Kenali Fakta dan Pengobatan GERD

Salam Perspektif Baru,

Kementerian Informasi dan Informatika (Kominfo) telah melaporkan bahwa isu kesehatan menjadi topik yang paling dominan menimbulkan hoaks sejak tahun 2018 hingga akhir tahun 2021. Hoax itu berada di peringkat pertama dibandingkan topik-topik lainnya.  Sampai hari ini kita masih sering mendapatkan informasi-informasi berantai melalui media sosial mengenai isu-isu kesehatan, salah satunya mungkin juga para pembaca sering menerimanya bahwa Gastroesophageal reflux disease (GERD) dapat menyebabkan kematian mendadak. Kami membahasnya dengan narasumber yang kredibel untuk menjelaskan GERD yaitu Ibu dr. RA Adaninggar SpPD.

Menurut dr Adaninggar, semua orang bisa terkena karena faktornya banyak sekali. Penyakit GERD ini multifaktorial penyebabnya, tidak hanya peningkatan asam lambung saja tapi ada juga gangguan gerak dari lambung, misalnya gangguan otot, gangguan saraf. Jadi, faktornya banyak. Memang yang paling utama mempengaruhi adalah gaya hidup karena dia berisiko tinggi terjadi terutama pada orang-orang gemuk. Misalnya, orang-orang obesitas atau orang yang memiliki penyakit diabetes.

Sebetulnya GERD tidak bisa menyebabkan kematian mendadak karena itu sebetulnya hanya suatu kondisi dimana asam lambung naik ke mulut. Namun Penyakit GERD yang tidak diobati bisa menyebabkan atau menimbulkan penyakit kanker. Kalau ini bukan mitos. Ini betul. Jadi, saat GERD itu asam lambung naik. Otomatis yang namanya kerongkongan kita yang bagian bawah itu akan terpapar dengan asam secara kronis. Padahal sel-sel yang ada di situ tidak didesain untuk menerima hantaman asam. Jadi, GERD itu hubungannya dengan kanker esophagus kalau berlangsung lama.

Bentuk pengobatannya yang pertama adalah mengubah pola hidup, itu tetap kunci. Misalnya, kita obesitas atau gemuk dan punya diabet, terkena GERD maka kita harus memperbaiki pola hidup, kita obati diabetesnya, kita obati obesitasnya, kita turunkan berat badan dengan mengatur pola makan dan dengan olah raga rutin.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber dr. RA Adaninggar PN.

Info yang saya dapat menyebutkan bahwa gaya hidup yang tidak sehat ditambah beban hidup dan beban pekerjaan seringkali menyebabkan peningkatan asam lambung di tubuh seseorang. Ini pada akhirnya bisa mengakibatkan penyakit maag dan GERD. Di masyarakat, termasuk saya sendiri, masih sulit membedakan antara GERD dengan maag. Apakah dua penyakit ini sama atau beda?

Jadi, maag itu sebetulnya adalah bahasa Belanda dari lambung. Mungkin orang zaman dulu banyak yang menyebut sakit maag, padahal maag itu sebetulnya yang dimaksud adalah lambung. Gejala dari lambung atau saluran cerna itu kebanyakan memang mirip-mirip, kita sebutnya dalam bahasa kedokteran itu dispepsia, yaitu keluhan-keluhan atau kumpulan keluhan dari seseorang yang bisa mengindikasikan ada gangguan di saluran cerna termasuk lambung.  

Kumpulan keluhannya ini misalnya ada mual, muntah, kembung, begah, sebah, nyeri ulu hati, atau bahkan sampai nyeri terbakar karena asam lambungnya naik. Itu semua masuk dalam kumpulan yang kita sebut dispepsia.

Dispepsia bisa disebabkan oleh bermacam-macam gangguan di saluran cerna, salah satunya GERD. Kalau GERD itu dari namanya saja Gastroesophageal Reflux Disease yang artinya ada aliran balik dari lambung naik ke atas kerongkongan. Seharusnya aliran dari yang kita makan adalah dari atas ke bawah, dari kerongkongan ke lambung, tapi ini alirannya kembali. Dari yang sudah masuk di lambung, dia naik lagi ke kerongkongan.

Ini biasanya membuat nyeri terutama di daerah dada bagian bawah, ulu hati, bahkan kadang-kadang kalau asam lambungnya banyak maka itu naiknya bisa sampai ke mulut, sampai orangnya merasa asam di mulut, bahkan sampai muntah mungkin karena tidak enak mulutnya. Bahkan, ada yang giginya sampai karies karena suasananya jadi asam.

