Presidensi G20 Bukti Kepemimpinan Indonesia

Salam Perspektif Baru,

Hari ini kita membahas mengenai kepemimpinan Indonesia dalam Presidensi G20. Tentu saja kita membahasnya dengan narasumber yang kredibel dan kompeten yaitu Kepala Staf Presiden Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko, S.I.P.

Moeldoko mengatakan Indonesia sebagai Presidensi G20 menjadi sebuah bukti bahwa kepemimpinan Indonesia dibawah Presiden Jokowi mendapatkan apresiasi yang sangat kuat dari dunia Internasional. Indikasinya adalah kita bisa survive di dalam menghadapi pandemi global ini. Berikutnya dari sisi ekonomi, Indonesia juga cukup bagus. Kemudian dari sisi lingkungan, presiden juga sangat concern.

Menurut Moeldoko, ada manfaat atau keuntungan yang bisa kita ambil dari Presidensi G20 ini untuk kepentingan nasional dan kepentingan dalam negeri. Misalnya dari sisi ekonomi, ada konsumsi domestik sampai dengan Rp 1,7 triliun, berikutnya tambahan Gross Domestic Product (GDP) bisa sebesar kurang lebih Rp 7 triliun. Ini juga membawa dampak pertumbuhan yang cukup baik pada Indonesia, dan jangan lupa juga bisa mendatangkan kurang lebih 33.000 tenaga kerja. Di tengah-tengah situasi Bali yang masih terpuruk dari sisi sektor pariwisata, maka kehadiran G20 di Bali sungguh memiliki nilai-nilai psikologi, nilai ekonomi, nilai sosial, dan berbagai hal.

Dari sisi jangka Panjang, G20 harus bisa membawa pengaruh positif kepada negara-negara yang hadir. Untuk itu nilai-nilai kebangsaan kita juga harus bisa menjadi minimum pengamatan bagi kepala negara yang hadir. Bagaimana nilai kebersamaan bangsa Indonesia, khususnya gotong royong, itu sangat kelihatan gotong-royongnya pada saat Indonesia menghadapi pandemi COVID-19. Nilai-nilai ini yang sejalan dengan nilai Pancasila, dan tentu itu nanti bagian dari sesuatu yang menjadi pengamatan bagi para kepala negara.

Berikut wawancara Perspektif Baru yang dilakukan Hayat Mansur sebagai pewawancara dengan narasumber Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko, S.I.P.

Tahun 2022 merupakan tahun yang istimewa bagi kita bangsa Indonesia. Pada tahun ini Indonesia menjadi Presidensi G20 atau Keketuaan G20. Ini untuk pertama kalinya Indonesia menjadi Presidensi G20 dan posisi ini baru akan terulang lagi 20 tahun mendatang karena Presidensi G20 bergilir di antara para anggotanya.

 

Sebagai informasi, G20 merupakan forum kerjasama multilateral yang beranggotakan 19 negara dan Uni Eropa. G20 merepresentasikan sekitar 60% populasi dunia, 75% perdagangan global, dan sekitar 80% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

 

Dalam perspektif global, Presidensi G20 ini merupakan penegasan mengenai kepemimpinan Indonesia dalam bidang diplomasi internasional dan ekonomi dunia. Tapi publik di dalam negeri masih banyak yang ingin tahu, mengapa Indonesia masih bisa terpilih sebagai Presidensi G20. Padahal kita di Indonesia masih giat menangani pandemi COVID-19, dan giat memulihkan ekonomi yang terdampak pandemi?

Ada beberapa pertimbangan, tentu juga hasil dari konsultasi intens dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa sesunguhnya kita akan menjadi Presidensi G20 pada 2023. Tapi karena pada 2023 kita juga menjadi Ketua ASEAN, maka itu kita tukar dengan India. Kebetulan juga India lebih prefer kalau itu dijalankan pada 2023 sebagai Presidensi G20.

Dari pertimbangan itu, berikutnya kita juga mesti memahami bahwa Indonesia adalah negara ke lima Asia yang pernah mendapat amanah sebagai Presidensi G20. Sebelumnya ada beberapa negara diantaranya Arab Saudi pada 2020, Jepang 2019, Cina 2016, dan Korea Selatan 2010.

Sekarang kenapa Indonesia? Ini sebuah bukti bahwa kepemimpinan Indonesia di bawah Presiden Jokowi mendapatkan apresiasi yang sangat kuat dari dunia Internasional. Indikasinya adalah kita bisa survive di dalam menghadapi pandemi global ini.

