Kreatifitas Wirausaha Muda
Salam Perspektif Baru,
Memiliki bisnis atau usaha sendiri merupakan idaman semua orang. Namun kita semua mengetahui dan memahami bahwa merintis dan menjalani sebuah bisnis atau usaha tidaklah mudah. Apalagi saat ini di masa pandemi. Hari ini kita akan berbincang-bincang dengan seorang narasumber yang masih tergolong muda. Generasi Z yang sudah berani merintis usaha sendiri dan mampu bertahan di era pandemi ini, yaitu Joshua Ephraim Santoso, pemilik fashion brand “Funkee 2 Insanitee”.
Joshua mengatakan dia membuat bisnis ini antara lain supaya mereka bisa berkomunikasi dengan orang tua dan orang tua bisa berkomunikasi dengan mereka (anak). Kalau misalnya mereka sedang insecure atau apa, mereka bisa komunikasikan dengan orang lain atau mereka bisa lebih semangat dengan diri mereka sendiri. Ini semua berdasarkan pada kejadian-kejadian yang asli di depan dirinya.
Ide atau kreativitas gambar untuk t-shirt biasanya didapat dari menonton film karena dia suka menonton film. Jadi, kalau tokohnya ada masalah apa, dia bisa dapat ide dari sana. Tidak hanya untuk ide t-shirt, tapi juga untuk ide konten di Instagram. “Kadang-kadang teman saya suka curhat ke saya, masalah-masalahnya mereka itu juga bisa saya jadikan desain atau konten.”
Jadi, dia bukan hanya menjual t-shirt, tapi menjual statement. Dia menjualnya menggunakan konten di Instragram, dapat follower, banyak orang-orang yang suka dan kemudian komentar, lalu mereka share ke teman mereka. Jadi, pemasarannya lebih melalui social media.
Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Joshua Ephraim Santoso.
Sebagai informasi untuk pembaca, dalam sejarah wawancara Perspektif Baru yang telah 20 tahun lebih, Joshue merupakan narasumber termuda kedua karena Joshua saat ini baru saja merayakan ulang tahun yang ke-14. Tapi di usianya yang baru 14, dia sudah memiliki usaha sendiri.
Ada banyak alasan untuk kita memulai bisnis atau usaha. Salah satu alasannya tentu saja ada yang ingin memiliki waktu lebih luang atau ingin mendapatkan penghasilan lebih besar. Bagi Joshua sendiri ketika memulai usaha di usia muda, apa motivasi atau alasan Anda terjun sebagai wirausaha?
Pertama, kita sudah harus tahu apa yang kita sukai. Kalau dari saya pribadi, awalnya karena hobi gambar. Kemudian saya berpikir bagaimana caranya untuk menjadikan uang. Itu dari saya pribadi, kalau dari orang lain pasti memiliki hobi yang bermacam-macam.
Apa gambar yang Anda hasilkan dari hobi tersebut karena biasanya kalau masih muda sukanya menggambar gunung atau pemandangan?
Gambar apapun. Dari kecil saya sudah suka menggambar, mulai dari gambar orang, binatang, dan sebagainya tapi dengan style yang realistis. Pas mulai awal pandemi ini, saya coba digital drawing menggunakan iPad. Dan saya mencoba style yang lebih kartun dan lebih gravity. Saya coba, lama-lama saya merasa nyaman dan suka. Jadi, saya membuat banyak gambar.
Dari mana ide Anda yang menjadikan hobi tersebut sebagai sebuah usaha?
Pertamanya saya juga tidak menyangka mempunyai bisnis ini. Karena papa saya juga suka gambar dari kecil. Setiap saya menggambar itu saya tunjukkan ke papa. Kemudian dia melihat gambar saya dan mengatakan bahwa gambar saya bagus, bisa dijadikan besar, bisa diberi umur karakter-karakter yang banyak saya buat ini. Akhirnya saya berpikir bagaimana cara menjual gambar saya, yang orang-orang bisa ingat dan suka. Kemudian kepikiranlah untuk membuat kaos. Dari sana saya coba desain-desain bukan hanya gambar saja, tapi juga ada saku di bajunya, ada bet di bajunya, jadi ada banyak pilihan.
Apakah ide tersebut berasal dari Anda sendiri atau ide dari ayah Anda? Apakah ayah Anda juga memiliki usaha seperti yang Anda tekuni saat ini?
Gambar-gambarnya itu gambar saya sendiri dan ada filosofinya. Perusahaan saya ini adalah fashion with a conscience.
Apa itu artinya?
Fashion with a conscience itu berarti fashion yang tidak egois. Biasanya kalau kita bicara mengenai fashion, kita mikirnya egois karena orang ingin beli baju agar kelihatan lebih cantik, lebih ganteng, atau lebih keren. Saya ingin membuat fashion brand yang bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi kita bisa spread awareness untuk isu sosial yang ada di dunia ini. Sekarang kita sedang fokus pada isu mental health. Jadi, semua ada filosofinya. Kalau baju yang saya pakai ini filosofinya slay your dragons. Kita harus membunuh our dragons. Dragon disini diibaratkan sebagai insecurity kita. Jadi, kita harus membunuh atau menghilangkan insecurity kita dan love ourselves. Dan masih banyak lagi desainnya.