Bahkan, sebagian asam lambung itu bisa masuk juga ke saluran napas karena kita tahu saluran napas dan saluran kerongkongan kita itu depan belakang. Jadi, kalau naik balik ke mulut maka ada yang sebagian masuk ke saluran napas, bahkan membuat orang itu batuk kronis sampai asma. Itu kalau GERD.

Bagaimana dengan maag?

Sebenarnya, selain GERD itu banyak sekali yang namanya dispepsia atau kumpulan gejala dari gangguan lambung atau gangguan maag. Itu juga bisa menyebabkan keluhan yang mirip. GERD hanya salah satu, yang lain itu ada gastritis. Itu sama, disebut juga gangguan maag, tapi gastritis ini adanya peradangan di lambung. Di dalam lambung itu ada radangnya, ada lukanya. Bahkan kalau luka, kita menyebutnya tukak peptik. Jadi macam-macam sebenarnya.

Jadi, apa ciri khasnya dari penyakit GERD ini agar saya dan masyarakat awam itu mudah memahaminya?

Kalau GERD itu khasnya nyeri terbakar di bagian ulu hati dan naik, terasa ada sesuatu yang naik ke mulut. Kadang kita merasa ada asam dari rasa makanan kita yang baru kita makan, atau rasa asam itu kita rasakan lagi di mulut kita. Itu yang paling khas dari GERD dan tidak terjadi pada gastritis, pada tukak lambung, meskipun ada mual, muntah, kembung, itu sama. Tapi yang naik sampai ke mulut, bahkan sampai asam di mulut, itu hanya dialami pada GERD. Itu khas yang biasanya diutarakan oleh seorang pasien.

Di masyarakat banyak sekali mitos bahkan sampai terjadi hoaks mengenai penyakit GERD. Salah satu yang saya pernah dapat melalui media sosial adalah bahwa penyakit GERD ini dapat menyebabkan kematian mendadak dan pernah dikaitkan dengan salah satu sosok artis populer dan sebagainya. Apakah benar info tersebut?

Jadi, sebetulnya GERD tidak bisa menyebabkan kematian mendadak karena itu sebetulnya hanya suatu kondisi dimana asam lambung naik ke mulut. Kadang-kadang memang yang namanya gejala GERD seperti ini bisa juga terjadi pada serangan jantung.

Jadi, itu yang sering rancu di masyarakat, bahkan tidak sedikit orang itu datang ke rumah sakit karena ada keluhan seperti ini, tapi diberinya memang obat maag atau obat lambung. Ternyata beberapa kali dia tidak membaik, lalu tiba-tiba dia serangan jantung yang akhirnya tidak bisa tertolong.

Banyak sekali serangan jantung juga yang bergejala mirip seperti GERD, atau seperti orang masuk angin mungkin bahasa awamnya. Jadi, ada kembung, nyeri ulu hati, nyeri dada juga, tapi nyeri dadanya itu biasanya memang sulit dideskripsikan. Artinya, ada nyeri dada sebelah kiri karena lokasi lambung juga di situ. Kadang-kadang itu bisa dirancukan oleh gejala GERD, padahal itu adalah gejala serangan jantung.

Orang-orang yang meninggal mendadak kemungkinan besar adalah karena serangan jantung. Jadi, kalau GERD sendiri sebetulnya tidak menyebabkan kematian.

Ada mitos yang saya dapat dan juga beredar di masyarakat bahwa GERD itu juga memicu atau menjadi penyebab serangan jantung. Apakah benar?

Kalau memicu sepertinya tidak, tapi gejalanya bisa mirip. Jadi, ada kondisi-kondisi serangan jantung tertentu, karena jantung kita itu ada kanan dan ada kiri, macam-macam tempatnya.

Kalau lokasi serangan jantungnya itu biasanya ke arah jantung sebelah kanan, biasanya gejalanya malah justru ada di ulu hati. Jadi, mirip dengan gejala GERD. GERD sendiri tidak bisa memicu serangan jantung sebetulnya karena serangan jantung itu terjadinya tentunya tidak ada hubungannya dengan lambung.

Biasanya serangan jantung itu terjadi setelah seseorang beraktivitas berat, misalnya. Jadi, selalu ada pemicu, setelah beraktivitas berat atau mungkin setelah emosi, entah terlalu senang, terlalu bahagia, terlalu sedih atau terlalu marah, itu bisa memicu.  Tapi kalau untuk GERD tidak bisa memicu serangan jantung. Jadi, dua hal yang berbeda, hanya mirip saja gejalanya.

