Mewujudkan Hak Bekerja Penyandang Disabilitas

Salam Perspektif Baru,

Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang penting bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan juga keluarga. Karena itu mendapatkan pekerjaan adalah salah satu hak asasi manusia. Jadi, setiap orang termasuk di dalamnya adalah penyandang disabilitas berhak mendapatkan pekerjaan di sektor pemerintahan maupun swasta. Lalu, bagaimana kesempatan penyandang disabilitas untuk mendapatkan kesempatan bekerja di sektor swasta atau perusahaan? Kita bahas topik tersebut hari ini bersama narasumber yang perusahaan atau tempat bekerjanya menjalankan lingkungan kerja yang inklusi atau terbuka dan berkomitmen untuk peduli kepada penyandang disabilitas. Dia adalah Tri Wasono Sunu yang menjabat sebagai Human Capital Director di Alfamart.

Menurut Tri Wasono Sunu, membuat kantor yang ramah disabilitas adalah tidak merugikan dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Itu karena tempat bekerjanya memulai dengan melakukan mapping terlebih dahulu. Mapping pekerjaan yang bisa dimasuki atau dikerjakan oleh teman-teman disabilitas. Misalnya, di warehouse  ada jabatan helper atau picker. Itu sangat cocok sekali dengan teman-teman tuna rungu wicara, dan itu tidak membutuhkan aksesbilitas secara khusus karena memang pekerjaan itu butuh fokus di dalam melaksanakan proses picking.

Manfaat yang diperoleh adalah secara internal departemen yang mempekerjakan teman-teman disabilitas, seperti di wearehouse, dia menyampaikan bahwa teman-teman disabilitas ini bisa bekerja lebih baik daripada teman-teman yang non disabilitas karena teman-teman tuna rungu, tuna wicara adalah teman-teman yang fokus di dalam tugas pekerjaannya di dalam proses helper maupun picking. Ini banyak disampaikan oleh para manajer di warehouse. Jadi, secara internal bahwa kita bisa mendapatkan kinerja yang lebih baik dengan teman-teman disabilitas.

Kedua, itu juga bisa mengubah perilaku teman-teman di sekitarnya. Ketika teman-teman disabilitas bisa berkinerja baik, tentunya mendorong dan mempengaruhi teman-teman yang non disabilitas untuk tidak menjadi kalah. Jadi, ada kompetisi yang sehat di internal.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Tri Wasono Sunu.

Saat kita berbicara mengenai penyandang disabilitas, mereka membutuhkan pekerjaan dengan alasan yang sama seperti orang yang tidak memiliki disabilitas, yaitu mereka ingin mencari nafkah, memanfaatkan keterampilan yang mereka miliki, memberikan kontribusi kepada keluarganya, masyarakat, dan negara. Dalam hal ini hak penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan telah dijamin secara khusus di dalam undang-undang (UU). Berdasarkan UU Nomor 8 tahun 2016, penyandang disabilitas berhak mendapatkan pekerjaan di sektor pemerintahan dan swasta tanpa diskriminasi.

Bagaimana perspektif Anda mengenai hak dan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan?

Perspektif Alfamart terkait hal ini sebenarnya terangkum di dalam kode etik yang merupakan komitmen kami sebagai perusahaan terbuka.  Kode etik ini terbentuk dari visi, misi, dan budaya organisasi kami, dan harus dipatuhi oleh seluruh pelaku organisasi di Alfamart.

Dalam salah satu kode etik di internal kami ada prinsip fairness, yaitu kami akan menjunjung tinggi kesetaraan dan kewajaran dengan selalu memberikan kesempatan yang sama kepada pihak-pihak terkait, dalam hal ini juga kepada teman-teman disabilitas. Implementasinya adalah Alfamart dan anak perusahaan memberikan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas. Jadi, itu cara pandang Alfamart mengenai hak teman-teman disabilitas.

Yang menarik lagi adalah mengapa Alfamart mempunyai kepedulian terhadap penyandang disabilitas. Beda dengan perurusahan-perusahan lain yang istilahnya masih banyak yang abai terhadap saudara-saudara kita penyandang disabilitas?

Alfamart mempunyai visi yaitu menjadi jaringan distribusi ritel terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas dan seterusnya. Tapi saya ingin menggarisbawahi terkait dengan kalimat “dimiliki oleh masyarakat luas”, artinya bahwa masyarakat dalam hal ini juga bisa memiliki Alfamart.

Salah satunya adalah bergabung bersama kami menjadi karyawan. Itulah yang kemudian mendorong Alfamart untuk membuka diri kepada teman-teman disabilitas juga. Sebenarnya kepedulian Alfamart terhadap teman-teman disabilitas ini bertahap, tidak langsung begitu saja.

Awalnya, kepedulian Alfamart terangkum di dalam program Alfamart for all atau turunan dari program Alfamart Sahabat Indonesia, Satu Hati Berbagi untuk Indonesia. Jadi, awalnya model kepedulian kami kepada teman-teman disabilitas adalah karitatif, kemudian memberikan bantuan kepada teman-teman disabilitas dalam bentuk kursi roda. Artinya, kegiatan-kegiatan yang lebih kepada kepedulian, Alfamart care, itu bentuknya.