Berikutnya dari sisi ekonomi, Indonesia juga cukup bagus. Walaupun awalnya kita menghadapi penurunan pertumbuhan ekonomi, tapi secara pasti Indonesia bisa naik dan minusnya bisa berkurang. Dari minus hampir lima, sekarang minusnya berkurang dan bertumbuh lagi menjadi positif. Ini sebuah indikasi yang nyata dilihat oleh dunia internasional bahwa presiden memiliki sebuah komitmen di dalam menjalankan leadership-nya.

Kemudian dari sisi lingkungan, presiden juga sangat concern. Kita memiliki komitmen yang kuat di COP 26 karena persoalan lingkungan adalah persoalan masa depan yang menjadi concern masyarakat dunia. Bahkan kita juga melihat presiden tidak hanya sekadar berbicara, tetapi sebuah indikasi kuat. Diantaranya, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang tadinya memiliki potensi sangat tinggi, lambat laun bisa ditangani dengan baik.

Berikutnya, kita juga komitmen untuk melakukan moratorium-moratorium untuk pengembangan di sektor sawit. Maknanya adalah keinginan presiden untuk menjaga kelestarian lingkungan ini terjaga dengan baik. Saya pikir berbagai hal itulah yang menjadi pertimbangan untuk Indonesia bisa menuju pada Presidensi G20.

 

Dari sekian komitmen-komitmen Indonesia kepada internasional, apa program prioritas untuk Indonesia selama menjabat sebagai Presidensi G20 pada 2022 ini?

Presiden Jokowi melihat pandemi ini menjadi sebuah momentum untuk melihat arsitektur di sektor kesehatan global dan juga di Indonesia. Pandemi ini memberikan penyadaran kita bersama bahwa ternyata banyak hal yang menjadi kelemahan di sektor-sektor kesehatan yang perlu di benahi. Bisa dibayangkan, kalau di Amerika Serikat satu dokter rasionya kurang lebih 400 orang. Di Indonesia satu dokter rasionya kurang lebih 2.500 orang. Inilah yang harus kita lihat kembali bagaimana arsitektur kesehatan kita dibenahi dengan baik.

Pertama, presiden menginginkan ada sebuah kesetaraan dalam sektor distribusi vaksin kepada dunia yang kurang beruntung. Maka Indonesia bersuara lantang untuk adanya sebuah pemikiran bahwa vaksin ini tidak hanya menjadi prioritas kepada negara-negara yang besar, tetapi juga memikirkan bagaimana negara-negara berkembang mendapatkan distribusi vaksin secara seimbang dan merata.  Ini juga menjadi pemikiran Presiden Jokowi.

Kedua, memikirkan tentang bagaimana transformasi energi. Ini nanti akan menjadi isu yang akan dibicarakan dalam G20. Transformasi energi ini Indonesia juga sudah mulai memikirkan bagaimana penggunaan batubara itu secara bertahap ada substitusinya. Memikirkan bagaimana secara bertahap energi baru terbarukan bisa menggeser pengunaan energi batubara, sehingga persoalan lingkungan akan menjadi terjaga secara sustainable.

Ketiga adalah transformasi digital. Ini menjadi persoalan bersama bahwa mau tidak mau kita harus melompat seperti program Presiden Jokowi di dalam strategi pembangunan menuju lima tahun ke depan ini, yang dulu menempatkan infrastruktur sebagai penjurunya, sekarang menempatkan pembangunan sumber daya manusia sebagai penjurunya di paling atas.

Berikutnya, melanjutkan pembangunan infrastruktur agar terwujudnya atau bertumbuhnya sektor-sektor kawasan baru yang membawa pertumbuhan semakin cepat di daerah-daerah. Selanjutnya adalah reformasi birokrasi, dan kemudian reformasi regulasi agar regulasi memberikan kepastian. Selanjutnya adalah transformasi ekonomi, bagaimana transformasi digital itu mewarnai transformasi ekonomi. Mau tidak mau kita harus menuju kesana.

 

Sebagai Presidensi G20 tentu saja Indonesia mempunyai peran yang strategis. Apa yang bisa kita manfaatkan atau keuntungan yang bisa kita ambil dari Presidensi G20 ini untuk kepentingan nasional dan kepentingan dalam negeri?

Ada kepentingan jangka pendek, yaitu kepentingan yang lebih pragmatis, dan ada juga kepentingan jangka panjang. Kepentingan jangka pendek dari penyelengaraan G20 adalah karena banyaknya delegasi yang akan datang ke Indonesia, khususnya ke Bali, dan sebelumnya juga sudah mulai berjalan di beberapa tempat seperti pada awal tahun ini di Jakarta. Dari situ ada hal yang bisa kita dapatkan dari sisi pariwisata.

