Mengelola Lahan Sempit untuk Hasil Maksimal

Salam Perspektif Baru,

Jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak dan terus bertambah setiap tahunnya tentu saja berdampak pada meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pangan, salah satunya adalah kebutuhan terhadap protein hewani yaitu daging ayam dan telur. Usaha peternakan ayam dinilai mempunyai prospek yang sangat bagus karena produk yang dihasilkannya yaitu daging ayam maupun telur dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang jumlahnya sangat besar mencapai sekitar 350 juta orang. Hari ini kita bahas mengenai upaya pengelolaan peternakan ayam terutama juga dari sisi manajemen keuangannya dengan narasumber praktisi peternakan ayam dan juga praktisi keuangan, yaitu Andreas Kusyadiantoko.

Menurut Andreas, usaha peternakan ayam sehat ini pemainnya belum banyak dan edukasi masyarakat juga masih belum maksimal. Jadi, masyarakat yang ingin tahu manfaat dari daging ayam yang ada Omega 369 itu masih kecil, masih belum semua. Di kalangan menengah atas pun mereka juga masih senang makan ayam biasa karena menurut mereka ayam sama saja. Padahal kalau kita lihat prosesnya tidak sama. Yang konvensional banyak menggunakan zat-zat kimia, dan yang ini murni tapi kandungan protein dan gizinya besar.

Konsep peternakan ayam sehat bisa dilakukan dengan memanfaatkan lahan sempit. Untuk ukuran kandang, kita buat minimalis sekali dengan 2 meter 4 tingkat. Harga kandang pun juga tergantung dari kemampuan peternak masing-masing. Jadi, ada yang bisa membuatnya dari kayu reng , ada yang dari baja ringan, dan ada juga yang menggunakan besi siku.

Andreas mengatakan peluang dari sisi keuangan sebenarnya jauh lebih menarik dibandingkan dengan jenis usaha lainnya. Selain itu, kita juga membantu masyarakat untuk makan sehat, masyarakat juga menjadi lebih pintar.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Andreas Kusyadiantoko.

Saat ini usaha peternakan ayam sangat berkembang dan juga hampir ada di seluruh wilayah nusantara. Ini karena usaha tersebut dinilai mempunyai prospek yang sangat bagus sehubungan dengan jumlah penduduk Indonesia sangat besar. Bagaimana usaha atau bentuk peternakan ayam yang dikelola oleh Anda saat ini?

Di perternakan kami konsepnya adalah memanfaatkan lahan sempit dengan produksi ayam dan telur yang sehat, yang dibutuhkan oleh masyarakat. Jadi, hasil peternakan ayam kami, baik dari pedaging maupun petelur, kita uji lab. Hasilnya, kita edukasi ke masyarakat bahwa ini hasil ayam dan telur yang kita buat. Di lahan sempit yang hanya berukuran dua meter di tengah perkotaan itu kita bisa pelihara 100 ekor ayam.

 

Bagaimana itu mengelolanya?

Peluang yang sudah kita dapat saat peternakan ayam berada di tengah masyarakat adalah kita sudah dekat dengan konsumen, sehingga biaya transportasi sudah kita potong. Kemudian dengan lahan di perkotaan yang hanya seluas dua meter kita sudah bisa budidaya beternak ayam 100 ekor, feses tidak bau, dan kualitas hasilnya adalah Omega 3, 6, dan 9.

 

Bagaimana dengan kebutuhan biayanya? Apakah juga bisa minimal?

Biaya yang kita buat memang minimalis dan kita sesuaikan lagi dengan kebutuhan. Misalnya, kandang yang akan kita buat itu untuk berapa lama? Apakah untuk 1 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun. Kemudian yang kita harus pikirkan juga adalah ongkos tenaga kerja. Ongkos tenaga kerja untuk di perkotaan sudah cukup mahal, tapi kalau hanya untuk 100 ekor maka kita tidak perlu tenaga kerja tapi bisa kita kerjakan sendiri.

Peluang yang kita tangkap adalah konsumen sudah dekat dengan kita, sehingga bagaimana caranya agar masyarakat juga mendapatkan makanan yang mempunyai khasiat bagus bagi tubuh. Itu karena kalau yang kita masukkan bagus, berarti yang untuk diproses juga akan bagus. Tapi kalau yang kita masukkan adalah racun, istilahnya yang kita proses adalah racun itu sendiri.  Jadi, kita juga kembali lagi ke alam dalam mengelola peternakan ayam, seperti kita menghindari obat-obatan, kita menghindari suntikan, dan semua yang berbau kimia.

 

Di dalam upaya mengembangkan usaha peternakan ayam tentu saja biaya menjadi faktor yang utama. Apa saja biaya untuk pengembangan peternakan ayam ini?