Seiring dengan waktu, kami di internal merasa bahwa karitatif tidak cukup. Kemudian kami mulai beranjak ke arah transformatif, yaitu bagaimana memberikan kesempatan kepada teman-teman disabilitas ini untuk kemudian bisa mandiri tentunya. Bisa mandiri, bisa menghidupi dirinya sendiri, dan bahkan keluarga. Untuk itulah kemudian kami mempunyai program untuk teman-teman disabilitas. Jadi, bertahap.

Tadi telah dijelaskan bahwa Alfamart memiliki kebijakan untuk peduli kepada penyandang disabilitas dan membuka kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk ikut bekerja, berkarya di Alfamart. Bagaimana proses rekrutmennya bagi pembaca yang mempunyai disabilitas atau mempunyai saudara penyandang disabilitas jika ingin bekerja di Alfamart?

Kami membuka kesempatan kepada teman-teman disabilitas. Prosesnya di internal adalah pertama kali kami mapping terlebih dahulu kebutuhan untuk teman-teman disabilitas bisa masuk di divisi atau departemen apa saja. Dari mapping itu kemudian kami dapatkan bahwa di toko itu bisa untuk teman-teman tuna daksa atau tuna rungu wicara diperbolehkan. Kemudian untuk di warehouse adalah teman-teman tuna rungu wicara dan juga bisa di office. Jadi, kami mulai dengan melakukan pemetaan, kami mulai dengan apa yang kami bisa terlebih dahulu.

Setelah kami melakukan pemetaan, kemudian kami mulai membangun proses rekrutmen. Ini yang kemudian kami berkolaborasi dengan teman-teman yayasan, dari lembaga lain yang lebih berpengalaman, sehingga kami mempunyai pengalaman untuk melakukan proses perekrutan sekaligus, kemudian melakukan proses pelatihan sebelum teman-teman disabilitas ini ditempatkan di posisi yang dibutuhkan. Saat ini kami ada 32 cabang dan satu kantor pusat, per April 2022 ada 825 karyawan disabilitas di kami.

Kalau dilihat dari jumlah 825 karyawan adalah itu sangat banyak dan tersebar di 32 cabang, ditambah satu kantor pusat. Dilihat dari total jumlah karyawan Alfamart yang saya dapat data ada sekitar 125.000 orang. Itu berarti belum mencapai 1%. Padahal kalau di UU meminta untuk ada sampai 1% penyandang disabilitas.

Apa faktor kendalanya sehingga sulit mencapai 1%, dan ini bukan hanya di Alfamart karena kami juga mendapati di seluruh perusahaan swasta sulit untuk mencapai 1% tersebut?

Kalau di Alfamart tentunya karena proses buka toko kami cepat, jadi ekspansi bisnisnya cepat, tentunya jumlah karyawan secara keseluruhan setiap bulan akan bertambah. Tentunya proporsi 1% itu juga menjadi satu tantangan bagi kami di internal. Tetapi kami berkomitmen bahwa Alfamart akan menyediakan dan berusaha untuk memenuhi jumlah itu.

Bagaimana caranya? Kami mempunyai strategi bagaimana 32 cabang tersebut mempunyai model yang bisa dilakukan secara internal di cabang masing-masing dan kemudian kami kenakan ukuran kinerja. Jadi, tahun ini memang ukuran kinerja bagi teman-teman di human capital adalah masih 0,8%. Jadi belum di 1% karena untuk mencapai 1% ini butuh tahapan-tahapan jangka panjang.

Dari 825 penyandang disabilitas yang bekerja di Alfamart ini, apa saja penyandang disabilitas yang ada di sana. Ini karena sepengetahuan kami ada penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas motorik atau sensorik dan penyandang disabilitas mental atau intelektual?

Jadi, yang tercatat di kami ada tuna daksa, tuna rungu wicara, kemudian ada tuna grahita, dan ada tuna netra. Memang kami belum bisa merangkum semua teman-teman disabilitas dari berbagai disabilitas yang ada karena kami memulai dari apa yang kami bisa terlebih dahulu.

Ketika kita memperkerjakan penyandang disabilitas tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan, seperti aksesibilitas di tempat kerja yang harus menyesuaikan dengan mereka.

Apakah itu merugikan bagi perusahaan dan membutuhkan biaya besar atau tidak untuk membuat kantor yang istilahnya ramah disabilitas?

Tidak merugikan dan tidak membutuhkan biaya yang besar karena kami memulai dengan melakukan mapping terlebih dahulu. Mapping pekerjaan yang bisa dimasuki atau dikerjakan oleh teman-teman disabilitas. Misalnya di warehouse, ada jabatan helper atau picker. Itu sangat cocok sekali dengan teman-teman tuna rungu wicara, dan itu tidak membutuhkan aksesbilitas secara khusus karena memang pekerjaan itu butuh fokus di dalam melaksanakan proses picking. Jadi, bagi teman-teman di perusahaan lain jangan takut dengan kesulitan-kesulitan, mulailah dengan apa yang bisa. Itu tips yang bisa Alfamart bagikan.