Tentu kita bisa mendapatkan berbagai keuntungan dari situ. Tidak sekadar saat dia membelanjakan sesuatu, tetapi dari mereka yang datang ke Indonesia pada akhirnya nanti bisa menyuarakan tentang ke-Indonesia-an. Bagaimana masyarakat Indonesia yang begitu ramah tamah, bagaimana perkembangan Indonesia yang cukup maju, yang ke depannya mereka bisa menjadi duta kita setelah kembali ke negaranya.  

Dari sisi ekonomi juga ada konsumsi domestik sampai dengan Rp 1,7 triliun, berikutnya tambahan Gross Domestic Product (GDP) bisa sebesar kurang lebih Rp 7 triliun. Ini juga membawa dampak pertumbuhan yang cukup baik pada Indonesia, dan jangan lupa juga bisa mendatangkan kurang lebih 33.000 tenaga kerja. Di tengah-tengah situasi Bali yang masih terpuruk dari sisi sektor pariwisata, maka kehadiran G20 di Bali sungguh memiliki nilai-nilai psikologi, nilai ekonomi, nilai sosial, dan berbagai hal.

Selain itu, dari kepentingan jangka panjang, Indonesia bisa mewakili dan menyuarakan negara-negara berkembang untuk bisa mendapatkan satu porsi di antara negara-negara maju tersebut. Yang diperjuangkan, seperti, bagaimana penanganan terhadap kesehatan, bagaimana penanganan terhadap kemiskinan, terhadap pendidikan, dan seterusnya.

Tentu negara-negara berkembang memiliki keinginan atau harapan yang besar kepada Indonesia atas kepemimpinan di Presidensi G20. Ini bisa menjadi kepanjangan tangan untuk menyuarakan hal itu kepada negara-negara anggota G20.

Kedua, pasti negara-negara lain juga melihat seberapa kuat leadership Indonesia untuk menjadi Presidensi G20. Itu akan dibuktikan oleh kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

 

Kepemipinan Presiden Jokowi dalam Presidensi G20 sangat penting karena diharapkan bahwa Presidensi G20 ini bisa menghasilkan solusi konkrit untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi secara global dan memerlukan kerja sama Global.

 

Salah satu persoalan dunia saat ini yang sangat penting dan menjadi perhatian semua negara adalah mengenai perubahan iklim. Bagaimana bentuk kepemimpinan Indonesia dalam upaya mengatasi perubahan iklim yang kini kian menjadi kenyataan, apalagi kita sebagai negara kepulauan?

Konsep besarnya adalah green economy. Itu bukan sekadar slogan yang disampaikan oleh presiden, tetapi baru-baru ini presiden telah meresmikan sebuah kawasan hijau yang disipakan untuk jangka panjang. Apa yang ada di sana? Yaitu sebuah kawasan yang pada akhirnya bisa menghasilkan energi yang luar biasa cukup besar kurang lebih 9.000 - 10.000 MW.

Di situ dibangun sebuah kawasan hijau karena energinya bersumber dari air sungai Kayan (PLTA). Ini simbol betapa kita itu tidak hanya bicara saja, tapi juga dijalankan. Sesuatu yang menjadi komitmen itu terbukti, bukan hanya sebuah kata-kata. Intinya bahwa Indonesia betul-betul mewujudkan apa yang dikatakan menjadi sebuah kenyataan. Presiden sendiri sudah menyiapkan lokasi dan meresmikannya.

Berikutnya dari sisi environment yang sustain tadi, presiden juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai di Indonesia. Perpres ini juga sebagai indikasi kuat bahwa Indonesia melompat, tidak lagi berorientasi pada energi fosil tetapi ke depan sudah melompat ke sana dan tidak ketingalan dengan negara-negara lain.

Indikasi-indikasi ini adalah sebuah bentuk nyata bahwa presiden sunguh komitmen dengan membangun sebuah lingkungan yang bersih, sustain, bukan sekadar jargon, kita menuju ekonomi hijau dengan sebuah langkah konkrit yang diwujudkan.

 

Indonesia sudah memberikan contoh dan langkah konkrit untuk mengatasi perubahan iklim, salah satunya dari sektor energi dengan menggunakan energi terbarukan seperti PLTA dan mobil listrik atau bus listrik. Sebenarnya, apa yang diharapkan dari hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 nanti khususnya di bidang perubahan iklim, terutama dari negara-negara maju untuk membantu mengatasi perubahan iklim bagi negara-negara berkembang?

Tentu ini perjalanan panjang, tidak bisa serta merta kita mengubah sesuatu. Sebagai contoh, kita memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang digerakkan oleh batu bara. Perlu adanya pemikiran strategis bahwa ada sebuah subsitusi bagaimana batu bara secara berkala harus dikurangi. Kita juga sudah mengeluarkan sebuah kebijakan untuk secara bertahap mengurangi batu bara di PLTU, tapi bukan berarti dihapuskan dengan cepat karena ini butuh waktu cukup panjang.