Joshua, tadi telah dijelaskan bahwa Anda telah memulai usaha bisnis fashion ini ketika di masa pandemi. Biasanya setiap orang yang ingin memulai bisnis itu mempunyai rasa kekhawatiran atau ketakutan-ketakutan yang saya sendiri juga mengalaminya. Misalnya, bahwa bisnis yang akan dijalankan sendiri ini akan gagal dan sebagainya.
Bagaimana Anda di usia muda ini bisa mengatasi tantangan-tantangan atau kekhawatiran bahwa usaha ini akan bangkrut atau tidak jalan?
Menurut saya, di usia muda seperti saya ini justru kesempatan yang paling bagus untuk memulai bisnis. Kita tidak ada bayar pajak, kita tidak ada bayar listrik, kenapa harus khawatir rugi? Misalnya pun kita rugi uang, tapi kita mendapatkan ilmu. Dari kegagalan kita bisa mendapatkan pembelajaran. Dengan rugi uang itu kita bisa berpikir bahwa kita sedang membeli ilmu. Kita bisa belajar dari kegagalan-kegagalan kita untuk masa depan. Jadi, kenapa harus sedih ketika hilang uang atau rugi? Kita belum harus bayar pajak karena tidak menyewa tempat. Kita juga tidak membeli mobil karena belum bisa menyetir. Bayar listrik juga tidak karena masih tinggal di rumah orang tua. Bayar sekolah pun juga masih dibiayai oleh orang tua. Jadi, tidak perlu khawatir.
Ingat itu, bahwa generasi muda tidak perlu khawatir kehilangan uang dalam memulai bisnis seperti Joshua.
Satu lagi tantangannya, dari mana Anda mendapatkan uang untuk modal tersebut?
Ini dimulai sejak saya sekolah dasar (SD) kelas satu, orang tua saya selalu mengajarkan saya cara untuk bertanggung jawab. Misalnya, saya disuruh bersih-bersih, kemudian nanti diberi uang sebagai upah atau gajinya. Atau kalau kita mau membersihkan kamar tidur, juga akan mendapatkan gaji. Dari sana saya bisa belajar tanggung jawab dan mempunyai motivasi untuk itu. Pendapatan saya mulainya dari sana.
Kemudian pas di sekolah saya juga suka menghasilkan uang karena sudah merasakan enaknya mendapat uang. Untuk menghasilkan uang di sekolah, saya dulu itu sering datang ke acara-acara dan banyak mendapatkan souvenir yang barang-barangnya tidak saya perlukan dan mendapatkannya itu gratis semua. Jadi, saya kumpulkan semua barangnya, kemudian saya jual di sekolah, saya jual ke teman-teman saya. Misalnya, saya menawarkan kotak pensil, itu saya mau kasih harga berapa pun masih akan untung karena saya dapat dari souvenir gratis.
Pendapatan saya juga mulai dari sana. Tapi modal yang terbesar yang saya dapatkan adalah ketika sekolah saya mengadakan open house. Di sana kita ada kesempatan untuk membuka stand kita sendiri seperti pameran. Saya buka stand yang bisa melakukan mini game, seperti tembak-tembak gelas. Dari sana saya memberikan harga, kemudian di sebelahnya itu saya minta teman-teman buka shop dan bergabung dengan saya. Akhirnya, banyak dapat uang dari sana.
Menarik sekali. Dari mana Anda mempunya ide kreatif seperti pemasaran tersebut?
Sebenarnya saya sedikit “mata duitan” juga. Saya suka menghasilkan uang. Di stand-nya itu pun jadi seru karena bersama teman-teman. Kita bisa kerja sama untuk menghasilkan uang. Kita berpikir tidak ingin memberikan harga yang terlalu tinggi, tapi kita juga ingin stand-nya ramai. Dulu itu orang-orang lagi suka yang tembak-tembak mainan, jadi kita buat yang sasarannya gelas ditumpuk-tumpuk, kemudian ditembak. Kita juga memberikan hadiah-hadiah supaya lebih ramai. Hadiahnya adalah sisa-sisa souvenir yang gratis tadi. Jadi, saya tidak harus terlalu banyak mengeluarkan uang untuk membuka stand ini. Kita juga hanya menggunakan barang-barang yang ada di rumah.
Saat itu, berapa modal awal Anda untuk memulai usaha ini dalam nilai nominal rupiah?
Sepertinya sampai beberapa juta karena memang tidak murah. Produksi pertama seperti kaos yang saya pakai ini tidak ada banyak. Kita semua mulai dengan sedikit t-shirt nya, tapi akhirnya usahanya makin besar. Kemudian kita coba untuk print ratusan t-shirt, kita jual dan akhirnya profit-profit dari sana bisa membuat banyak produk lagi. Memang tidak murah. Saya pernah minta tolong orang tua untuk memberikan modal tapi mereka tidak mau memberi. Mereka bilang saya harus pakai tabungan saya sendiri. Jadi, saya coba lagi untuk menghasilkan uang yang cukup untuk memulai usaha sendiri dari bersih-bersih rumah atau jualan barang di sekolah.