Untuk biaya di peternakan ayam yang paling besar adalah pakan. Kita tidak bisa mengubah pakan dari pabrik karena pakan yang dibuat oleh pabrikan itu memang sudah terukur yaitu protein dan vitaminnya sudah cukup. Bagi kita yang beternak ayam maka pakan tidak bisa kita ubah. Yang bisa kita ubah adalah kendang, dimana kalau konvensional itu ukuran kandang yang tadinya untuk luas lahan satu meter hanya diisi oleh delapan ekor ayam, maka kita bisa buat menjadi 12 sampai 13 ekor ayam.

Kemudian feses yang bau, ini kita bisa ubah. Jadi, baunya kotoran ayam itu bukan karena dari makanan tetapi itu pengaruh dari suntik-suntikan, obat antibiotik, dan segala macam, sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh ayam itu sendiri. Sementara kita tidak menggunakan itu, sehingga feses yang dihasilkan juga tidak berbau. Kemudian untuk kebersihan kandang, karena kita pemeliharaannya itu ayam sehat, maka kita harus perhatikan setiap harinya. Itu faktor-faktor yang memang paling menentukan di peternakan ayam.

Untuk manajemen pakan juga kita harus perhatikan. Ayam itu instingnya adalah makan terus, jadi kalau kita kasih makan terus juga pasti akan dimakan sama dia. Tapi kita harus mulai memanajemen pakan, misalnya usia berapa kita harus berikan. Jadi, hasilnya pakan yang kita berikan dengan pertumbuhan ayam juga maksimal.

Di sini kita sudah melakukan manajemen pakan itu dari umur Day Old Chicken (DOC) sampai kita panen, itu sudah diukur. Misalnya, umur satu minggu itu pakannya berapa gram, dua minggu berapa gram, dan 3 minggu, sampai panen. Dalam usia panen, yaitu umur empat minggu maka berat ayam kita sudah bisa mencapai 1,3 kg sampai 2,3 kg. Ini sepertinya yang tidak bisa didapat oleh peternakan konvensional. Hanya memang dalam proses itu kita harus memperhatikan kebersihan kandang dan ayam. Kalau ada ayam yang sakit, kita harus segera pisahkan.

Kalau kita sudah bisa me-manage biaya-biaya yang memang terjadi ini, maka kita baru bisa memanfaatkan peluang yang kita dapat. Tapi kalau kita juga tidak mempunyai programnya, misalnya pakan dan vitamin diberikan begitu saja tanpa ada perhitungan, pemilihan bibit juga tidak dikontrol, maka yang seharusnya kita bisa untung menjadi tidak untung.

Dari sejak pemilihan DOC itu kita harus sudah melihat bahwa ayam yang kita pelihara itu adalah ayam yang bagus. Kalau istilah kita itu menyebutnya ayam super yaitu kakinya besar, bulunya halus, dan lincah. Memang harga sedikit mahal dibandingkan dengan ayam biasa, walaupun hanya beda 1.000 rupiah. Tetapi secara hidup maupun secara hasil panen, itu hasilnya jauh berkali lipat daripada yang kita beli secara asal karena harga murah walaupun ayamnya kecil, bulunya tidak halus, dan duburnya ada kotoran.

Itu yang memang harus diperhatikan oleh peternak ayam. Mulai dari pemilihan bibit sampai panen kita kontrol, begitu juga dengan pakan.  Kalau kita mengontrol pakan yang keluar dari pabrik karena itu sudah hasil lab, dan juga terdiri dari orang-orang yang memang sudah mempunyai pengalaman di situ. Kita tidak bisa kontrol, dan kita tidak bisa main-main. Kalau kita ingin coba-coba membuat sendiri, apakah akan terukur dengan baik protein dan vitaminnya? Itu justru akan berisiko untuk peternak. Tapi kalau kita membeli pakan yang bagus, bibit yang bagus, maka hasilnya pasti juga bagus.

 

Biaya pakan ini tidak bisa diubah dan kita tahu bahwa pakan ternak ayam itu harganya naik turun di pasaran. Bagaimana upaya dari sisi manajemen keuangan agar kita tidak  mengalami kerugian besar atau bisa melakukan efisiensi di biaya pakan ini?

Pakan pabrikan itu adalah pakan yang sudah bagus, tetapi kalau kita ingin membuat pakan oplosan kita harus menyesuaikan dengan yang sudah diberikan oleh pabrikan. Bahkan kalau kita hitung bisa lebih mahal dibandingkan dengan pakan pabrikan. Untuk menyiasati harga pakan yang naik turun ini kita harus mempunyai pasar kita, harga jual kita. Jadi, kita buat suatu peternakan yang memang unik dan berbeda dengan yang lain, yaitu kita memelihara 100 ekor.