Kedua, tentu juga perubahan iklim itu tidak hanya bisa diselesaikan oleh negara maju dan juga hanya Indonesia. Tapi juga memerlukan komitmen bersama seluruh dunia agar perubahan iklim itu menjadi sebuah gerakan global yang tidak ada hentinya. Jadi, kalau tidak menjadi gerakkan global maka akan menjadi sulit juga dicapai.

Oleh karena itu pertemuan G20 ini menjadi sebuah kesepakatan yang memperkuat keinginan kita bersama, komitmen global agar pertemuan G20 di Bali betul-betul mengikat emosi, mengikat semangat, mengikat tujuan agar pengendalian perubahan iklim betul-betul menjadi sebuah kenyataan, bukan hanya menjadi slogan.

 

Kesuksesan kepemimpinan Indonesia dalam Presidensi G20 ini tentu saja tidak lepas harus ada dukungan dari publik, terutama publik dalam negeri. Kantor Staf Presiden (KSP) telah mendapat tugas dari presiden untuk menangani bidang komunikasi. Apa strategi dari KSP ini untuk mensosialisasikan mengenai arti penting peranan Presidensi G20 bagi Indonesia dan juga dunia?

Tentu kita harus membangun kepercayaan khususnya kepada peserta G20. Itu terbangun, pertama, dari penanganan COVID-19 karena varian-varian baru COVID-19 selalu muncul, maka semangat kita untuk tidak menyerah dalam menghadapi itu harus tetap terbangun kepada masyarakat agar masyarakat selalu aware bahwa COVID-19 masih menjadi sebuah ancaman.

Untuk itu kita selalu menegaskan arti penting dari protokol kesehatan dan vaksin karena baru pada Oktober nanti G20 dijalankan. Jadi, dari sekarang kita tidak boleh kendor karena kalau muncul gelombang baru lagi, nanti kepercayaan dunia internasional menjadi kurang dan akhirnya takut datang ke Indonesia.

Kedua, bagaimana memberikan keyakinan pada anak-anak muda bahwa G20 adalah memikirkan tentang masa depan. Maka di situ juga diperlukan kesadaran anak-anak muda untuk terlibat secara aktif di dalamnya karena dunia anak muda adalah bagaimana mengelola dunia digital masa depan, dan sustainable dari perubahan iklim ini harus tetap terjaga.

Itu karena masa depan adalah milik mereka. Keterlibatan mereka harus betul-betul digugah dari waktu ke waktu, sehingga awareness tentang G20 juga harus dimiliki oleh anak- anak muda, bukan oleh para elit,

 

Bagaimana bentuk pelibatan generasi muda ini untuk bisa ikut mendukung kesuksesan Indonesia dalam Presidensi G20? Apa yang diharapkan dari pemerintah?

Kita nanti kurang lebih ada 152 pertemuan di dalam G20. Ada porsi-porsi untuk anak muda memikirkan tentang salah satu atau berbagai substansi yang menjadi isu yang akan dibicarakan dalam tema besar. Jadi, keterlibatan anak muda di situ nanti mendapatkan sebuah porsi dan anak muda harus menyiapkan diri dengan baik.

 

Apa nilai-nilai yang akan dibawa Indonesia dalam KTT Presidensi G20 nanti pada  Oktober 2022?

Sekali lagi bahwa dari sisi jangka Panjang, G20 harus bisa membawa pengaruh positif kepada negara-negara yang hadir. Untuk itu nilai-nilai kebangsaan kita juga harus bisa menjadi minimum pengamatan bagi kepala negara yang hadir. Bagaimana nilai kebersamaan bangsa Indonesia, khususnya gotong royong, itu sangat kelihatan gotong-royongnya pada saat Indonesia menghadapi pandemi COVID-19. Nilai-nilai ini yang sejalan dengan nilai Pancasila, dan tentu itu nanti bagian dari sesuatu yang menjadi pengamatan bagi para kepala negara.

Berikutnya, ciri-ciri Indonesia tentang keramah-tamahan ini juga harus ditunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang ramah. Ini juga harus bisa memberikan kesan untuk dibawa oleh mereka saat kembali ke negaranya, sehingga penyelengaraan G20 menjadi jendela dunia dan menjadi view global masyarakat internasioanl untuk melihat lebih detail atau lebih konkrit tentang Indonesia. Ini harapan kita agar Indonesia semakin dikenal luas oleh masyarakat internasional.

Previous
Previous

Next
Next