Saya minta tips satu lagi. Banyak perusahaan yang masih memikirkan secara berat atau berpikir 1000 kali untuk mempekerjakan penyandang disabilitas karena ketika mempekerjakan harus mempersiapkan juga  peralatan yang sesuai dengan mereka, seperti komputer atau telepon dan sebagainya agar mereka bisa bekerja optimal.

Apakah itu memang sulit untuk menyiapkan peralatan tersebut dan membutuhkan biaya besar juga?

Peralatan yang digunakan oleh teman-teman disabilitas di kami sama dengan yang non disabilitas. Misalnya helper atau picker, dia melakukan tugas pekerjaannya sama dengan teman-teman yang non disabilitas. Jadi, tidak ada satu hal yang perlu dipersiapkan secara khusus, kecuali adalah perlu dilakukan proses rekrutmen dan program pelatihan yang memang kemudian bisa ditangkap oleh teman-teman disabilitas. Jadi mereka bisa melakukan pekerjaan itu sama baiknya dengan temen-temen yang non disabilitas.

Bagaimana pengembangan karir mereka? Apakah mereka mempunyai kesempatan karir yang sama juga dengan saudara-saudaranya yang tidak memiliki disabilitas?

Tidak ada pembedaan sama sekali antara teman-teman disabilitas dan non disabilitas karena di Alfamart kami fokus pada kemampuan mereka. Nama program disabilitas di Alfamart adalah “Alfability” yaitu Alfa dan ability, bukan Alfa dan disability.

Jadi, sebenarnya filosofi Alfamart itu fokus kepada kemampuan. Kami mempekerjakan teman-teman disabilitas dengan melihat kemampuan mereka. Jadi, ketika kami mempromosikan mereka, itu juga fokus kepada kemampuan mereka, tidak ada bedanya karena kesetaraan. Prinsip kesetaraan itu tidak membedakan.

Sampai saat ini kami pada April 2022 di toko ada 28 yang sudah promosi di warehouse, ada 65 yang sudah promosi. Jadi, totalnya ada 93 karyawan disabilitas yang sudah naik ke jenjang berikutnya. Jadi, pendekatannya memang kepada ability-nya.

Bagaimana kesempatan bagi para penyandang disabilitas ini untuk meningkatkan kemampuannya seperti mengikuti kursus atau pelatihan di luar dan di dalam perusahaan?

Perlakuan kami kepada teman-teman disabilitas dan non disabilitas itu sama. Pada saat proses pelatihan memang kami bekerjasama dengan lembaga lain untuk mempermudah proses komunikasi. Misalnya, memakai bahasa isyarat dan sebagainya. Ketika kami tidak mempunyai kemampuan, kami kemudian bekerjasama dengan lembaga lain. Jadi, program pelatihan apapun yang diberikan kepada teman-teman non disabilitas, maka juga akan diberikan kepada temen-temen disabilitas. Itu karena kami fokus kepada peningkatan ability mereka.

Pengembangan karir dan peningkatan ability mereka sama dengan saudara-saudaranya yang tidak memiliki disabilitas. Apakah insentif atau mohon maaf gaji yang diterima juga sama. Padahal kita tahu bahwa penyandang disabilitas membutuhkan biaya yang lebih besar. Misalnya, disabilitas kaki, dia mungkin pergi ke kantor harus dengan kendaraan khusus dan sebagainya, sehingga membutuhkan biaya lebih besar daripada saudara-saudaranya yang bukan penyandang disabilitas.

Tidak ada perbedaan sama sekali. Semua perlakuan kami termasuk upah, kemudian insentif, dan sebagainya itu sama. Semuanya berdasarkan atas kinerja karena kami menghargai kemampuan, yang kemudian bisa mendorong ke kinerja setiap individu.

Apa yang didapat oleh Alfamart dengan mempekerjakan saudara-saudara kita penyandang disabilitas ini?

Pertama, secara internal departemen yang mempekerjakan teman-teman disabilitas, seperti di wearehouse, dia menyampaikan bahwa teman-teman disabilitas ini bisa bekerja lebih baik daripada teman-teman yang non disabilitas karena teman-teman tuna rungu, tuna wicara adalah teman-teman yang fokus di dalam tugas pekerjaannya di dalam proses helper maupun picking. Ini banyak disampaikan oleh para manajer di warehouse. Jadi, secara internal bahwa kita bisa mendapatkan kinerja yang lebih baik dengan teman-teman disabilitas.

Kedua, itu juga bisa mengubah perilaku teman-teman di sekitarnya. Ketika teman-teman disabilitas bisa berkinerja baik, tentunya mendorong dan mempengaruhi teman-teman yang non disabilitas untuk tidak menjadi kalah. Jadi, ada kompetisi yang sehat di internal.

Kemudian secara reputasi kami tentunya juga ingin dikenal sebagai perusahaan yang ramah bagi teman-teman disabilitas, sebagai perusahaan yang inklusi, yang tidak memberikan perbedaan kepada siapapun karyawan yang bergabung bersama dengan kami di Alfamart.

Previous
Previous

Next
Next