Di konvensional itu harus memelihara 1.000 ekor maka baru margin itu bisa didapat. Tapi kalau  yang konvensional sama seperti kita, yaitu sama-sama memelihara 100 ekor ayam sehat, mungkin yang konvensional tidak ada untungnya. Itu karena memang yang kita tawarkan di sini hasil produk yang memang kualitas omega 369. Memang ada dana yang harus kita keluarkan untuk hasil lab, untuk membuktikan bahwa ayam kita ini tidak bau amis, darahnya tidak anyir, dan fesesnya tidak bau. Ini adalah salah satu cara agar konsumen bisa percaya dengan ayam kita.

 

Berapa biaya per bulannya untuk 100 ekor ayam ini dan berapa yang biasanya bisa di hemat?

Di dalam perhitungan yang saya buat, memang untuk ayam pedaging dengan kita memelihara 100 ekor ayam sudah dengan tenaga kerja, dan untuk pakan dalam satu bulan hanya kita berikan enzim untuk metabolisme tubuh, hitungan kasarnya yaitu gross profit yang sudah bisa kita dapat itu di angka Rp 9 juta. Ini aktual yang memang terjadi di lapangan. Tetapi kalau untuk konvensional, itu tidak mungkin dengan 100 ekor ayam bisa dapat seperti yang kita dapat. Hitungannya harus 1.000 ekor ayam maka baru bisa dapat seperti itu karena pakan itu kita tidak bisa kontrol harganya.

 

Bagaimana tips manajemen pakan ini agar kebutuhan pakan ayam terpenuhi, tapi kita tidak boros atau tidak banyak mengeluarkan uang?

Dengan kita beternak ayam sehat itu kita sebenarnya sudah memberi gebrakan baru dengan teori-teori peternakan yang ada. Jadi, untuk peternakan ayam kita hanya cukup melihatnya misalnya umur satu minggu itu mulai dari ayam pakan itu per ekor 25 gram, 50 gram, 75 gram sampai panen ayam dewasa itu membutuhkan pakannya sekitar 100 sampai 110 gram, cukup itu saja.

Misalnya, kita ingin berhitung untuk pelihara 100 ekor itu dari DOC umur satu hari itu mulai 25 gram, 50 gram, 75 gram, 100 gram. Taruh lah harga pakan sekarang antara Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per gram. Kalau kita hitung sekitar Rp 2 juta untuk 100 ekor ayam. Tetapi ayam kita ini adalah ayam sehat dengan hasil sebulan 2 kg. Di komunitas kita untuk ayam sehat yang mengandung omega 369, tidak kolesterol, tidak ada bakteri salmonella, itu kita jual Rp75.000 per kg.

Tapi kalau memang kita dari peternak, fokus kita itu bukan hanya kepada konsumen tetapi minimal kita sendiri dapat makan hasil dari peternakan yang memang kita ternak sendiri. Jadi, kita makan dari peternakan kita, telur kita ambil dan kita manfaatkan untuk kita terutama anak-anak kita. Karena telur kita sendiri itu juga tidak masalah kalau ingin dimakan setiap hari.

Memang untuk manajemen pakan ini, istilahnya kalau orang bekerja, akan terbiasa dengan berhitung atau berkakulasi. Saya pikir juga lebih enak sebenarnya dengan kita me-manage sendiri, sehingga tidak terlalu sulit seperti teori-teori peternakan yang ada. Misalnya, pakannya harus   bagaimana, nanti umur satu minggu disuntik ini, umur seminggu lagi antibiotik ini. Tapi kita cukup dengan pakan yang sederhana yang kecil 25, 50, 75, 100 gram maka sudah bisa panen.

 

Berbicara mengenai pakan, kalau manusia membutuhkan makan minimal tiga kali sehari agar tumbuh sehat. Bagaimana dengan usaha peternakan ayam? Apakah memang ayam juga harus makan tiga kali sehari ataukah memang tiap waktu dikasih makan agar cepat besar?

Yang kita bedakan di sini dari dua jenis ayam saja. Kalau ayam pedaging, dari DOC sampai kita panen maka kebutuhan pakan harus selalu ada di kandang. Tapi untuk jenis yang ayam petelur itu kita bisa setting. Begitu DOC sudah mulai dalam masa bertelur, yaitu 5 bulan sampai 6 bulan sudah mulai bertelur sampai sekitar umur 2 tahun, itu kebutuhan pakan dia adalah 100 gram sehari. Jadi misalnya ada 10 ekor ayam, kita hanya memberikan makan 1 kg sehari. Dalam satu kilo sehari ini kita mau baginya bagaimana, mau pagi sama sore saja atau mau pagi, siang, sore itu tergantung kita yang memelihara ayam. Di rumah kita punya waktu senggangnya kapan. Yang penting adalah tetap dalam kapasitas 100 sampai 110 gram, tidak boleh lebih.

 

Bagaimana biaya pemeliharaan kandang yang minimal tapi bisa menghasilkan ayam yang sehat?