Apakah benar penyakit GERD yang tidak diobati bisa menyebabkan atau menimbulkan penyakit kanker?

Iya, kalau ini bukan mitos. Ini betul. Jadi, saat GERD itu asam lambung naik. Yang seharusnya kalau kita makan dari kerongkongan ke lambung, itu seharusnya langsung ada klep antara kerongkongan dan lambung, seharusnya klepnya menutup erat. Jadi, pada saat dicerna makanan di lambung itu tidak ada yang kembali ke kerongkongan, kecuali kalau kita sendawa.

Sendawa itu satu atau dua kali adalah hal yang lumrah kalau kita terlalu kenyang misalnya, atau makanan yang mengandung gas, itu tidak masalah. Tapi pada kondisi GERD, orang itu menelan makanannya masuk ke lambung tapi klepnya tetap terbuka. Jadi, pencernaan yang ada dalam lambung naik ke atas. Otomatis yang namanya kerongkongan kita yang bagian bawah itu akan terpapar dengan asam secara kronis. Padahal sel-sel yang ada di situ tidak didesain untuk menerima hantaman asam.

Jadi, itu seperti sel yang memang tidak punya perlindungan untuk asam, tapi dia dihantam asam terus dan lama-lama luka, terluka lalu bisa mengalami radang dan ini berlangsung kronis. Lama-lama, sel yang ada di situ akan berubah sifat menjadi ganas. Ini yang kita sebut kondisi yang namanya barrett’s esophagus. Jadi, ada bagian esophagus (kerongkongan) bawah itu berubah sifat. Lalu, kalau dibiarkan dia lama-lama akan menjadi kanker esophagus. Jadi, GERD itu hubungannya dengan kanker esophagus kalau berlangsung lama.

Bagaimana upaya kita untuk mencegahnya agar kita jangan sampai terkena penyakit GERD ini?

Sebenarnya penyakit GERD ini multifaktorial penyebabnya, tidak hanya peningkatan asam lambung saja tapi ada juga gangguan gerak dari lambung, misalnya gangguan otot, gangguan saraf. Jadi, faktornya banyak. Memang yang paling utama mempengaruhi adalah gaya hidup karena dia berisiko tinggi terjadi terutama pada orang-orang gemuk. Misalnya, orang-orang obesitas atau orang yang memiliki penyakit diabetes.

Biasanya pada orang yang diabetes sudah ada gangguan gerakan saraf dari saluran cerna. Jadi, seharusnya gerakannya itu ke bawah, tapi ini naik ke atas. Ini adalah gangguan saraf yang disebabkan oleh diabetes.

Obesitas berisiko tinggi GERD karena tekanan di perutnya menjadi tinggi, banyak lemak di situ sehingga bisa menekan lambung. Jadi, karena menekan balik otomatis. Ini karena tekanannya tinggi, mkaka dia bisa kembali ke atas.

Sama seperti pada kondisi hamil, dia juga sering mengalami GERD tapi sifatnya sementara karena dia terdesak oleh bayi yang semakin besar. Nanti kalau dia sudah melahirkan biasanya akan membaik lagi.

Kemudian faktor stress juga berpengaruh karena stres itu juga termasuk pola hidup yang tidak sehat. Stress psikis sangat berpengaruh pada produksi asam lambung. Jadi, meskipun yang namanya tekanan perut tidak tinggi, tidak ada gangguan saraf, tapi kalau produksi asam lambungnya meningkat, maka ini juga bisa memicu ada asam lambung yang lolos ke atas. Kalau orang stress itu biasanya klepnya tidak bisa menutup erat. Jadi, ada kaitan erat otak dengan saluran cerna kita.

Jadi, tidak heran kalau kita akan ujian kemudian kita stress, maka tiba-tiba kita seperti ingin ke kamar mandi terus karena mual atau ingin muntah. Itu karena memang ada hubungan dekat antara otak dengan saluran cerna yang kita sebut gut-brain axis. Jadi, ada akes saraf yang sangat dekat.

Itu semua terkait dengan pola hidup yang tidak sehat. Untuk mencegah tentunya harus pola hidup sehat, jangan sampai kita obesitas atau terkena diabet karena itu semua terkait dengan pola makan harus baik, harus olah raga rutin, harus bisa mengelola stress psikis dengan baik. Jadi, kembali ke situ.

