, kurang lebih ada sekitar 16 unit PLTA mikrohidro, kami juga sampaikan kepada masyarakat kalau masyarakat tidak menjaga kawasan hutan yang ada di areal PLTMH ini terjaga dengan baik, maka mereka akan mendapatkan kerugian yaitu tidak akan mendapatkan air yang mengaliri listrik di desa mereka karena di kawasan Tapsel ini masih ada yang sulit untuk dijangkau PLN dalam penerangan.

 

Bagaimana kondisi sebenarnya hutan Batangtoru yang sebagian besarnya ada di wilayah Tapanuli Selatan karena banyak yang memberitakan bahwa hutan Batangtoru ini terancam kelestariannya.

Kita baru tahu kalau kelestarian hutan Batangtoru itu terancam karena ketika tim itu datang ke Tapanuli Selatan, kemudian masyarakat pecinta lingkungan juga hadir bersama kami untuk menyatakan dukungannya. Mereka justru memuji. Masyarakat yang dilalui oleh air yang untuk PLTA tadi sangat terjaga karena ada sanksi adat dan masyarakat pun sudah sangat paham bahwa air itu memang sangat bermanfaat untuk mereka. Jadi, saya boleh dibilang menepis anggapan bahwa kelestarian hutan Batangtoru itu dikhawatirkan.

 

Bagaimana upaya-upaya ke depan yang akan dilakukan oleh pemerintah kabupaten maupun juga masyarakat untuk tetap menjaga hutan Batangtoru ini lestari, baik dari segi satwanya maupun dari segi tumbuh-tumbuhannya?

Seperti yang saya sampaikan tentu sangat sulit untuk menjangkau kawasan hutan karena pada dasarnya penjagaan hutan itu ada di wilayah Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Kita selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, termasuk kita juga banyak menerima teman-teman aktivis lingkungan. Dalam paparan mereka banyak sekali menggerakkan masyarakat, memberikan edukasi, dan memberikan bibit-bibit untuk ditanami tanaman yang menjadi habitat asli dari satwa yang ada di sana.

Jadi, kita sudah banyak bekerja sama dengan aktivis lingkungan yang hadir di Tapanuli Selatan. Contohnya ada Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), mereka sudah memberikan bibit durian. Baru-baru ini kami juga menandatangani dan memberikan kata sambutan terhadap buku hasil penelitian dari kawan-kawan YEL. Ada kurang lebih 79 Anggrek dalam kategori langka, yang ada di kawasan ekosistem Batangtoru ini.

Kami sangat menyambut baik hal ini. Apalagi di kawasan perkantoran Pemerintah Tapanuli Selatan ini juga ada kawasan hijau yang berareal kurang lebih 90 hektar kebun raya dan 10 hektar hutan kota. Jadi, 90 hektar ini banyak menanam tanaman-tanaman yang aslinya ada di Tapanuli Selatan, tapi saat ini berada di luar Tapanuli Selatan.

Kemudian beberapa waktu lalu juga sudah disampaikan oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Utara bahwa Tapanuli Selatan berkesempatan ataupun diberikan tanggung jawab untuk mendirikan Taman Keanekaragaman Hayati. Jadi, kami merasa upaya kami maksimal dalam menjaga kelestarian lingkungan atau hutan ataupun alam yang ada di sekitar Tapanuli Selatan.

 

Apakah perusahaan-perusahaan yang ada di sana juga ikut turut menjaga kelestarian hutan dan lingkungan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan?

Sangat, mereka sangat turut bersama kami Pemerintah Tapanuli Selatan untuk menjaga pelestarian lingkungan. Ada beberapa perusahaan yang memang mengambil bagian untuk berkontribusi, dan sangat berkomitmen dengan pembangunan ataupun kelestarian di lingkungan Tapanuli Selatan.

 

Selama ini di masyarakat sering kali dibenturkan bahwa upaya menjaga kelestarian  bisa menghalangi upaya pembangunan. Bagaimana pembangunan di Tapanuli Selatan malah bisa beriringan dengan menjaga kelestarian lingkungan?

Saya kira namanya benturan itu akan ada saja. Kita juga melihat ada kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam beberapa kesempatan, saya kira pada pemerintahan era sebelum saya pun sudah sering diadakan diskusi-diskusi termasuk orang yang pro maupun pihak yang kontra untuk duduk bersama. Sudah sering dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan untuk pertemuan tersebut.

Jadi ada sebuah konsensus kesepakatan yang menjadi acuan dari perusahaan-perusahaan yang membangun di Tapanuli Selatan. Mereka pun menyadari bahwa ada pihak-pihak yang sangat memperhatikan mereka seandainya mereka menyalahi kesepakatan yang sudah sejak awal ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat.

 

Apakah kegiatan pembangunan yang diiringi dengan menjaga kelestarian alam ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tapanuli Selatan?

Saya kira secara umum memang mampu, hanya saja memang ada beberapa hal atau orang-orang yang tentu saja kurang puas dengan pembangunan itu, karena mereka berharap mungkin kepentingan mereka bisa diakomodir sepenuhnya. Padahal kita ketahui bahwa perusahaan juga ada batas-batas. Tapi sejauh yang kami lihat perusahaan itu sangat kooperatif dan sangat mau mengikuti apa yang disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan.

Previous
Previous

Next
Next