Kandang minimal dengan ukuran dua meter, kita bisa berternak 100 ekor ayam. Kita membuatnya lebar 2 meter x tinggi 2 meter. Jadi, kita bagi menjadi empat tingkat seperti rumah susun, tetapi dalam setiap tingkat kandang itu kita ada jarak untuk kotoran ayam sekitar 5-10 cm, kita bisa berikan fiberglass untuk tempat kotorannya dan itu kita bisa bersihkan setiap hari.

Jadi, karena kita bicara ayam sehat maka jangan sampai kotoran ayam itu terserap lagi oleh kegiatan ayam sehari-hari. Minimal kita bisa bersihkan sehari sekali. Tapi kalau kita ada waktu maka kita bisa bersihkan sehari dua kali. Itu memang kegiatan yang rutin untuk pemeliharaan ayam yang benar-benar sehat.

Untuk ukuran kandang, kita buat minimalis sekali dengan 2 meter 4 tingkat. Harga kandang pun juga tergantung dari kemampuan peternak masing-masing. Jadi, ada yang bisa membuatnya dari kayu reng ukuran 2 x 3 atau 3 x 4. Ada juga yang dari baja ringan karena harga lebih murah, itu juga boleh. Ada yang menggunakan besi siku.

Di perternakan kita lebih ke arah besi siku karena besi siku dengan alas yang plastik ketahanannya itu bisa mencapai10 tahun ke atas. Memang biaya untuk diawal itu lebih mahal. Kalau yang pernah kita buat itu ukuran 2 meter dengan susun 4 tingkat, dengan ketahanan 10 tahun ke atas, itu sekitar Rp 10 juta. Itu sudah bersih, sudah dengan tempat pakan yang kita buat dengan paralon, tempat minumnya juga seperti itu, sudah ada lampu, sudah ada alas kandangnya dengan plastik.

Kalau untuk biayanya sedang-sedang saja karena mau belajar dulu, maka bisa membuat kandang dengan kayu reng ukuran 3 x 4 susun 4. Yang penting memang kita sudah mulai berlatih dengan 100 ekor kita harus bisa panen sebulan dengan berat sekitar minimal 2 kg. Sebenarnya ayam sehat itu adalah karena proses setiap hari yang kita lakukan, bukan hanya di akhir saja.

 

Apa yang paling penting atau kunci dari pengelolaan peternakan ayam ini agar bisa bertahan dan berhasil dari sisi manajemen keuangan?

Menurut saya, kalau melihat dari manajemen keuangan, yang memang membuat kita itu berhasil adalah kita sudah dekat dengan pasar, kita tidak membutuhkan lagi transportasi. Kedua, untuk tenaga kerja, kalau dengan sistem ayam sehat ini kita tidak perlu merekrut orang atau tambah orang, tapi bisa kita melakukannya sendiri. Dua faktor ini sudah sangat besar nilainya.

Ketiga adalah harga jual. Ayam sehat ini adalah ayam premium. Istilahnya, kita tidak ada suntik-suntikan, tidak ada obat kimia. Kalau ada yang sakit langsung kita pisahkan, dan misalnya sampai tidak tertolong maka bisa kita langsung potong. Walaupun dia sakit, kita tidak berikan obat-obatan maupun suntikan, jadi memang kita biarkan apa adanya.

Yang paling unik ini adalah memang untuk ayam sehat ini pemainnya belum banyak dan edukasi masyarakat juga masih belum maksimal. Jadi, masyarakat yang ingin tahu manfaat dari daging ayam yang ada Omega 369 itu masih kecil, masih belum semua. Di kalangan menengah atas pun mereka juga masih senang makan ayam biasa karena menurut mereka ayam sama saja. Padahal kalau kita lihat prosesnya tidak sama. Yang konvensional banyak menggunakan zat-zat kimia, dan yang ini murni tapi kandungan protein dan gizinya besar.

Di sini saya melihat peluang karena pemainnya masih sedikit sekali dan konsumen yang mengerti ini juga belum banyak. Jadi, masih imbang sebenarnya dan peluang prospeknyaa juga jauh lebih besar dibanding kalau kita berbicara mengenai teori peternakan ayam konvensional karena kita kejar-kejaran dengan harga pakan, vitamin, dan obat-obatan. Yang diuntungkan juga bukan kita, tetapai produsen pakan, produsen obat-obatan, dan produsen vitamin.

Peluang yang kita lihat dari sisi keuangan ini sebenarnya jauh lebih menarik dibandingkan dengan jenis usaha lainnya. Selain itu, kita juga membantu masyarakat untuk makan sehat, masyarakat juga menjadi lebih pintar. Istilahnya secara psikologis, apa yang kita jual ini membantu untuk kesehatan masyarakat juga.

Previous
Previous

Next
Next