Apakah ada jenis-jenis makanan atau minuman yang harus dihindari agar tidak mudah memicu munculnya GERD?

Ini juga yang sering salah di masyarakat. Jadi, masyarakat menyalahkan makanan dan minuman. Padahal pada kondisi gangguan lambung itu sifatnya sangat individual. Tiap orang akan mengenali sendiri, dia tidak kuatnya makan apa, atau minum apa. Jadi, tidak ada satu list makanan yang harus dihindari, itu sama pada semua orang dengan penyakit lambung.

Misalnya, saya mempunyai sakit lambung, saya tahan makan pedas tapi orang lain mungkin makan pedas sedikit sudah langsung kambuh. Akhirnya, pasien harus mengenali kondisi masing-masing. Jadi, kalau ditanya apa yang harus dihindari? Saya tidak bisa menjawab karena kondisinya sangat individual. Ada orang yang kena kopi langsung muntah-muntah, langsung kambuh GERD-nya, tapi ada juga orang lain yang kena kopi tidak apa-apa.

Jadi, sifatnya sangat individual, jangan takut dengan makanan. Yang penting dan memang harus dihindari pada orang-orang yang punya kecenderungan GERD itu biasanya makanan pedas, asam, makanan bersantan, dan makanan yang bergas seperti soda. Itu biasanya yang memicu. Tapi kalau yang lain-lain, yang saya sebutkan tadi sebetulnya belum tentu semua itu harus dihindari. Jadi, tergantung ketahanan masing-masing orang juga.

Bagaimana jika kita sudah terkena penyakit GERD? Apa yang kita harus lakukan jika sudah terkena penyakit ini dan apa bentuk pengobatannya?

Jadi, bentuk pengobatannya yang pertama adalah mengubah pola hidup, itu tetap kunci. Misalnya, kita obesitas atau gemuk dan punya diabet, terkena GERD maka kita harus memperbaiki pola hidup, kita obati diabetesnya, kita obati obesitasnya, kita turunkan berat badan dengan mengatur pola makan dan dengan olah raga rutin.

Mengatur pola makan ini biasanya kalau orang yang kecenderungan punya GERD itu dia seharusnya makan tidak boleh terlalu banyak porsinya karena kalau terlalu banyak akan mudah naik ke atas. Jadi, biasanya porsinya kecil-kecil tapi sering. Misalnya, tiap tiga atau empat jam dia harus makan, intinya begitu.

Lalu, ada juga untuk mengurangi tekanan di dalam perutnya, dia tidak boleh menggunakan ikat pinggang yang terlalu kencang. Ini juga harus diperhatikan pada orang GERD karena kalau terlalu kencang akan menekan perutnya, tekanannya menjadi tinggi dan bisa balik ke atas karena klepnya itu sudah tidak menutup. Jadi, kalau ada yang menekan sedikit saja dia sudah langsung naik.

Selain itu tidur, waktu tidur juga harus diperhatikan, jangan tidur terlalu dekat dengan waktu makan malam, paling tidak minimal tiga jam. Misalnya, makan terakhir jam enam, maka baru boleh berbaring tidur itu sekitar jam sembilan ke atas. Jadi, beri batas waktu tiga sampai empat jam dan posisi tidur itu lebih baik kepala berada lebih atas daripada lambung supaya tidak balik ke atas dan miring ke kiri. Sebetulnya ada dijual bantal khusus yang disebut bantal GERD, itu bisa dibeli dimana-mana. Jadi, bantal gerd itu betul-betul di desain untuk orang gerd, posisinya miring ke kiri, sedikit tengkurap, dan lebih tinggi posisi dari kepala dengan dadanya.

Mengapa harus tiga jam setelah makan malam baru boleh tidur, Mengapa begitu lama. Kita tahu orang sekarang sibuk, mungkin jarak makan malam dengan tidur tidak sempat sampai tiga jam?

Tiga sampai empat jam itu waktu yang dibutuhkan oleh pencernaan yang ada di lambung untuk turun ke usus. Itu waktu yang dibutuhkan sebenarnya, makanya orang-orang GERD harus hati-hati. Kalau memang dia harus langsung berbaring, memang waktunya tidak banyak, maka dia tidak boleh makan dengan porsi yang banyak dan posisi tidurnya harus betul-betul baik.