Awalnya, ke mana Anda menjual produk kaos tersebut?
Rilis pertama, kita lebih fokuskan ke circle seperti ke teman-teman orang tua, tetangga-tetangga rumah. Itu saya datangin, saya beri tahu tentang bisnis saya kalau ini fashion with a conscience seperti spread awareness dan sekarang sedang fokus pada mental health. Kemudian juga ke anak-anak kecil, mereka suka karena lucu-lucu dan akhirnya mau pakai terus. Dari sana dapat uang banyak dan sekarang uangnya bisa cukup untuk memperbesarkan perusahaan, seperti bisa beli kaos lebih banyak, produknya bukan hanya t-shirt. Saya juga bisa menyebarkan ke seluruh Indonesia.
Apa pesan-pesan khusus yang ingin Anda sampaikan melalui kaos yang Anda jual tersebut?
Pertama, adalah desain seperti pada baju yang saya pakai sekarang, slay your dragons, seperti yang sudah saya sampaikan tadi. Masih ada banyak desain lagi, salah satunya adalah peace and love. Kita harus selalu love ourselves and stay peaceful. Kemudian seri sebelumnya juga ada embrace your emotions. Itu mengingatkan orang kalau perasaan-perasaan dan emosi mereka itu valid. Biasanya kalau kita marah-marah itu orang lain akan mengatakan kepada kita untuk tidak marah-marah terus. Tapi sebenarnya marah-marah itu tidak apa-apa, asalkan tidak membuat kesal yang lain. Begitu pun dengan sedih atau menangis. Kalau kita bersedih dan ingin menangis, silahkan saja. Tapi maksudnya jangan keterlaluan juga. Kita harus menerima emosi-emosi kita karena mereka semua itu valid. Yang harus dipelajari adalah kita harus bisa mengontrolnya.
Mengapa Anda merasa penting untuk memberi pesan-pesan khusus pada usaha fashion Anda ini kepada para pembeli?
Ini dari pribadi saya. Papa saya itu dulu ada depresi dan tidak ada yang tahu dia depresi. Saya saja tidak tahu dan baru saja tahu ketika memulai bisnis ini. Tapi saya dulu juga merasakan bahwa hubungan saya dengan papa sudah tidak enak. Karena kalau papa saya depresi juga berimbas pada saya, mama dan adik saya. Saya juga ikut sedih dan saya bisa saja ikut depresi. Meskipun saya tidak tahu dia depresi, tapi saya bisa merasakan.
Saya membuat bisnis ini karena tidak ingin orang lain juga mengalami hal yang sama. Supaya mereka bisa berkomunikasi dengan orang tua dan orang tua bisa berkomunikasi dengan mereka (anak). Kalau misalnya mereka sedang insecure atau apa, mereka bisa komunikasikan dengan orang lain atau mereka bisa lebih semangat dengan diri mereka sendiri. Ini semua berdasarkan pada kejadian-kejadian yang asli di depan saya. Saya ingin menolong orang-orang supaya mereka tidak mengalami hal yang sama.
Dari mana Anda mendapatkan ide-ide atau kreativitas-kreativitas gambar? Apakah dapat dari membaca buku atau dari melihat Instagram yang lain dan sebagainya?
Biasanya lebih ke menonton film, saya suka menonton film. Jadi, kalau misalnya tokohnya ada masalah apa, saya bisa dapat ide dari sana. Tidak hanya untuk ide t-shirt, tapi juga untuk ide konten di Instagram saya. Kadang-kadang teman saya suka curhat ke saya, masalah-masalahnya mereka itu juga bisa saya jadikan desain atau konten.
Kalau dari segi pemasarannya, bagaimana ini bisa sampai menyebar ke seluruh Indonesia atau mungkin juga sudah ke luar negeri?
Iya, itu dari konten. Jadi, saya bukan hanya menjual t-shirt, tapi saya menjual statement. Kalau hanya menjual baju di toko misalnya, itu orang tidak akan langsung bisa paham. Saya menjualnya menggunakan konten di Instragram, dapat follower, banyak orang-orang yang suka dan kemudian komentar, lalu mereka share ke teman mereka. Itu seperti yang saya katakan tadi bahwa saya ingin menolong orang supaya mereka bisa lebih berkomunikasi.
Akhirnya, ada teman-teman yang sharing-sharing, kirim-kirim ke teman-temannya dan akhirnya teman-teman mereka lebih semangat. Ini mereka ingin mendukung perusahaan yang menolong mereka dengan cara membeli kaos. Kemudian ada juga orang dari luar negeri yang mau beli. Kemarin saya ke Bali juga ada orang yang suka dengan t-shirt nya, desainnya dan filosofinya. Akhirnya mereka juga beli. Jadi, pemasarannya lebih melalui social media.
Oke Joshua, apa bisa disebutkan Instagram atau media sosial Anda. Mudah-mudahan nanti pemirsa yang ingin mendapatkan inspirasi lebih dari Anda bisa menghubungi Anda?
Instagram saya adalah @f2insanitee.