Jangan sampai berbaring terlalu flat (datar), dia harus miring atau menggunakan bantal khusus karena kalau tidak dia akan kambuh terus, biasanya malah tidak bisa tidur. Orang GERD itu tersiksa sekali, apalagi GERD itu biasanya orang menjadi cemas, muncul kecemasan, dan overthinking. Semakin stress akan semakin naik lagi asam lambungnya.

Jadi, itu adalah lingkaran setan sehingga sangat mengganggu sekali yang namanya GERD ini. Kemudian obat-obatan juga penting, kalau obat-obatan ini sangat membutuhkan diagnosis dokter. Obat-obatannya itu macam-macam, ada obat yang menekan asam lambung, ada obat yang mengatur gerak dari lambung, itu diberikan sesuai dengan indikasi. Itu juga bisa membantu untuk orang-orang GERD. Tapi kalau tidak dibantu dengan perubahan pola hidup yang sehat, itu akan percuma.  Lalu ditambah juga biasanya obat penenang karena ada faktor-faktor kecemasan, overthinking yang bisa memperberat GERD. Jadi, ada beberapa pengobatan yang bisa ke sana.

Bicara mengenai obat-obatan, di masyarakat kita ini masih banyak yang menggunakan juga obat herbal. Informasi yang saya dapat di masyarakat katanya kalau kita mengkonsumsi kunyit bisa mencegah kenaikan asam lambung. Apakah benar dan apakah efektif obat-obatan herbal tersebut?

Kalau obat-obat herbal yang membuat sendiri, obat-obat yang turun temurun, resep turun-temurun itu sebetulnya tidak masalah asalkan memang lambungnya tidak apa-apa. Itu karena ada juga yang akhirnya setelah minum kunyit atau jahe malah makin kambuh gangguan lambungnya, ada yang seperti itu.

Seperti yang saya katakan tadi, sebetulnya ketahanan lambung terhadap makanan atau bahan-bahan tertentu itu sangat berbeda pada tiap orang. Jadi, kalau itu sebatas obat herbal yang dibuat sendiri, dengan resep-resep sendiri, dan ternyata lebih nyaman digunakan, maka itu tidak apa-apa. Tapi ingat, GERD itu masalahnya tidak hanya dari asam lambung karena ada yang asam lambungnya normal tapi gerak lambungnya yang bermasalah, klepnya tidak menutup. Jadi, tidak hanya masalah asam lambung.

Belum tentu yang namanya kunyit itu bisa menurunkan asam lambung dan belum pasti bisa menjawab semua masalah GERD. Jadi, hati-hati dengan obat-obat herbal yang dijual, yang kita tidak tahu pasti isinya apa karena biasanya obat-obat herbal itu campurannya kita tidak tahu. Bahkan campurannya itu kadang diberikan obat anti nyeri, obat anti radang untuk mengurangi nyeri ulu hati misalnya pada penyakit lambung. Tapi itu malah sebetulnya memperparah luka yang ada di lambung.

Jadi, tetap harus hati-hati. Lebih baik membuat sendiri karena biasanya kalau membuat sendiri tidak ada campuran aneh-aneh. Tapi kalau tidak kuat lambungnya misalnya tambah kambuh, sebaiknya jangan diteruskan.

Kalau dilihat dari penderitanya, katanya, kebanyakan adalah orang dewasa. Sedangkan generasi melenial katanya tidak terkena GERD karena asam lambungnya masih bagus atau pencernaannya masih bagus. Apakah benar dan apakah ini hanya mengenai golongan usia dewasa?

Tidak benar, anak-anak juga banyak yang terkena GERD karena GERD itu faktornya banyak. Belum tentu faktornya hanya asam lambung, belum tentu faktornya itu hanya gangguan pencernaan atau gangguan gerak. Pada anak-anak yang obesitas itu banyak terjadi GERD.

Seperti yang sudah saya katakan, obesitas itu salah satu faktor karena dia meningkatkan tekanan di perut karena banyak lemak, akhirnya makan sedikit mudah terdorong ke atas. Jadi, obesitas itu salah satu faktor risiko yang cukup besar perannya terhadap terjadinya GERD, dan itu bisa terjadi mulai anak-anak sampai lansia.

Jadi, itu merupakan mitos kalau GERD katanya hanya bisa mengenai orang-orang tertentu. Semua orang bisa terkena karena faktornya banyak sekali. Misalnya, orangnya kurus tapi dia mudah stres, mudah cemas, dan mudah overthinking, maka bisa juga terkena GERD. Jadi, semua orang bisa terkena GERD.

Previous
Previous

Next
Next